Umar Bin Khattab

Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab adalah salah seorang sahabat nabi dan khalifah kedua setelah wafatnya Abu Bakar As-Sidiq. Jasa dan pengaruhnya terhadap penyebaran Islam sangat besar hingga Michael H. Heart menempatkannya sebagai orang yang paling berpengaruh nomor 51 sedunia sepanjang masa.

Umar tumbuh menjadi pemuda yang disegani dan ditakuti pada masa itu. Wataknya yang keras membuatnya mendapat julukan "Singa Padang Pasir".



Sebagai seorang petinggi militer dan ahli siasat yang baik, Umar sering mengikuti berbagai peperangan yang dihadapi umat Islam bersama Rasulullah saw. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria.

Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasihatnya. Setelah Abu Bakar meninggal paad tahun 634 H, Umar menjadi penggantinya.

Selama masa jabatannya, khalifah Umar amat disegani dan ditakuti negara-negara lain. Kekuatan Islam maju pesat, mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia, mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara, dan Armenia dari kekaisaran Romawi.

Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, pada sekitar tahun ke-17 Hijriah, tahun keempat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah. Umar meninggal pada 25 Dzulhijjah 23 H dan selanjutnya digantikan oleh Utsman bin Affan.

(Suara Masjid Agung Tsm Juli 2010)

Kiat Aa Gym: Cukup Allah Saja

Kiat Aa Gymnastiar
Bila kita mencoba berhenti sejenak, akan ditemui begitu banyak kekeliruan yang telah diperbuat. Teruatama saat seringnya kita menggantungkan segala asa pada makhluk, bukan pada dzat yang mana ruh ini ada dalam genggaman-Nya.

Amatlah sering, kita berharap pada makhluk. Segala upaya kita lakukan hanya untuk mendapatkan simpatinya, dan kita lupa bahwa itu adalah sebuah kesalahan besar. Karena makhluk adalah fana, mudah sirna dan pada hakikatnya amatlah rapuh sebagai tempat untuk bergantung.

Ketergantungan seharusnya diperuntukkan bagi Allah saja. Dialah yang membuat segalanya terjadi. Dia pula yang mengatur skenario dibalik segala peristiwa. Tanpa satupun yang terjadi, lepas dari pengawasan dan pemantauan-Nya. Selalu ada hikmah dibalik segala sesuatu yang menimpa diri kita.

Saudaraku, andai hari ini banyak masalah yang mendera, mintalah perlindungan dan permohonan hanya pada Allah. Jangan pernah menggantungkan diri kepada selain-Nya. Dialah tempat menggantungkan segala harap dan asa. Dia pulalah tempat meminta segala keinginan.

Bila belum terkabul juga do'a kita, janganlah lantas menyalahkan-Nya. Dia punya cara tersendiri untuk menjawab permintaan hamba-Nya. Dengan kebaikan yang langsung diperlihatkan, atau ditunda-Nya untuk kebaikan di akhirat kelak.

Cukuplah Dia, dan memang cukup hanya Dia tempat segala asa dan cinta bertaut. Karena dengan Ar-Rahman-Nya Dia mengasihi dan dengan Ar-Rahim-Nya Dia menyayangi. Jadi, kenapa harus bergantung kepada makhluk bila Allah telah cukup bagi kita???

(Sakinah Oktober 2010)
Faktor Malas

Faktor Malas

Setiap manusia diperkaya dengan keinginan, kemauan dan rasa malas itulah yang disebut dengan sifat. Sifat-sifat tersebut sudah terberikan dari lahir (given), sifat-sifat tersebut dapat dijadikan sebagai modal dasar bagi manusia untuk memperbaiki aktifitas dan kreatifitasnya baik di hadapan allah amaupun dihadapan makhluknya.

Dengan sifat keinginan manusia dapat meraih sesuatu yang dicita-citakan, dengan sifat malas manusia bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, semua itu tergantung bagaiman me-manage apa yang disebut dengan sifat itu.

Dalam bahasa tasawuf, untuk lebih mudahnya ada dua hal yang perlu di pertarungkan yaitu keinginan untuk berbuat baik yang disebut dengan nurani, sedangkan keinginan untuk menentang perintah atau disebut dengan nafsu. Apabila dalam mempertarungkannya manusia lebih memenangkan atau condong kepada nuraninya maka segala tindakannya akan mengarah kepada perintah allah dan pahala tetapi sebaliknya apabilah aktifitasnya didominasi oleh kemenangan nafsu maka, tindakan orang tersebut akan lebih mengarah kepada perbuatan yang jahat dan cenderung menentang perintah.

Sifat malas semata-mata tidak disebabkan oleh betapa beratnya energi yang dikeluarkan untuk melakukan sebuah ibadah, tetapi lebih dikarenakan dominasi nafsu yang menghalanginya. Jika kita melihat seseorang yang jatuh dilakukan demi mendapatkannya akan terasa ringan semua, meski yang sebenarnya pekerjaan itu terbilang dalam kategori perbuatan yang berat. Begitu juga sebaliknya, perbuatan yang ringan seperti sholat, zakat, puasa dll adalah perbuatan yang ringan tetapi akan merasa berat dilakukan jika dalam diri ini di dominasi oleh kokohnya bangunan nafsu. Maka dari itu benar hadits Nabi, Bahwa pada saat ini kita telah berpindah dari jihad yang kecil menuju jihad yang besar yakni jihad melawan hawa nafsu dikatakn oleh Nabi saw,

رجعتم من جهاد الأصغار الى جهاد الأكبر
Engkau telah kembali dari jihad yang kecil ke jihad yang besar,

Sabda Nabi saw di atas memberikan warning kepada kita bahwa, yang paling seulit dalam hidup ini adalah memerangi hawa nafsu. Lih. Nashaihuddiniyah h.59, dan perjuangan ini membutuhkan waktu yang panjang, berbeda dengan peperangan yang melawan tentara musuh.

So, jadilah orang yang bisa mengendalikan hawa nafsu, karena hawa nafsu akan membuat kita sengsara sepanjang masa, di dunia dan di akhirat kelak

Meluruskan Persepsi Tentang Anak Yatim

Rasa dan titel yang mendalam adalah adalah ketika titel itu tersematkan sampai titik nafas terakhir yaitu, apasajalah titel tersebut, sperti haji, gelar sarjana dan yang termasuk titel yang membuat hati siapapun pilu dan sontak ikut merasakan kepedihannya adalah Yatim. Seorang anak yang belum akil baligh dan ditinggalkan ayahnya yang nota benenya sebagai tulang punggung keluarga, sedangkan jika ditinggal oleh ibunya kita sebut piatu.

Dapat disimpulkan jika seorang anak keci (belum akil baligh) ditinggal oleh orang yang menjadi tulang punggung keluarga disebut yatim, sedangkan bagi yang ditinggal pasangan tulang punggung keluarga disebut piatu. Karena itu seekor hewan menjadi yatim manakala ia ditinggal induk betinanya.

Mungkin selama ini ada persepsi yang agak berbeda dengan penulis. Begini, menurut saya anak yatim tidak hanya butuh uang akan tetapi butuh kasih sayang sebagai pengganti kasih sayang orang tuanya, karena kasih sayang tidak bisa di ukur dengan uang. Bagaimana seorang anak kecil yang kehilangan orang tua, sedangkan orang dewasa saja yang ditinggal oleh orang tuanya terbaring sakit saja larut dalam kesedihan. Mungkinkah hanya dengan uang kemudian semua menjadi selesai, saya kira tidak.

Karena itu Rasulullah s.a.w bersabda, yang artinya :"Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang ada anak yatim yang diasuh dengan baik dan sejahat-jahat rumah kaum muslimin adalah rumah yang ada anak yatim yang selalu diganggu dan disakiti hatinya." Riwayat Ibnu Majah. Jika kita merenung dapat kita temukan bahwa orang tua pengganti bagi yatim dan yatimah adalah kita semua.

Mungkin, kita akan mengatakan masih mending kita sumbang, entahlah apa dasarnya tetapi itu tidak cukup, apalagi yang tidak menyumbang dan tidak memperhatikan. Nabi saw sangat menganjurkan untuk memelihara, dengan segala bentuk dan tekhnisnya, yang penting anak tersebut kelak menjadi anak yang mandiri. Nabi saw bersabda:”saya (Nabi saw) dan orang yang menanggung anak yatim adalah bagaikan ini, sembari memberikan isyarat kepada jari telunjuk dan jari tengah”. Sungguh mulia bagi orang yang masih ada kepedulian di dalam sisa kehidupannya kepada anak yatim.

Dan sungguh terlaknat sekali jika masih ada beberapa kalangan yang memakan harta anak yatim dengan dhalim, Rupanya kita juga butuh belajar dalam kaitannya pembagian zakat, zakat tidak sah dibagikan kepada anak yatim karena ke-yatiman-nya, ini menunjukkan bahwa anak yatim harus diperlakukan sebagaimana anak kita sendiri. Dan tidak sah membayar zakat kepada anak kita sendiri. Ya Tuhan… kami hanya bisa menulis dan belum bisa menjalankan perintahmu yang agung ini, berilah kesungguhan untuk menjalankan perintah ini.
Hal hal yang disunnatkan

Amalan di hari Asyura
Berkaitan dengan Asyura ini, ada beberapa prilaku yang sangat dianjurkan, lengkap sudah apa yang dianjurkan oleh agama, karena ada sisi sosial dan individual, diantaranya adalah, Melapangkan belanja untuk keluarga maka Allah akan melapangkan hidupnya, Memuliakan fakir miskin maka Allah akan melapangkannya dalam kubur nanti. Menahan marah, agar Allah ridho. Menunjukkan orang sesat, Allah akan memenuhkan cahaya iman dalam hatinya,

Menyapu / mengusap kepala anak yatim maka Allah akan memberikan karunia bagi tiap-tiap rambut yang di sapunya, pohon di surga, Bersedekah, Memelihara kehormatan diri, gar hidupnya diterangi cahaya oleh Allah, Mandi Sunat, agar dijauhkan dari penyakit, Bercelak, Membaca Qulhuwallah hingga akhir seribu kali, Sembahyang sunat empat rakaat, Membaca
'hasbiyallahhu wani'mal wakil wa ni'mal maula wa ni'mannasiiru', Menjamu orang berbuka puasa, Puasa,

Tentu bukan karena itu semua, akan tetapi kita melakukan hanya semata mata kecintaan kita kepada perintah Allah.

Kematian Dini

Kematian Dini

Tema ini terlihat agak miring, karena kematian itu terjadi hanya sekali, sehingga mengatakan kematian dini itu berarti kematian yang terjadi dipercepat dari kematian yang sebenarnya. Tetapi penulis mempunyai maksud tersendiri dalam mengurai kematian yang dimaksud. Lawan kata dari mati adalah hidup karena itu untuk mengetahui makna mati harus terlebih dahulu kita mengetahui apa yang dimaksud dengan hidup itu sendiri.

Hidup atau hayat adalah sebuah aktifitas baik positif maupun megatif, aktifitas yang baik disebut dengan hayatan tayyibah sedangkan aktifitas yang jelek disebut dengan hayatan sayyiatan. Oleh karena makna hidup adalah beraktifitas maka orang yang secara jasadi hidup namun tidak beraktifitas, atau aktifitas tidak memberikan imbas kepada kebaikan orang lain maka, kematian seperti ini disebut dengan kematian dini.


Terlebih lagi jika secara jasadi hidup akan tetapi dalam aktifitasnya meresahkan dan membuat kesengsaraan terhadap orang lain maka aktifitas seperti ini tidak disebut mati lagi, jauh dari penyebutan tersebut yang cocok adalah bangkai busuk. Bangkai mempunyai sifat meresahkan bagi orang yang nelihatnya, atau meski tidak melihat tapi mencium bau busuk yang dikeluarkan oleh bangkai tersebut.

Karena itu perkataan : Be the person who is dead a life don’t make your life are like the dead, because the decay of the living that death is more troublesome than the dead animal reptile.

The Therminology of Human

Al Insan adalah terminologi yang dapakai oleh al quran untuk menggambarkan manusia sebagai makhlog secara psikologis, meskipun juga banyak sekali yang menggunakan kata unas atau an-nas yang bermakna manusia sebagai makhluk sosial. Karena pada dasarnya terkadang prilaku sosial berbeda dengan prilaku individual. Seorang individu yang pendiam terkadang dalam kanca sosial menjadi beringas.

Manusia pada dasarnya lebih mengenal keburukan dari pada kaebaikan, karena itu didalam surat As Syams: 8

فألهمها فجورها وتقواها (الشمس: 8)
Dan akan mengilhamkan kepda jiwa perbuatan dosa dan taqwanya,

Di dahulukannya Fujur adalah memberikan tendensi makna keburukan lebih cepat terdeteksi oleh fithrah manusia ketimbang kebaikannya. Manusia untuk berbuat jahat terasa sangat berat melawan hati nuraninya laha ma

لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ -٢٨٦-
“…..Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. …..”
Kasabat dan iktasabat makna kata dasarnya sama, tetapi iktasabat mengandung arti yang susah untuk mengerjakan berbeda dengan kasabat yang mengandung arti mudah. atau baca dulu substansi waktu

Sedangkan mmanusia secara biologis biasanya al Qur’an menggunakannya dengan kata Basyar

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً -١١٠-

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhan-nya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhan-nya.”

Substantsi Waktu

Hari berganti, bulan berlalu, tahun pun pergi tanpa di suruh. Semua boleh berubah namun semangat keimanan dan kesalihan harus terus bergelora dalam dada. Kemudian diwujudkan secara nyata dalam konteks realitas yang sebenarnya, karena kebaikan yang hanya bersifat bathiniyah tanpa direalisasikan tak ada bedanya dengan mitos belaka.

Dengan semangat menatap masa depan, manusia harus bergerak secara linear meski dalam agenda hidup yang bersifat spiral yaitu makan, tidur kerja dan terus begitu berulang hingga kelak kita masuk ke liang kubur. Langkah tegap tanpa ragu menuju apa yang dikehendaki tuhan yang satu menjadi alasan tunggal yang tak akan terbantahkan oleh dalih apapun. Hari terus berganti dan setiap hari adalah baru.

Hari ini berbeda dengan esok, hari esok berbeda dengan hari yang akan datang, karena itu ‘hari’ yang kita lalui ini selalu berpesan kepada manusia:”wahai manusia, aku adalah makhluk yang baru” mungkin momentum sekarang dengan momentum masa silam bertepatan harinya, tapi tentu ada perbedaan tanggal dan bulannya, kalau hari, tanggal dan bulannya sama pasti tahunnya berbeda, memberikan kesimpulan kepada kita bahwa secara substansi hari itu selalu baru, dan kita dilahirkan di hari hari yang selalu baru. Ulang tahun setiap hari, every day is birthday.

Hari yang baru itu merekam semua tindak tanduk manusia yang ada dalam pelukannya. Tidak perduli, tua atau muda, bandit atau ustadz, petani atau kyai, semua rekaman akan diputar sebagai saksi kelak dihari kiamat kelak. Patut bagi semua orang untuk menyesal, yah... menyesal atas perbuatan dosa dan menyesal kurangnya berbuat amal kebaikan.

قال ابن مسعود رضي الله عنه : مَا نَدِمْتُ عَلَى شَئٍ نَدَمِيْ عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ نَقَصَ فِيْهِ أَجَلِيْ وَلَمْ يَزْدَدْ فِيْهِ عَمَلِيْ
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Tidak ada yang lebih aku sesali melebihi penyesalanku ketika matahari terbenam di mana umurku berkurang sedangkan amalanku tidak bertambah.” (Mawaridu adh-Dham’an : 3/30).

Secara sunnatullah alam semesta ini selalu regenerasi dan terus menerus meregenerasi, akankah kita berdiam diri untuk pintar sendiri, kaya sendiri, canggih sendiri, berkuasa sendiri terus mati sendiri, sehingga berbuat seenak udele dewe. tanyakan kepada isi kepala masing masing, karena setiap kepala akan punya jawabannya sendiri-sendiri ???

Untuk memproduksi amal kebaikan maka Imam Syafi’i mengatakan Barangsiapa yang mempelajari alqur’an maka akan tinggi nilainya, Dan barangsiapa yang berbicara dalam fiqh maka akan tinggi kedudukannya, Dan barangsiapa menulis hadits maka akan kuat hujjahnya, Barangsiapa mempelajari bahasa maka akan lembut perangainya, Barangsiapa mempelajari ilmu hitung maka akan encer otaknya, Dan barangsiapa yang tidak menjaga dirinya maka tidak akan bermanfaat ilmunya.


Revitalisasi Niat

Semua manusia yang didedikasikan hidup di alam fana ini sebagai khalifah meyakini seteguh hati bahwa ada hari lain yang jauh lebih nyaman dan asyik dibanding hari hari yang kita jalani di dunia ini. Hari yang indah dan mengasyikkan itu adalah hari-hari yang akan dijalani oleh orang orang yang baik di dunianya.

Untuk memperolehnya tentu butuh usaha keras dengan platform akhirat oriented. Pondasi niat menjadi pilar utama menuju hal itu, karena niat berimplikasi terhadap semua aktifitas kekhalifahan di dunia, sedangkan dunia sendiri adalah ladang (mazra’ah) akhirat. Garisbawahilah dengan tebal terhadap salah satu pesan Rasulullah yang disampaikan kepada Abu Dzar al Ghiffari yakni,

جدِّدِالَّفِيْنَةَ فَإِالْبَحْرَ عَمِيْقٌ
perbaruhilah perahumu, karena sesungguhnya lautan itu dalam

Pesan rasulullah kepada Abu Dzar ini bersifat metaforis, mengumpamakan niat sebagai perahu dan kehidupan ini seperti lautan yang dalam dan luas, perahu untuk menampung semua unsur dan materi yang hendak di bawa ke suatu tempat (bc: akhirat), tempat yang damai dan asyik serta membahagiakan.

Lautan punya gelombang yang mampu menggeser manusia dari tujuan semula, yang benar berubah menjadi salah, dari yang lurus menjadi belok, dari pemberani menjadi pengecut, dari penyabar menjadi pemarah, licik dan gentar, serta ketersinggungan yang dominatif dan abadi bersemayam ke dalam hati orang orang yang dibelokkan oleh gelombang lautan duniawi

Makna lain yang mungkin tersembunyi adalah buih, Lautan juga banyak dihuni buih yang indah dalam panorama pandangan mata namun minus fungsinya. Buih sebagai simbol bayang bayang duniawi yang ‘menipu’, besar secara eksistensi akan tetapi kerdil secara substansi.

Dengan berbagai iming iming keindahan, dunia mampu menjebak orang-orang bodoh terkurung dalamlangkah kehidupan praktis dan berorientasi ekonomis (economic-oriented), ketimbang berbicara konsep ideologis, atau landasan epietemologis. Terkadang hal ini diperparah lagi dengan perasaan serba benar, ketersinggungan, menggerutu dan congkak terhadap nasehat kawan, apalgi jika dihinggapi sifat kebal kritik. Manusia yang tertipu oleh buih lautan seperti ini akan senang berjalan seribu langkah dalam bayang-bayang ilusi ketimbang satu langka namun pasti.

Hiruk pikuknya kegiatan tidak bernilai future oriented namun hanya berbicara dan menyelesaikan masalah yang bersifat sesaat, tidak ada konsistensi (istiqamah) dan lebih condong terhadap tathayyur sehingga semua tapak dan jejak langkahnya terkesan ngawur dan ngelantur.
Terkadang orang hanya mengandalkan kemewahan dan model performance, tapi melupakan kemampuan dan tanggung jawabnya didunia, di dunia adalah ibadah dan akhirat adalah nganggur, selama nafas kita tertulis di dunia maka proses belajar menjadi insan kaamilah tak boleh terhenti.
Niat memegang kendali untuk membawa gerbong besar semua aktifitas yang menyangkut tanggung jawab kepada Allah secara total, tidak hanya terbatas atas kewajiban ibadah mahdhoh yang lebih terkesan individulis tetapi manusia juga bertanggung jawab terkait ritual sosial.

Pendek kata. Manusia adalah simbol kekhalifahan Allah secara total di dunia, sebagai buku panduannya adalah al Qur'an dan petunjuk rasul utusan-Nya. Kepada manusia semua ditundukkan, dibumi dan dilangit tunduk terhadap perlakuan manusia (QS. Al Jatsiyah:13), dan Allah juga memberikan mandat kepada khalifah di dunia untuk menundukkan siang dan malam (QS. Ibrahim:33), bahtera juga tunduk agar bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia (QS. Ibrahim;32). Lalu apa yang menjadikan tidak “bisa”. Pertanyaan itu seolah mengalir tidak tertampung jawabannya.

Sejatinya yang menjadikan manusia tidak mampu adalah karena malas dan keengganannya dalam melaksanakan tugas kekhalifahan yang di emban. Tentu, masih ada kamus yang dirujuk oleh orang orang yang berstatus tidak becus dengan mengatakan “tidak bisa”, tetapi tidak ada kamus yang dapat menjawab sebuah problema mana kala yang dikatakan adalah “saya malas”.
Disitulah efektifitas perbaikan niat untuk menggapai kebahagiaan di akhirat.

Waduh jadi kelihatan serius banget ini. Mau yang lebih serius lagi tentang kesabaran silahkan klik sabar

Kekuatan Suprarasional di balik do’a

Entah secara sadar atau tidak, yang pasti, setiap individu menyadari bahwa ada kekuatan supra rasional, dibalik kekuatan manusia yang secara phisickly lemah. Manusia dengan akalnya mampu merekayasa kekuatan besar. Manusia yang hanya tingginya maksimal tiga meter dengan akalnya mampu menciptakan alat berat untuk membuat gedung gedung bertingkat yang tingginya berlipat lipat dari tinggi badannya, manusia yang tidak punya sayap mampu menciptakan alat yang membuatnya bisa terbang dengan leluasa ke angkasa raya, manusia yang tidak mempunyai sirip mampu berjalan di atas air dengan kapal pesiar ciptaannya. Akan tetapi, dibalik rekayasa kekuatan manusia yang luar biasa tersebut ada kekuatan lain yang lebih dahsyat yaitu kekuatan Tuhan yang serba supra.

Kekuatan supra tersebut berada di bawah otoritas tunggal Tuhan, dan mampu meluluh lanthakkan seluruh kekuatan rekayasa manusia, yang tidak mungkin menjadi mungkin dan sebaliknya. Kekuatan supra itu bisa kita minta melaui media yang namanya do’a, asalkan kita mampu negosiasi terhadap sang pemilik-Nya di sinilah pentingnya makna do’a. Dalam setiap jengkal langkah kaki membutuhkan do’a supaya lagkah kaki terarah kepada perbuatan sukses dan terpuji.

Dalam hadits Nabi saw bersabda “do’a adalah senjatanya orang yang beriman”, do’a adalah alat menuju kemenangan, tentunya dibarengi dengan usaha. Kemenangan dalam peperangan bukan ditentukan oleh kekuatan fisik semata, namun juga ditentukan alat yang dipergunakan, jika pedang adalah alat maka keampuhan pedang terletak pada bahan pedangnya dan orang yang mempergunakan pedang tersebut. Sekuat apapun dan sebaik apapun strategi yang ia pergunakan untuk berperang tetapi jika alatnya sederhana tentu tidak akan berdaya di hadapan kekuatan tentara lawan yang bersenjata canggih. Jika masalah yang kita hadapi demikian rumit maka tidak cukup hanya mengandalkan kekuatan fikiran saja, tetapi juga kualitas pemecahannya melalui kekuatan do’a.

Karena itulah buku yang berada ditangan ini berguna sekali untuk negosiasi dan mengetuk kekuatan supra kepada Tuhan seperti yang dijelaskan di atas, berdasarkan “..... Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku…..” QS.Al Baqarah[2]:186. Syarat utama dikabulkannya do’a dalam ayat tersebut adalah memenuhi perintah-Nya dan yakin akan do’a yang dipanjatkan. Mungkin saat ini do’a kita tidak terkabul, temukan dalam beberapa faktor yang menghalangi dikabukannya do’a yaitu pilihan do’anya, tidak menjalankan perintahNya atau mungkin kurang yakin.

Senada dengan ayat di atas, “Dan Tuhanmu berfirman: Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu......” QS. Al mu’min [40]:60, ayat tersebut seolah memberi garansi kepada hamba hambanya yang mau mengetuk kuasa Tuhan dengan do’a, dalam ayat tersebut juga mencela orang orang yang menyombongkan diri (merasa mampu) dengan rekayasanya sendiri. Seolah ayat ini memberi tamparan keras kepada orang orang sombong yang mengabaikan do’a dalam meraih sukses aktifitas dan proyek yang sedang ia kerjakan.

Ya Tuhan… Kami datang bersimpuh di hadapanmu untuk mengetuk kuasamu. Berilah sukses selalu dihari ini, dan hari hari yang akan datang. dan jadikan kami orang yang sabar.

Ya Tuhan…Mudahkan segala urusan yang kami hadapi, temukan jalan terbaik dari setiap urusan yang baik dan gagalkan semua usaha kami yang tak terpuji serta gagalkan rekayasa orang orang yang berbuat dhalim kepada kami.

Landasan Berkurban

الله أكبر ولله الحمد
الحمدلله الموجودات من ظلمة العدم بنور الإيجاد. وجعلها دليلا على واحدانية لذوى البصائر إلى يوم المعاد. أشهد ان لاإله إلا الله واحده لا شريك له وأشهد ان محمدا عبده ورسوله خير العباد. اللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد سيد الخلائق والجمدات. وعلى اله وأصحا به ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الميعاد. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم . إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
فيا أيهاالناس . إتق الله إن أكرمكم عند الله أتقاكم.
واعلموا أن الله صلى على النبي ياأيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما .وعلينا معهم برحمتك يإرحم الر احمين . أمين يا رب العالمين .

Alhamdulillah pada hari ini kita bisa berkumpul, duduk bersimpuh di hadapan Allah menunaikan ibadah shalat idul Adha, semoga shalat yang kita lakukan ini memperoleh nilai pahala oleh Allah swt.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad saw yang secara tidak langsung mengajar kita tentang ajaran tauhid yang benar, semoga kita termasuk ummat Muhammad saw yang mendapat syafaatnya amin ya rabbal alamin, kelak kita akan dikumpulkan oleh Allah bersama beliau di surga dan diberi nikmat berupa al kautsar amin ya rabbal alamin.

Mari kita meningkatkan ketaqwaan, tidak saja dalam hal ketaqwaan secara kuantitas, tetapi juga secara kualitas, dengan cara memperbanyak ibadah ibadah yang sunnat terutama yang mempunyai nilai sosial seperti qurban, yang segera akan kita lakukan selesai khutbah ini. Semoga mereka yang berkurban diberi kemudahan oleh Allah swt dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangannya... Amin ya rabbal alamin, begitu juga kita semua......

Allahu Akbar walillahilhamd...
Ayat yang paling populer, yang sampai ke ruang dengar kita, terkai momentum idul adha adalah surat Al kautsar.

Sungguh, Kami telah Memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhan-mu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah). (QS. Al Kautsar:1-3)

Kabar gembira bagi Nabi Muhammad saw berupa kenikmatan yang besar yakni “al kautsar”, sebagian mufassir mengatakan bahwa al-kautsar adalah nama telaga di surga yang mana, kehebatan sungai tersebut adalah, barang siapa yang meminum darinya maka tidak akan dahaga selama lamanya. Tentu hal ini menjadi kabar gembira bagi kita semua, karena ummat Muhammad pun bisa menikmati al-kautsar, dengan catatan mengikuti laku-lampah Rasulullah saw. Di antara yang disebut di dalam ayat tersebut adalah fashalli dan wanhar, dengan shalat dan berqurban.

Dalam surat tersebut, Shalat dan qurban di sebut secara bersamaan, meskipun secara fiqh berbeda hukumnya, --kecuali kalau ayat tersebut ditafsirkan shalat idul adha-- penyebutan tersebut tentu bukan faktor kebetulan, karena seluruh isi al Qur'an tidak di susun berdasarkan undian ayat per-ayat atau secara kebetulan belaka, kurang lebih penyebutan shalat dan berqurban adalah memberikan pelajaran arti pentingnya qurban. Shalat kental dengan ibadah individual, sedangkan qurban kental denga ibadah sosial.

Hadirin yang berbahagia
Secara historis ibadah qurban merupakan ibadah yang cukup tua dalam ritual agama, agama ini mengenal adanya qurban dari dua putra Adam as yang konon menurut para mufassir bernama Habil dan Qabil. Habil dan Qabil diperintahkan untuk berqurban, Habil berqurban dengan binatang ternak pilihan, sedangkan Qabil berqurban dengan hasil pertanian, namun hanya sekedarnya dan bahkan kualitas hasil pertanian yang dikurbankan justru berstatus kurang. Serta tidak dibarengi dengan keikhlasan hati semata-mata bersyukur atas nikmat-nikmat Allah yang melimpah. Dan Allah ternyata memilih hewan kurban persembahan Habil. Namun yang menjadi perhatian bagi kita adalah diterima bukan karena materinya, tetapi karena ketaqwaan yang mendasarinya.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
.

Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".( Al Maidah 27)

Berbeda pula kisahnya ketika Ibrahim as diperintahkan oleh Allah mengorbankan putranya, pada akhirnya diganti dengan kibas. Sebagai pelajaran bagi ummat manusia dalam kondisi yang bagaimanapun manusia tidaklah pantas untuk dikorbankan, untuk Tuhan sekalipun.

Ternyata dari akar historisnya qurban ditujukan untuk mengefektifkan sifat manusia dari sisi individual dan sisi kepekaan sosialnya. Sebagai penutup tentu ayat yang paling kita dambakan dan menjadi landasan qurban adalah ketaqwaan yaitu;

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ (الحج:37

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al Hajj: 37)

masih sempatkah anda membaca khutbah id dengan tema kemenangan sejati
Menjadi Pribadi Pema’af

Menjadi Pribadi Pema’af

Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa Ramadhan adalah sebuah bentuk pelatihan yang aturan mainnya sudah kita ketahui bersama. Sekolah ramadhan ini pengawasnya adalah Allah dan nilainya ditentukan oleh diri kita sendiri, sedangkan sertifikat standar kelulusan sekolah ramadhan tidak alain adalah muttaqin. Tidak layak dikatakan lulus dalam sekolah Ramadhan, jika seseorang melaksanakan puasa sedangkan puasanya belum mencetak dirinya menjadi pribadi muttaqin. Pada tahun yang lalu saya mengutip firman Allah QS. Al-Imran 134

اللذين ينفقون فى السراء و الضراء والكا ظمين الغيظ و العا فين عن النا س إن الله يحب المحسنين
Artinya: (orang yang beriman)…. adalah orang yang menginfakkan harta bendanya baik dalam keadaan sempit maupun dalam keadaan lapang, menahan marah, mema'afkan orang lain. sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat baik

Tahun itu saya menjelaskan bahwa, tidak ditemukan ayat yang memerintahkan meminta maaf, tetapiisebaliknya yang dianjurkan oleh Qur'an adalah menjadi peribadi pemaaf atas kesalahan kesalahan orang lain, karena yang hendak dicapai sebagai pribadi pemaaf adalah kerukunan, persatuan dan perdamaian, minimal untuk dirinya sendiri. Untuk membangkitkan pribadi pemaaf, mungkin kita harus merubah pola pikir dari merasa benar menjadi pola pikir orang berpandangan bahwa orang lain yang melakukan kesalahan lebih pada kesalahan yang tak disengaja.

Pada hari ini halal bihalal 1431H mari kita renungkan bersama, mengapa ayat al Qur'an begitu terlihat menggebu-nggebu memerintahkan memaafkan, bukan meminta maaf. Ternyata dapat kita temukan bahwa orang yang meminta maaf bisa saja haya polesan dibibir belaka, tetapi dalam hatinya masih ada bekas luka yang pernah di alami pada saat ia marah. Kondite ini berbeda dengan pribadi pemaaf, yang sudah sudah barang tentu secara tulus memaafkan kesalahan orang lain, jauh sebelum orang lain itu minta maaf.

Dari ayat di atas, ciri-ciri pribadi muttaqin ada 3 yaitu, infaq dalam kondisi apapun, menahan marah, dan memaafkan, jika kita telah melaksanakan tiga hal tersebut maka kita layak mendapat julukan orang orang yang muhsinin. Dari tiga tingkatan tersebut yang paling tinggi tingkat kesulitannya adalah berbuat baik kepada orang lain meskipun orang lain tersebut berbuat salah kepada kita.

Menyatakan permohonan maaf harus di dahului dengan rasa bersalah disertai hati yang tulus mengakui kesalahan yang pernah dilakukan. Dengan menghapus semua noda kesalahan tersebut dihaapkan hubungan terjalin kembali komunikasi yang sehat. Sahabat Ali RA pernah berkata: Kalau ingin meminta maaf maka kembalikan semua hak orang dan kemudiana meminta maaf.

Fenomena yang menarik yang sering kita saksikan adalah, seringkali kita melihat dilayar kaca televisi melihat para pejabat kita meminta maaf lahir dan bathin, tapi apabila ada hak rakyat yang belum dikembalikan maka, jelas hal itu menciderai makna permohonan maaf yang semesetinya. Karena itulah al Qur'an tidak memerintahkan untuk meminta maaf begitu saja. Tetapi yang terpenting adalah mengakui kondisi hati yang sebenarnya untuk mengakui kesalahan itu tadi.

Baca ceramah yang lain tanda orang bahagia

Kemengan sejati


الله أكبر. الله أكبر ولله الحمد. الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا لاأله ألاّالله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد .
الْحَمْدُ لله يُحْيِ وَيُمِيْتُ . اَلَّذِىْ جَعَلْنَا عِيْدًا لِلْعَبِيْد . هُوَ الَّذِى دَبَّرَ فِى كُلِّ اَخِِرِرَمَضَانَ عِيْد . اَلْعِيْد لَيْسَ لِمَنْ لَبِسَ اْلجَِديْد . وَلَا لِمَنْ اَكَلَ الَّلذِيْد . وَلَكِنَّ الْعِيْد لِمَنْ خَافَ اْلوَعِيْدَ . وَلِمَن تَقْوَاهُ تَزِيْد. فِى هَذَا لْيَوْمِ قَدْ تَقَرَّبَ اْلَبعِيْد .أَشْهَدُ أن لاالهَ اِلا الله وَاحْدَهُ لاشَرِيْكَ لَه رَبُّ السَمَوَاتِ وَ الأرْضِ هُوَ يُبدِئ وَيُعِيْد . وَأشْهَدُ أن مُحَمَّـدا عَبْدُهُ وَرَسُوْله ُالرَّاشِدُكلَّ المْرُشْيِد. اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ صَاحِبُ الْقُرأنِ المَجِيْد.
وَعَلى اَلِهِ وَأصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بإِحسَانٍ إِلىَ يَوْمِ زِحَامٍ شَدِيْد . فياأَيُهالحَاضِرُونَ . إتِقُوااللهَ. إِتقُواالله. إتقواالله ما ستطعتم, لِنَيْلِ الفَرَحِ وَ السَعِيْد.
الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد
Kaum muslimin yang berbahagia…
Saat matahari tenggelam di belahan kaki bumi bagian barat, hari senin sore kemarin, maka serentak terdengar suara takbir, tahlil dan tahmid menggema di pelosok-pelosok desa sampai ke seluruh penjuru kota, ummat islam seluruhnya mengagungkan kebesaran Allah, mengesakan Allah, dan takbirnya selalu membasahi bibir mereka.

Hal ini dilakukan untuk menandai bahwa kita telah SELESAI memasuki sekolah, yang namanya sekolah ramadhan. Hanya bedanya sekolah ramadhan tidak dipungut biaya atau administrasi apapun, sekolah ramadhan di nilai, tetapi nilai oleh dirinya sendiri, baik tidaknya nilai tersebut ditentukan oleh pelakunya sendiri. Sekolah ramadhan itu adalah Puasa, semua orang muslim tahu aturannya bahkan anak anak sekalipun mengerti tentang aturan mainnya. Dan predikat nilai terbaiknya, yang akan dicapi sebagai standar kelulusanya adalah perdikat al-muttaqin, manakala ada orang yang menjalankan puasa dan tidak mendapatkan predikat tersebut maka orang tersebut gagal dalam pendidikan ramadhannya.

Kaum muslimin yang berbahagia…
Semua ibadah adalah menuju ke arah ketaqwaan, jika ada ibadah yang tidak menimbulkan efek taqwa, maka kesalahan pasti tidak terletak dalam ajaran ibadah tersebut tetapi kesalahan utamanya adalah terletak pada proses ibadah itu sendiri. Tujuan utama puasa di bulan ramadhan adalah untuk menjadikan manusia bertaqwa, jika tidak menjadi taqwa itu berarti puasa kita hanya mendapatkan lapar dan dahaga, karena itu Rasulullah bersabda:

كم من صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والعطش
“Banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan baginya dari puasa itu kecuali lapar dan dahaga”
Setelah rangkaian sekolah ramadhan di mana kegiatan utamanya adalah I’tikaf, tadarrus, zakat dan rangkaian ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan hendaknya kita jadikan sebuah kebiasaan yang masih memberikan efek sisa di 11 bulan yang akan datang. Karena tidak ada ajaran satupun yang mewajibkan hanya dibulan ramadhan kita ta’at kepada allah sedangkan di luar ramadhan melakuakn maksiat dan kembali lagi ke perbuatan sedia kala. Orang yang seperti ini tidak layak dikatakan sebagai orang yang bertaqwa.

Di antara ciri orang yang bertaqwa adalah sebagaimana tersebut didalam surat : Q.S. Ali 'Imran : 134
الذين ينفقون فى السراء و الضراء والكا ظمين الغيظ و العا فين عن النا س إن الله يحب المحسنين
Artinya: (orang yang beriman)…. adalah orang yang menginfakkan harta bendanya baik dalam keadaan sempit maupun dalam keadaan lapang, menahan marah, mema'afkan orang lain. sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat baik
.
Ada tiga hal yang penting untuk kita renungkan di dalam ayat tersebut:
Pertama, Infak dalam keadaan susah maupun dalam keadaan lapang, artinya untuk mencapai derajat ketaqwaan maka Allah memberikan kebabasan kepada semua kalangan baik orang yang di beri rizki yang lapang maupun yang ditimpa kekuarangan dalam harta, ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya mengedepankan kualitas dari ibadah tersebut. Infak ternyata tidak dapat dilihat dari nilai kwantitasnya, bisa saja seseorang berinfak jutaan rupiah tetapi persoalan kwalitas tidak menutup kemungkinan justru yang ratusan ribu adalah lebih berkwalitas… karena yang jutaan rupiah mempunyai aset yang besar sedangkan yang ratusan ribu keluar dari tangan orang orang yang mempunyai aset jutaan rupiah..

Kedua, Menahan rasa Marah marah adalah sifat yang dapat merusak sifat kesucian seseorang, Oleh karena itu tahanlah semua kemarahan yang ada, selsesaikan semua masalah dengan berbicara dan duduk bersama dengan harmonis. Pada tahap tertentu kemarahan akan merusak detak jantung dan menjadikan peredaran darah tidak berjalan dengan normal, yang akhirnya akan menyakiti diri sendiri.

Agaknya ajaran menahan amarah ini menjadi hal penting dalam kehidupan kita sehari hari. Dan merupakan solusi murah untuk mengurangi keresahan dan kesengsaraan dalam jiwa. Yang ada kaitannya dalam hal ini adalah ciri ketiga Memaafkan, memaafkan adalah sehat, kalau kita tahu bahwa marah adalah bagian dari penderitaan maka obat yang mutlah dibenarkan adalah memaafkan, karena itu di dalam al Qur'an setiap ayat yang berkaitan dengan kesalahan seseorang adalah dengan kata memafkan dan bukan minta maaf.

Seseorang yang minta maaf bisa saja hanya hiasan bibir belaka, tetapi dalam hati kecilnya masih ada sisa-sisa kekesalan, tetapi orang yang memaafkan kesalahan orang lain, tentu dengan tulus dan tidak mungkin membohongi dirinya. akan berdampak positif terhadap beban jiwanya yang diberatkan oleh rasa marah yang pernah dirasakannya.

Intinya pada hari ini adalah hari kemenangan bagi kita semua…
Karena itu, sebelum meminta maaf hendaknya seseorang dengan tulus dari sanubari hati terdalam bahwa, kita pernah melakukan kesalahan sehingga permohonan maaf yang disampaikan tidak hanya ritual formal belaka tetapi permohonan maaf yang berdampak positif dan terlahir karena dorongan hati nurani terdalam dari diri kita.

1. Kemenangan iman atas kekufuran
Kenapa keimanan itu pasti menang? karena, keimanan adalah kehidupan, sementara kekufuran adalah sebuah kematian. Keimanan adalah kehidupan hati seorang yang mendapatkan pancaran nur Robbani yang menerangi kehidupan, sehingga seorang muslim mengetahui tujuan hidupnya, Berbeda dengan watak kekufuran yang selalu menyeret manusia kepada kehancuran, tindakan anarkis, dan mandul dalam memproduksi kebaikan,

يأيها الذين آمنوا استجيبوا لله وللرسول إذا دعاكم لما يحييكم واعلموا أن الله يحول بين المرء وقلبه وأنه إليه تحشرون
“ Wahai orang-orang yang berimana!Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerukan kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi anatara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”QS:8:24

2. Kemenangan akhirat atas dunia
Karena dalam ibadah puasa kita diajarkan untuk menahan kenikmatan sesaat di dunia demi memperoleh kenikmatan abadi di akhirat, obesesi ini lah yang kemudian menjadi kebahagiaan dan merupakan kemenangan kita yang kita peringati saat ini. Karena kebahagiaan dunia adalah kenikmatan yang semu, nikmat sejati adalah kenikmatan ukhrawi..

يأيها الذين أمنوا مالكم إذا قيل لكم انفروا في سبيل الله اثاقلتم إلى الأرض أرضيتم بالحيوة الدنيا من الآخرة فمامتاع الحيوة الدنيا في الآخرة إلا قليل
“ Wahai orang-orang yang beriman!mengapa apabila dikatakan kepadamu “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah “ kamu merasa berat dan tinggal di tempatmu?apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat?padahal kenikmatan hidup di dunia ini ( dibandingkan dengan kehidupan)di akhirat hanyalah sedikit”QS:9:38

4. Kemenangan kesabaran dan pengendalian diri
Hari raya idul fitri adalah hari dimana kaum muslimin merayakan kemenangan kesabaran dan pengendalian diri dalam bulan ramadhan, dimana seluruh ummat islam mampu mengendalikan diri dengan kesabaran, tidak minum dan tidak makan, padahal alangkah mudahnya untuk bohong berpuasa, hal ini tidak dilakukan demi kesabarannya untuk mengendalikan diri.

يقول الله عزوجل إنما يذر سهوته و طعامه وشرابه لأجلى و أنا أجزى به
نما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب
“……Hanyaorang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas”QS:39:10

5. Kemenangan kepedulian sosial
Hari raya idul fitri hendaknya dijadikan momentum penting untuk mempertahankan kebersamaan dan persatuan, seperti halnya kita melaksanakan shalat tarawih witir tadarus bersama dan juga buka puasa bersama. Sebagai bentuk kepedulian kita terhadap kaum yang tak berpunya. Idul fitri yang kita rayakan saat ini tidak lain adalah bagian dari penguatan makna kebersamaan kita dalam payung agama allah.

Kebersamaan ini tidak boleh berhenti hanya dibulan ramadhan saja tetapi kebersamaan dalam amal islami menuntut adanya kesinambungan dan kontinyuitas terpadu, sehingga kaum muslimin dalam ibadah dan perjuangannya terutama menghadapi kedzoliman, kemaksiatan, dan musuh-musuh Allah lebih mendapatkan barakah dari Allah swt,

Terakhir, melalui mimbar ini marilah kita berjanji untuk senantiasa menjaga kemenangan-kemenangan yang telah dianugerahkan oleh Allah swt, sebab kemenangan itu anugerah Allah yang wajib kita syukuru bersama.
الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد
بارك الله لى ولكم فى القرأن العظيم ونفعنى و إياكم بما فيه من الأية والذكر الحكيم . و تقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم .

Kalah Karena Tergoda Rampasan Perang

Kalah Karena Tergoda Rampasan Perang

Tsauban, maula (orang yang diperwalikan) Rasulullah saw, mengisahkan beberapa peristiwa mengandung hikmah, yang dialami bersama Rasulullah saw. Antara lain, pada suatu hari, Rasulullah saw mendoakan semua keluarganya, termasuk Ali, Fatimah, dan lain-lain.

Tsauban bertanya, "Ya, Nabiyullah, apakah saya juga termasuk yang tuan doakan bersama anggota keluarga tuan yang mulia itu?" "Ya, Tsauban", jawab Rasulullah. "Selama engkau hidup mandiri, tidak berdiri di depan pintu rumah orang untuk meminta-minta, dan menengadahkan tangan ke hadapan seorang amir (penguasa) memohon sesuatu."


Beberapa waktu setelah terjadi Perang Uhud pada tahun ketiga hijriah, kaum Muslimin Madinah dilanda kesedihan mendalam. Mereka kehilangan tujuh puluh sahabat, saudara, dan kenalan dekat, diantaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, yang bergelar "Singa Allah".

Semua itu terjadi akibat sebagian pasukan Islam mengabaikan perintah Rasulullah, terutama pasukan artileri (pemanah) yang ditempatkan di Bukit Rumat, di sisi Padang Uhud tempat pertempuran berkecamuk.

"Siagalah di situ, menjaga pasukan musuh yang kemungkinan masuk dari arah belakang", demikian intruksi Rasulullah yang terjun langsung memimpin pasukan infanteri berlaga melawan pasukan kafir Quraisy.

Strategi itu sangat tepat, pasukan kavaleri Quraisy pimpinan Khalid bin Walid tidak dapat masuk memberi bantuan. Mereka tertahan oleh pasukan artileri Muslin dengan tembakan panah-panahnya yang terarah ke sasaran. Bahkan, ketika pasukan infanteri Quraisy terdesak ke kaki Gunung Uhud, pasukan kavaleri Khalid bin Walid tidak dapat bergerak sama sekali.

Pertempuran usah sudah dengan kemenangan pasukan Islam. Pasukan Quraisy berlarian menyelamatkan diri ke lereng-lereng Gunung Uhud. Mereka meninggalkan segala harta milik mereka, pedang, tombak, tameng, kuda, serta perhiasan dan segala simbol kemegahan militer yang lazim dibawa ke medan perang kala itu.

Sambil mengejar sisa-sisa pasukan yang masih mencoba melawan atau bertahan, pasukan Islam mengumpulkan ganimah, harta rampasan perang yang terserak-serak di antara mayat bergelimpangan dan genangan darah.

Tiba-tiba pasukan artileri di Bukir Rumat tergoda oleh limpahan ganimah. Mereka lupa terhadap kewajiban menjaga posisi belakang. Apalagi pasukan kavaleri Khalid bin Walid sudah tidak terlihat. Mereka menduga, pasukan Khalid bin Walid sudah kabur duluan setelah melihat kekalahan telak pasukan infanteri Quraisy.

Maka, mereka segera berhamburan turun. Ikut menyerbu ganimah. Saat itulah pasukan berkuda Khalid yang ternyata bersembunyi di balik pohon-pohon kurma datang menerjang. Pasukan Islam sangat terkejut. Kalang kabut memberikan perlawanan seadanya. Gugurlah tujuh puluh prajurit. Rasulullah sendiri terluka, dua gigi tanggal kena lemparan senjata.

Konsolidasi pasukan seadanya di bawah komando Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, berhasil menangkal kekalahan lebih telak. Kepulangan ke Madinah, diiringi duka-cinta mendalam.

Beberapa orang Muhajirin berkata, "Seandainya kita tahu apa harta paling berharga daripada emas perak, niscaya kekalahan di Uhud tidak akan terjadi. Kita tidak akan turun dari bukit untuk ikut memburu ganimah".

Mendengar hal itu, Umar yang berada dekat mereka menyatakan, "Perbincangan kalian ini akan ditanyakan kepada Rasulullah saw".

Umar segera mencari Rasulullah saw, yang sedang berjalan diiringi Tsauban. Setelah bertemu, Umar menyampaikan segala apa yang dimasalahkan para Muhajirin veteran perang Uhud tadi.

Sambil tersenyum Rasulullah menjawab, "Harta yang lebih berharga daripada emas dan perak adalah apabila kalian memiliki lidah yang selalu menyebut nama Allah, walbu yang selalu bersyukur, dan seorang istri mu'minah yang mendorong kalian untuk tetap menjadi seorang mu'min.

(H. USEP ROMLI H.M. dalam PR 3 September 2010)
Cara Dua Sahabat Menyambut Waktu Shalat

Cara Dua Sahabat Menyambut Waktu Shalat

Dua sahabat Nabi Muhammad Rasulullah saw, Abubakar As Siddik dan Umar bin Khattab, tergolong as sabiqunal awwalun. Orang-orang yang masuk Islam sejak awal kelahiran Islam. Bersama Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar dan Umar melanjutkan kepemimpinan Islam dan umat Islam sepeninggal Nabi saw. Mereka berempat bergantian menjadi amirulmukminin (pemimpin orang-orang beriman) yang digelari "Khulafa'ur Rasyidin", pemimpin utama.

Karakter sehari-hari Abu Bakar berbeda dengan Umar, walaupun keduanya tegas dan keras dalam menjalankan aturan hukum. Abu Bakar pernah memerangi kelompok-kelompok orang yang enggan membayar zakat. Sementara Umar tak segan-segan menghukum anaknya sendiri, Abdurahman, yang ketahuan meminum alkohol dengan 25 cambukan.


Jika terdengar Bilal ibnu Rabbah seorang berkulit hitam namun bersuara emas mengumandangkan azan, Abu Bakar sering tercenung sedih. Kadang-kadang mencucurkan air mata. Badannya gemetar seperti ketakutan oleh sesuatu.

"Wahai Abu Bakar, mengapa setiap mendengar azan, engkau selalu begitu?" tanya seorang sahabat.

Setelah lama menahan tangis agar mereda, Abu Bakar menjawab,"Sahabatku, azan adalah panggilan menegakkan shalat. Sedangkan shalat merupakan saat pertemuan kita dengan Allah SWT. Kita menyerahkan segala hidup, mati, dan ibadah hanya kepadaNya Aku takut, aku malu, karena aku datang ke hadapanNya membawa kehinaan dan ketidakberdayaanku melawan dosa-dosa. Takut dan malu karena kelemahan imanku dan ketiadaan amal solehku. Apa yang harus kubanggakan di hadapanNya, Yang Maha Mlelihat dan Maha Mencatat segala kekuranganku dalam mensyukuri nikmatNya yang tak terbilang?"

Sementara Umar, setiap mendengar azan suka kelihatan gembira ria. Tersenyum-senyum bahagia. Membuat semua yang menyaksikan terheran-heran.

"Wahai Umar, mengapa setiap mendengar kumandang azan, engkau selalu begitu?"tanya seorang sahabat.

Tanpa ragu, Umar menjawab, "Bagaimana tidak gembira perasaanku? Saat shalat adalah saat pertemuanku dengan Allah SWT. Aku dapat berkomunikasi langsung denganNya. Dapat menyampaikan doa permohonanku agar dikuatkan iman kepadaNya, dan agar diberi kemampuan beramal saleh kepada sesama manusia. Karena iman dan amal saleh merupakan fondasi kehidupan kita untuk menerima limpahan rahmat karuniaNya. Dalam shalat pula aku memohon ampun atas segala dosa dan kekuranganku sebagai manusia. Aku percaya, Allah SWT akan memberi ampunan kepada siapa saja yang bertobat, karena Dia Ghafurur Rahim, Maha Pengampun dan Maha Pengasih kepada makhluk-makhlukNya yang lemah."

(H. USEP ROMLI O.M. dalam PR)
Perlombaan Sedekah Umar dan Abu Bakar ra

Perlombaan Sedekah Umar dan Abu Bakar ra

Sebagaimana kita ketahui, para sahabat Nabi Muhammad saw, selalu berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan dalam upaya melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, tak terkecuali Umar bin Khattab dan Abu Bakar ra.

Kisah perlombaan sedekah antara Umar bin Khattab dan Abu Bakar ra ini terjadi pada peristiwa Perang Tabuk, dimana pada waktu itu Rasulullah saw menyeru kepada para sahabatnya untuk memberikan sedekah sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Umar bin Khattab ra pada saat itu memiliki harta kekayaan untuk disedekahkan. Dalam hatinya, ia merenung, "setiap saat Abu Bakar selalu membelanjakan hartanya lebih banyak dari apa yang telah saya belanjakan di jalan Allah." Umar berharap dengan karunia Allah, semoga dapat membelanjakan harta di jalan Allah lebih dari Abu Bakar kali ini, saat itu Umar ra mempunyai dua harta kekayaan untuk dibelanjakan di jalan Allah SWT.

Kemudian ia pulang ke rumahnya untuk membawa harta yang akan disedekahkannya, dengan perasaan gembira sambil membayangkan bahwa pada hari ini ia akan bersedekah melebihi Abu Bakar ra. Oleh karena itu, segala yang ada di rumahnya ia ambil setengahnya untuk disedekahkan.

Lantas Umar ra membawa harta itu kepada Rasulullah saw. Pada saat itu Rasulullah saw bersabda kepada Umar ra, "Apa ada yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Umar?" Umar ra pun menjawab, "Ya, ada yang saya tinggalkan, wahai Rasulullah." Rasulullah bertanya, "Seberapa banyak yang telah kamu tinggalkan untuk keluargamu?" Ia menjawab, "Saya telah tinggalkan setengahnya."

Tidak berapa lama kemudian Abu Bakar datang dengan membawa seluruh harta bendanya kepada Rasulullah saw. Umar bin Khattab ra berkata, "Saya mengetahui bahwa beliau telah membawa seluruh harta benda miliknya. Begitulah pembicaraan yang saya dengar dari pembicaraan antara beliau dengan Rasulullah saw."

Kemudian Rasulullah saw bertanya kepada Abu Bakar, "Apakah yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?" Abu Bakar menjawab, "Saya meninggalkan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka (saya tinggalkan dengan keberkahan nama Allah SWT dan Rasul-Nya serta keridhaan-Nya)." Mendengar hal itu Umar bin Khattab ra berkata, "Sejak saat itu saya mengetahui bahwa sekali-kali saya tidak dapat melebihi Abu Bakar."

Hikmah dari kisah ini adalah bahwa berlomba-lomba dan berusaha melebihi orang lain dalam kebaikan adalah perbuatan baik dan merupakan perbuatan yang disukai Allah SWT dan Rasul-Nya, seperi firman Allah dalam Alquran, "Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan danjalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (QS Al-Maidah [5]:48)

Untuk itu marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, terlebih pada bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini, dimana setiap kebaikan dibalas dengan pahala yang berlipat, Rasulullah bersabda, "Sedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadhan." (HR Tirmidzi)

(H. Moch. Hisyam on PR 27 Agustus 2010)
Kecintaan Ukasyah terhadap Rasulullah

Kecintaan Ukasyah terhadap Rasulullah

Ketika Rasululllah saw sakit menjelang akhir hayatnya, pada suatu majelis beliau berpesan kepada para sahabatnya "Jika aku melakukan kezaliman pada kalian walau sebesar biji zarah (biji sawi), balaslah saat ini juga. Janganlah kalian datang kepada Allah SWT kelak di hari kiamat menuntutku atas perbuatanku yang merugikan kalian di dunia ini," kata Rasulullah.

Semua yang hadir terdiam. Tiba-tiba berdirilah Ukasyah ra dan bertanya. "Ya Rasulullah, ketika aku dahulu masih kafir, dalam perang badar, engkau menarik bajuku hingga robek dan memukul pundakku dengan tongkatmu. Apakah engkau sengaja memukul saya atau hendak memukul baginda?"


Rasulullah berkata, "Wahai Ukasyah, aku sengaja memukul kamu." Ukasyah pun berkata, "Ya Rasulullah, izinkan aku menuntut balas darimu."

Seketika, gaduhlah majelis tersebut karena ada sahabatt yang tega menuntut balas pada Baginda Nabi. Umar bin Khattab langsung berdiri dan menghardik Ukasyah.

"Biarkan aku membawanya keluar ya Rasulullah. Ia telah berlaku tidak sopan terbadapmu. Tidak pernah kami merasakan suatu kezaliman pun walau kecil yang engkau lakukan terhadap kami."

Rasulullah tersenyum dan meminta Umar untuk duduk kembali. Disuruhnya Bilal ra untuk mengambil tongkatnya yang disimpan di rumah Fatimah. Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fatimah sambil meletakkan tangannya di atas kepada dengan berkata, "Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk diqisas."

Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah, maka Bilal menyampaikan maksudnya untuk mengambil tongkat Nabi. Fatimah pun heran dan bertanya, "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya. 'Berkata Bilal ra, "Wahai Fatimah, Rasulullah saw telah menyediakan dirinya untuk diqisas."

"Siapakah manusia yang sampai hatinya untuk mengqisas Rasulullah saw.?" Bilal tidak menjawab pertanyaan Fatimah.

Setelah Fatimah memberikan tongkat tersebut, Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah saw. kemudian beliau pun menyerahkan kepada Ukasyah.

Abu Bakar dan Umar tidak tinggal diam. Keduanya tampil ke depan sambil berkata, "Wahai Ukasyah, janganlah kamu qisas Rasulullah, qisaslah kami berdua!"

Mendengar pembelaan kedua sahabatnya itu, Rasulullah segera berkata, "Wahai Abu Bakar, Umar, duduklah kamu berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua."

Kemudian Ali berdiri lalu berkata, Wahai Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah, pukullah aku dan janganlah kamu mengqisas Rasulullah!"

Lalu Rasulullah berkata, "Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah telah menetapkan tempatmu dan mcngetahui isi hatimu."

Setelah itu, Hasan dan Husein bangun dengan berkata, "Wahai Ukasyah, bukankah kamu tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah saw, kalau kamu mengqisas kami sama dengan kamu mengqisas Rasulullah."

Mendengar kata-kata cucunya, Rasulullah pun berkata, "Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua."

Rasulullah berkata" "Wahai sahabatku Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul. Aku rida."

Keriuhan semakin menjadi. Isak tangis semakin keras. Anggota majelis pun semakin banyak karena tersebar kabar bahwa Rasulullah yang agung akan diqisas. Para sahabat pun tidak berdaya mencegah Ukasvah karena Nabi telah mempersilakan Ukasyah untuk melakuakan qisas.

Kemudian Ukasyah berkata "YA Rasulullah, Anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju karena bajuku robek saat kau renggut. Maka Rasulullah pun membuka baju. Setelah Ukasyah melihat tubuh Rasulullah, ia pun maju ke depan dengan membawa tongkat.

Namun, tongkat itu justru dicampakkannya dan ia mencium Rasulullah seraya berkata, "Saya tebus engkau dengan jiwa saya ya Rasulullah, siapakah yang sanggup memukulmu? Saya melakukan ini karena ingin menyentuh badan yang dimuliakan oleh Allah dengan badan saya. Dan Allah SWT menjaga saya dari neralka dengan kehormatanmu."

Takbir pun bergema. Kemudian Rasulullah berkata sambil menunjuk Ukasyah, 'Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli surga, inilah orangnya."

(Hj. Nunung Karwati on PR Agustus 2010)

Kemerdekaan Sebagai Momentum Pembebasan

Peringatan upacara seperti yang kita laksanakan saat ini, bukan dimaksudkan sebatas acara seremonial belaka, terkesan asal ada dan biar sekolah agak kelihatan gagah, Akan tetapi upacara ini hendaknya dijadikan sebagai momentum penting untuk bangkit dan semangat meneruskan cita cita para pahlawan yang telah mendahului kita, mereka telah mengorbankan segala-galanya baik jiwa maupun raga, termasuk nyawa dan tetesan darah. Tidak lain adalah demi merebut tanah pertiwi yang kita diami ini. Patut bagi kita untuk mensyukuri adanya ini semua. Agar kemerdekaan ini senantiasa bersama kita dan keturunan keturunan kita.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ (البقرة: 152)
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku.”

Betapa besarnya jasa mereka, betapa tulus dan ikhlasnya perjuangan mereka dalam mempersembahkan kehidupan merdeka kepada kita semua. Kemerdekaan yang berhasil diraih 65 tahun harus kita jaga dan kita amankan bersama. Mari bersatu padu untuk meningkatkan kualitas kemerdekaan yang telah ada.

Dalam konteks Negara Indonesia, maka peringatan HUT RI Ke-65 saat ini tergolong sangat spesial sekali. Dimana, di tahun 2010 ini kita peringati bersamaan dengan bulan ramadhan, yaitu bulan agung yang di dalamnya penuh rahmat dan ampunan, dan juga bulan dimana moment yang paling tepat untuk pembebeasan dari api neraka. Rupanya kesamaan tanggal dan bulan ini, juga terletak pada saat penerimaan wahyu yang pertama kali di Gua Hiro, yaitu tepatnya tanggal 17 agustus 609M. Hal ini mempunyai hubungan historis-semiotis, atau kesamaan sejarah dalam momentum yang sama, yakni sama² mempunyai misi pembebasan. HUT RI mempunyai misi pembebasan secara fisik-material dari penjajahan bangsa lain. Sedangkan Ramadhan mempunyai misi pembebasan secara mental-spiritual. Semoga selepas peringatan ini kita bisa memperoleh kemerdekaan yang kaffah, merdeka secara fisik-material dan merdeka secara mental- spiritual

Berbeda lagi dengan konteks Yayasan, Peringatan HUT RI kali ini merupakan pengalaman baru bagi kita semua, yang biasanyan upacara kita lakasanakan satu kali yaitu kenaikan bendera saja, sekarang kita laksanakan upacara penurunan bendera secara bersama sama. Juga dibarengkan dengan acara pesantren kilat yang mengambil tema shalat 50 raka’at seharus semalam, dengan kata lain kalau dihitung dari sujudnyha adalah 100 sujud. Mengapa tema tersebut menjadi pilihan karena tema tersebut juga berkaitan erat dengan isra’ - mi’raj yang terjadi bulan yang lalu.

Hadirin… Dewan guru, TU dan segenap karyawan Yayasan Soebono Mantofani yang saya hormati, anak anakku sekalian yang mudah mudahan dirahmati…

dari situ pentingnya bagi kita pewaris negeri ini untuk terus menerus menjaga keutuhan dan persatuan. Dengan segenap kemampuan dan persatuan kita kembangkan serta potensi yang kita miliki insyallah kita akan menjadi pewaris negeri ini, yang bertanggung jawab.


وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُون (ال عمران: 103) َ

“ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. ”

Merubah masalah dengan solusi, merubah terpakasa menjadi rela, merubah yang tidak bisa menjadi bisa, menjadikan generasi yang gemilang di masa depan amin ya rabbal alamin. Perubahan kondisi itu pasti bisa dilakukan dengan kerjasama yang baik, antar sesama teman, dan guru, murid, karyawan dibawah satu komando yayasan. Kita kaya akan potensi untuk mencetak perubahan, guru berpengalaman, karyawan yang rajin anak didik yang cerdik, lahan yang memungkinkan untuk memacu pendidikan.

Oleh karena itu kami juga mengajak kepada semua civitas akademik dari berbagai elemen yang ada di yayasan ini, untuk terus bekerja sama dan dan bertanggung jawab atas amanah besar yang telah di beriakn kepada kita semua, yakni amanah berupa tanggung jawab mengemban pendidikan.




Kedermawanan Ali bin Abi Thalib

Kedermawanan Ali bin Abi Thalib

Pada suatu ketika Allah SWT menguji keluarga Ali bin Abi Thalib ra. Salah seorang dari kedua anaknya ditimpa demam tinggi. Demi kesembuhannya, ia melakukan pelbagai ikhtiar.

Mulai dari usaha konvensional hingga yang bersifat spiritual seperti dengan memberikan tindakan media yang selaras dengan konteks zaman. Atau, lewat doa, bahkan bernazar. Dalam nazarnya itu, Ali bin Abi Thalib ra menyatakan bahwa ia akan melaksanakan puasa selama tiga hari berturut-turut apabila anaknya itu sembuh.



Segala puji milik Allah. Selang beberapa waktu, kesehatan anaknya pulih kembali. Allah SWT mengabulkan doanya. Oleh karena itu, ia sangat bersyukur. Maka, keesokan harinya ia mulai melaksanakan puasa nazarnya. Dalam hal ini ia disertai istri tercintanya, Fatimah al-Zahra binti Rasulullah saw.

Waktu bergulir. Pagi berganti siang. Petang menyusul, kemudian waktu maghrib pun akhirnya tiba. Ketika pasangan suami-istri itu hendak berbuka dengan makanan alakadarnya, tiba-tiba pintu rumah diketuk orang. Tamu yang tidak diundang itu ternyata seorang miskin papa. Ia datang untuk meminta belas kasihan, karena didera lapar seharian penuh. Tanpa berpikir panjang, keluarga suci itu segera memberikan makanan yang sedianya akan mereka santap. Tidak heran malam itu mereka berbuka puasa hanya dengan beberap teguk air.

Esoknya mereka berpuasa lagi. Hari itu berlalu seperti biasa. Namun, kala waktu maghrib tiba, pintu rumah lagi-lagi diketuk orang. Kini yang datang adalah seorang anak yatim. Sebelum yang bersangkutan mengutarakan maksudnya, mereka sudah jatuh iba. Kondisi anak atim itu memang sangat memprihatinkan sehingga mereka memberinya makanan, yang sejatinya dipersiapkan untuk berbuka puasa. Malam itu pun mereka lalui dengan perut lapar.

Kini, mereka telah berada pada hari ketiga dari puasa nazarnya. Karena berkah Allah SWT dalam segala hal, mereka tampil tetap dalam kondisi prima. Tidak kecuali dalam menjalai maisyah, atau kehidupan dunia ini.

Sebagaimana hari-hari sebelumnya, ketika menjelang maghrib, ketika mereka mempersiapkan diri untuk berbuka, seseorang datang memohon belas kasihan. Kali ini adalah seorang tawanan perang. Lantaran mengutamakan orang lain sudah menjadi sifat keluarga itu, tidak mengejutkan jika makanan yang sudah terhidang untuk berbuka pun mereka berikan kepadanya dengan penuh keikhlasan.

Dengan demikian, selama keluarga suci itu menunaikan puasa nazar, maka tidak sebutir kurma atau sepotong roti pun yang masuk ke perut mereka. Sungguh mengagumkan perilaku pasangan suami-istri itu. Mereka sanggup menahan lapar berhar-hari, lantaran lebih mengutamakan orang lain dari kalangan akar rumput. Lagi pula, semua itu mereka lakukan tanpa pamrih, kecuali mengharap ridha Allah SWT.

(PR 20 Agustus 2010)

Download QuranFlash Tajweed

Bulan Ramadhan yang penuh berkah telah tiba, maka perbanyaklah membaca alquran. Anda bisa membaca alquran tidak hanya dengan membaca mushaf, tetapi bisa menggunakan handphone ataupun komputer. Salah satu aplikasi untuk membaca alquran di komputer adalah QuranFlash Tajweed.

QuranFlash Tajweed ini merupakan sebuah Al-Qur'an yang dibuat dalam format file flash lengkap dengan tajwidnya. Tampilan QuranFlash ini sangat enak untuk dilihat, karena setiap lembar yang kita buka seperti kita benar-benar membuka sebuah Al-Qur'an.


Bagaimana?? Mudah-mudahan dengan saya share ini saya mendapatkan banyak pahala dan begitu juga sobat blogger yang lain nya,, amin.

download

(Dari www.remo-xp.com)
Tanda Orang Bahagia

Tanda Orang Bahagia

Assalamualikum wr wb

Yang kami mulyakan para hadirin semuanya, alangkah berbahagianya pada hari ini kita semua bisa hadir ditempat ini dalam rangka tasyakuran atas terpilihnya ananda Paksi Jaladara sebagai juara di kelas unggulan di sekolahnya. Semunya ini merupakan karunia yang terindah yang diberikan oleh Allah kepada kita semua. Di dalam sebuah hadits dikatakan Bahwa Rasulullah menyematkan empat tanda bagi orang yang berbahagia. Di dalam haditsnya yang berbunyi:

اربع من سعادة المرء ان تكون زوجته صالحة واولاده أبرارا وخلطأه صالحين وان تكون رزقه ببلده
Empat ciri kebahagiaan seseorang, apabila istrinya (pasangannya) yang baik, mempunyai anak yang baik-baik, perkumpulannya dengan orang orang shalih, rizkinya diperoleh dari negaranya.

Empat hal di atas adalah pilar utama untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat,

Pertama. Pasangan yang salihah. Seseorang akan merasa damai apabila ia mempunyai pasangan yang setia, selalu menjaga kehormatannya dari orang lain yang bukan muhrimnya. Dengan akhlak mulia ini, suami akan merasa tenang dan nyaman ketika berada di luar rumah. Dua pola ini yaitu si isteri yang menjaga kehormatannya di rumah akan memperoleh pahala sedangkan si suami yang bekerja mencari nafkah akan selalu merindukan rumah. Gambaran semacam ini digambarkan oleh keluarga Rasulullah seperti dalam sabdanya “rumahku adalah surgaku”. Jadi keduanya mempunyai nilai pahala yang sama, meski bentuk pengabdiannya berbeda. Karena sesungguhnya ibadah di dalam Islam itu banyak bentuknya.


Sepakat atau tidak, bahwa banyak rumah tangga yang berantakan disebabkan dari dua pola ini tidak tercapai secara maksimal, suami mencurigai isterinya dan isteri-pun cemburu dengan perbuatan suaminya. Banyak orang yang ketika keluar rumah tidak merindukan pulang lagi di tengah-tengah keluarganya yang serba ‘panas’ dan banyak pula keluarga yang tidak begitu menginginkan suaminya (kepala rumahtangganya) untuk hadir dan ikut serta di dalam rumah kecuali penghasilannya saja. Di sini menguatkan pendapat, bahwa kebahagiaan bukan semata mata dari hartanya saja, akan tetapi kebahagiaan adalah sebuah jalan untuk mengarungi kehidupan dengan berbagai cara dan modelnya.

Meneladani Siti Khadijah ra

Meneladani Siti Khadijah ra

Mengenang Siti Khadijah ra berarti kita mengingat sejarah perjuangannya dalam mendampingi Rasulullah saw. Siti Khadijah berasal dari keturunan yang terhormat, mempunyai harta kekayaan yang tidak sedikit serta terkenal sebagai wanita yang tegas dan cerdas. Bukan sekali dua kali pemuka kaum Quraisy mencoba mempersunting dirinya. Tetapi pilihannya justru jatuh kepada seorang pemuda yang bernama Muhammad, pemuda yang begitu mengenal harga dirinya, yang tidak tergiur oleh kekayaan dan kecantikan.


Sayyidina Khadijah ra merupakan wanita pertama yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Beliau banyak membantu dan memperteguh tekad Rasulullah saw melaksanakan risalah dakwah. Beliau senantiasa berusaha meringankan kepedihan hati dan menghilangkan keletihan serta penderitaan yang dialami oleh suaminya dalam menjalankan tugas dakwah. Inilah keistimewaan dan keutamaan Khadijah dalam sejarah perjuangan Islam. Beliau adalah sumber kekuatan yang berada di belakang Rasulullah saw.

Pada suatu ketika Rasulullah saw menyatakan, "Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepadaku saat semua orang ingkark, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya ..." Begitulah pernyataan Rasulullah saw tentang kepribadian Khadijah, istrinya. Seorang istri sejati, muslimah yang dengan segenap kemampuan dirinya berkorban demi kejayaan Islam.
Sabar

Sabar

Segala puji bagi allah atas segala yang telah di anugerahkan kepada kita, baik material maupun nikmat yang immaterial. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad Saw, sebagai penuntun ummat menuju jalan yang selamat. Marilah kita tingkatkan kualitas dan kwantitas ketaqwaan kita kepada Allah swt, dengan sungguh-sungguh karena taqwa inilah yang akan mengantarkan kita kepada kenikmatan dunia dan akhirat alamin ya rabbal alamin

Hadirin yang di muliakan Allah
Kehidupan di dunia ini terasa sangat sigkat, jika dibandingkan dengan kehidupan sebelum atau sesudah hidup dimuka bumi ini. Tetapi dari kehidupan yang singkat ini, ada banyak sekali hal-hal yang kita temui, suka, duka, ceria dan nestapa terus selalu mengikuti dan akrab bersahabat dengan kehidupan kita.

Manusia selalu digelayuti oleh nasib yang berbeda dari hari ke hari tanpa kita ketahui secara pasti, apa sebenarnya kehendak Allah ta’ala. Karena itulah setiap manusia harus tunduk dibawah keputusan dan kehendak rabb-Nya. Allah tidak akan merubah sunnanya yang berlaku untuk hamba-hambanya. Namun tidak kemudian kita men-salah artikan dan berbuat semaunya berdalih bahwa ini kehendak Allah ta’ala, karena kita sendiri tidak tahu dengan kehendak Allah ta’ala. Dasar logis ini menjadi pertimbangan setiap manusia untuk memilih perbuatan baik agar mendapatkan nasib yang baik. Tetapi jika yang kita lakukan sudah maksimal maka dalam tahap inilah kita semua menyerahkan kepada Allah ta’ala.

Imam Ghazali berpendapat bahwa sabar adalah menguatkan dorongan agama untuk mengalahkan dorongan nafsu-nya. Jadi kesabaran pada dasarnya adalah konsep agresif untuk maju dengan cara melepaskan jeratan masalah dan kesediahan. Sesungguhnya Allah sudah memberikan semua dunia ini dengan segala sunnahnya. Jika kita berbuat yang salah maka secara sunnatullah kita akan mendapatkan kejelekan. Kausalitas seperti itu telah termaktub di dalam al Qur'an :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Ada baiknya kalau kita menyimak apa yang ditulis oleh Imam Al Islambuly, bahwa ada seorang ahlii hadits yang suka mengumpulkan kepompong-kepompong untuk disaksikan bagaimana perubahan kepompong tersebut keluar dan menjadi kupu-kupu yang indah, tetapi pada suatu hari, ada kepompong yang menurutnya lambat dalam proses keluarnya, akhirnya kepompong tersebut di bantu dalam proses pengeluarannya, yang terjadi ternyata justru kepompong tersebut mati, ayah ahli hadits tersebut akhirnya meberikan fatwa:”wahai anakku, pada saat kepompong keluar menjadi kupu-kupu, sebenarnya mengeluarkan racun-racun yang ada dalam dirinya, jika tidak ia keluarkan maka ia akan mati, begitu juga dengan kehidupan di dunia, dunia akan memberikan sesuatu tetapi di sisi lain dunia juga akan meminta sesuatu juga, mustahil dunia akan memberikan begitu saja.

Filosofi kisah tersebut memberikan pelajaran kepada kita, bahwa dengan melintasi batas kebenaran yang digariskan, demi untuk mendapatkan sesuatu maka akan menjadikan ketahanan agamanya menjadi luntur.

Hadirin yang dimulyakan Allah
Tidak dibenarkan dalam kehidupan ini bersifat ambisius, mengejar dunia yang berlebihan, dalam al-Qur'an kita diperintahkan untuk selalu meminta kepada Allah untuk berbuat sabar dalam menjalankan perintahnya dan sabar menjalankan shalat dengan penuh ketekunan. (QS al Baqarah:45)
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (QS al Baqarah:45)

Sabar tidak hanya ketika menerima keadaan yang tidak kita inginkan, tetapi sabar juga harus kita aplikasikan kepada semua aspek kehidupan termasuk bersabar pada saat mendapatkan nikmat yakni dengan cara membelanjakan dengan cara yang benar sesuai dengan tuntunan Allah ta’ala.

Setiap ibadah membutuhkan kesabaran di dalamnya, oleh karena itu sabar adalah bagian dari tubuh amal itu sendiri. Imam Ali ra berkata:

اَلَّصبْرُ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الْجَسَدِ وَلَا جَسَدَ لِمَنْ لَا رَأْسَ لَهٌ وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لَا صَبَرَ لَهُ
Sifat sabar itu menempati kedudukan sebagai kepala dari bagian jasad, tidak jasad yang tanpa kelapa, dan tidak ada keimanan bagi orang yang tidak bersabar.

Hadirin yang berbahagia
Bersabarlah atas segala yang digariskan oleh Allah dan janganlah kita mencari jalan pintas, untuk kaya kita tidak perlu memelihara tuyul, atau korupsi, untuk menjadi populer jangan menjual harga diri, untuk hidup terhormat jangan menjelekkan orang al Qur'an :al-Insan:24

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ ءَاثِمًا أَوْ كَفُورًا
Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.

Dari Ibnul Mubarak, pada suatu hari ada orang majusi yang melayat kepada jenazah putranya, dia berkata:”hari ini akan ada orang pandai yang dilakukan oleh orang yang bodoh lima hari yang akan datang”.

Orang bodoh yang tidak tahu betapa besarnya pahala sabar, akan melakukan sedih berkepanjangan, berbeda dengan orang yang cerdik dan bijak yang di dalamnya ada unsur kesabaran, ia akan ditimpa kesedihan pada saat musibah itu menimpa, dan tidak berlarut larut jatuh dalam duka. Sabda Nabi saw :
الصبر عند الصدمة الأولى
“ Sabar itu terdapat pada pukulan pertama

Hadirin yang dimuliakan Allah, mudah mudahan kita semua diberikan kesabaran, sabar dalam menjalankan perintah, sabar menghadapi musibah dan sabar menjauhi maksiat. Dan dalam kehidupan sosial kita selalu bisa bersabar dan memberikan kontribusi untuk berbuat sabar. Rasulullah saw bersabda :”sabar itu ada tiga, sabar menghadapi musibah, sabar menjalankan perintah dan sabar menjauhi maksiat, barang siapa yang sabar menghadapi musibah, sehingga ditolaknya dengan perbuatan yang baik maka baginya 300 derajat dan barang siapa sabar menjalankan perintah maka baginya 600 derajat baginya, dan barang siapa sabar dalam meninggalkan maksiat maka baginya 900 derajat. amin ya rabbal alamin. untuk lebih serunya lagi silahkan baca epistmologi aqiqah

جعلنا الله و إياكم من المؤمنين الأمنين. وأدخلناوإياكم فى زمرة الصابرين

Kiat Aa Gym: Hidup yang Dibimbing Allah

Kiat Aa Gymnastiar
... Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Qashash: 50)

Misalkan kita hendak memasuki sebuah hutan rimba yang belum kita kenal tempatnya, tentu akan lebih mudah bila kita didampingi seorang pemandu. Yang akan memberi tahu mana jalan yang baik untuk dilalui, mana yang tidak. Apa saja bekal perjalanan yang hendanya dibawah, dan bagaimana cara mengatasi berbagai kendala selama perjalanan.

Tetapi bisa juta kita memasuki hutan yang tidak dikenal itu, dengan kemampuan yang kita miliki. Kita tidak membutuhkan pemandu, karena percaya akan keahlian kita dalam menghadapi berbagai masalah diperjalanan. Namun, tentu saja cara ini akan lebih susah untuk dilakoni. Banyak energi yang terbuang secara sia-sia, dan belum lagi bahaya tersesat senantiasa membayangi. Begitu juga dengan hidup ini, saat masalah datang menerpa. Bila kita mengandalkan kemampuan yang kita miliki, entah itu berupa kepandaian, harta, atau kekuasaan yang kita punya, tapi tanpa petunjuk dari Allah, kesesatanlah yang nantinya akan kita temui.

Saudaraku, memperoleh petunjuk dari Allah adalah sebuah anugerah yang tak terhingga dalam hidup ini. Sebuah masalah, seberapa pun sukarnya ia, akan menjadi mudah saat 'tangan-tangan' Allah memandunya. Karenanya, jangan pernah menyandarkan segala solusi masalah, hanya berlandaskan pada kemampuan yang ada dalam diri kita, sembari melupakan Allah yang menggenggam jiwa ini.

Manusia memang dikarunia berbagai kemampuan yang dapat dipergunakannya untuk mengatasi masalah. Tetapi, bila kemampuan-kemampuan itu tidak mendapat pengayoman dari cahaya Allah, maka kelak kita akan tersesat oleh ilusi kebenaran yang diciptakannya. Sebagaimana Allah nyatakan dalam surat Al-Qashash ayat 50.

Jadi, carilah bimbingan dari Allah di setiap detik hidup ini. Raihlah petunjuk-Nya, ketika masalah datang menerpa. Ketuklah pintu ridho-Nya, agar Nur Illahi selalu menerangi langkah-langkah kita.

(Sakinah 25 Juni 2010)

Kiat Aa Gym: Menuju Akhirat

Kiat Aa Gymnastiar
Puncak kebahagiaan hidup adalah saat kita memberikan hati atau cinta kita untuk sesuatu. Baik itu makhluk, harta benda, popularitas, kekuasaan atau lainnya, kepada Allah, Dzat Yang Maha Kekal. Dengan cinta yang kita berikan, akan menjadi penuntun ke mana arah yang akan kita tuju dan menjadi.

Bila kita memberikan hati pada makhluk, maka bersiap-siaplah untuk kehilangan. Karena makhluk bersifat fana, suatu saat akan sirna. Bila harta, popularitas atau kekuasaan tempat hati kita bertaut, tunggulah! Suatu waktu kita akan terhinakannya. Ia akan membawa kita ke titik nadir, tempat di mana jiwa akan merasakan kegersangan yang tiada kira.

Makhluk, harta benda, popularitas hanya akan membawa kita menjadi para pencinta dunia. Para pencinta yang mengabdikan dirinya untuk mengejar dunia dan segala keindahannya. Para pencinta yang merasa bahwa ia telah mendapatkan kebahagiaan yang menjadi tujuan hidupnya. Namun hakikatnya, tujuan yang ia kejar adalah tujuan ke lembah kehampaan tanpa dasar.

Bagaikan Qais yang menjadi majnun (gila) karena cintanya pada Laila. Qarun yang rela mati tertimbun oleh harta, karena tak rela untuk meninggalkannya, atau Fir'aun yang ditelah ganasnya Laut Merah karena egonya akan popularitas dan kekuasaan.

Merekalah para pencinta dunia. Mereka yang namanya masih tergores dalam lembar sejarah sebagai orang-orang telah terpikat hatinya pada keindahan cinta dunia. Cinta pada makhluk, harta benda, popularitas atau kekuasaan.

Tidak cukupkah, para tokoh pencinta dunia itu menyadarkan kita akan hakikat hidup ini? Masih kurangkah tingkah polah mereka mengajarkan kita, ke mana hati ini  hendaknya kita berikan? Atau kemanakah cinta harus kita sandarkan, agar tidak goyah saat kaki ini melangkah?

Jika cinta ini kita persembahkan pada Allah, Dzat Yang Maha Kekal, di mana jiwa kita ada ditangan-Nya, maka keberuntungan akan menyapa dalam setiap detik kehidupan kita. Bila setiap waktu, hanya nama-Nya yang kita sebut. Bila setiap saat, hanya Allah yang menghiasi indahnya lafadz yang tak henti menyebut nama-Nya. Yakinlah surga telah lebih dahulu hadir mengiringi hidup kita.

Saat cinta pada makhluk, harta benda, popularitas atau kekuasaan hanya ibarat  bunga mimpi yang ada, namun tidak nyata. Maka saat itulah, kita telah mendeklarasikan kebebasan yang hakiki. Kebebasan untuk menjadi hamba Allah yang sejati. Para pencinta akhirat.

Saudaraku, ingatkan diri kita akan hakikat hidup di dunia ini. Kita menjadi hamba Allah bukan hamba dunia. Dunia adalah pelayan kita, bukan sebaliknya.

(Sakinah 18 Juni 2010)
Ayat Ayat Kiamat

Ayat Ayat Kiamat

Berikut adalah ayat ayat yang berbicara tentang kiamat, ceramah singkat sengaja posting ayati-ayat ini untuuk menjadi landasan sekaligus membantah jikalau ada diantara sekian orang yang tidak yakin dengan datangnya hari kiamat. Hari kiamat pasti datang setuju atau tidak bukan urusan makhluk Allah, tetapi murni urusan Allah.

mengenai datangnya hari kiamat, dapat kita kenali melalui beberapa tanda saja. berikut adalah kutipan ayat ayat yang berbicara tentang kiamat:

Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. Dan sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik. QS. Al Hijr (15) : 85

dan apabila lautan dijadikan meluap, (al Infithar:3)
dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, (az-zilzalah:2)

dan apabila bumi diratakan, (al Insyiqaq:3)
dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu,(al Mursalat:10)

Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman.QS. Al Mu’min (40) : 59

Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. QS. Thaahaa (20) : 15

(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras. (al hajj:2)

Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila hari kiamat sudah datang? QS. Muhammad (47): 18

Telah dekat terjadinya hari kiamat. QS. An Najm (53) : 57

Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. QS. An Najm (53) : 58
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". QS. Al A’raaf (7): 187

Dasar Epistemologis Aqiqah

Yang kami hormati sesepuh, asatidz, bapak-bapak, ibu-ibu tamu undangan yang mudah mudahan dimulyakan oleh Allah. Terkhusus kepada sahibul bait yang dimulyakan oleh Allah. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan ‘inayahnya kepada kita semua amin ya rabbal alamin.

Alhamdulillah patut kita panjatkan kepada Allah, shalawat serta salam tetap tercurah kepada rasulullah saw.

Dalam keragaman ibadah yang telah digariskan agama, ada beberapa cara untuk mengungkapkan rasa syukur secara syar’i. Diantaranya adalah dengan cara menggelar tasyakuran, bersedekah atas nikmat yang kita dapat, menyantuni fakir dan miskin, bertasbih dan lain lain. Spesial pada tema ini adalah tentang kaitan syukur dengna Aqiqah. Aqiqah adalah salah satu bentuk perwujudan rasa syukur kepada Allah atas kelahiran keturunan yang kita dapat, dengan tujuan keturunan tersebut dapat membawa amanah dan perjuangan orang tuanya.

Aqiqah secara gampang dimengerti adalah menyembelih hewan pada hari ke-7 dari kelahiran seorang anak, kami tidak menemukan bahwa syariat ini tertuang di dalam al Qur'an, akan tetapi banyak hadits yang menjelaskan tentang hal ini. Hadits tersebut berbunyi :

حدثنا إسحاق حدثنا سعيد عن قتادة عن سمرة أن رسول الله صلعم . قال كل غلا م رهين بعقيقته تذبح عنه يوم السابع ويُحلقُ رأسُه ويسمى (رواه أحمد: 1928)

Tidak hanya terdapat didalam musnad Ahmad tetapi terdapat juga di Sunan At Tirmidzi 1442, Imam An Nasa’i 4149, Abu Daud 2454, 2455 Imam Ibn Majjah 3156 Ad Darimiy 1887.

Hadits diatas tersebut berderajat marfu’ dilihat dari sisi sambung tidaknya sanad, artinya dapat dijadikan sebagai landasan hukum. Para ulama’ sepakat bahwa hukumnya adalah sunnah mu’akkad dah hanya sekelompok kecil yang mewajibkannya. Ada tiga hal dalam hadits tersebut yaitu :

1. Memotong kambing pada hari ke-7 dari kelahiran anak
2. Mencukur rambut
3. Memberi nama

Meski terkadang pada kenyataannya banyak orang yang melakukan secara terbalik yaitu denga memberi nama terlebih dahulu, kemudian bayai berumur 3 bulan dicukur rambutnya dan aqiqah se-sempatnya. Namun yang terpenting dari semua ajaran itu adalah inti bersyukurnya kepada Allah yang telah memberikan karunia berharga berupa nyawa dan masa depannya dititipkan kepada didikan orang tuanya.

Makna hadis tersebut menurut Imam Ahmad bin Hanbal ra adalah “Bayi itu tertahan syafa’at kepada kedua orang tuanya.” Artinya jika bayi itu kelak menjadi anak yg saleh ia di akhirat kelak tidak bisa memberikan syafaat kepada kedua orang tuanya sebelum diaqiqahkan atau jika bayi itu meninggal sebelum diaqiqahi ia di akhirat kelak tidak dapat memberikan syafaat kepada kedua orang tuanya.

Jika tidak mampu memotong di hari ke-7 disunnahkan di hari ke-14 atau 21, namun jika masih tidak mampu, agama memberi keleluasan ‘semampunya’. Hal ini membuktikan betapa pentingnya tuntutan Allah untuk bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang telah diberikan kepada kita semua. Namun perlu diingat bahwa Allah tidak butuh dengan syukur kita, karena itu pada prinsipnya bersyukur kepada Allah adalah manfaat baik untuk diri hamba yang bersyukur tersebut, sesuai dengan firmannya :

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji" (QS. Luqamn[13]:12)


Disyariatkan untuk siapa?
Ada perbedaan pendapat dikalangan ulama’ dalam kaitannya dengan bolehkah seseorang aqiqah atas dirinya sendiri, karena di masa lampau orang tuanya tidak meng-aqiqahi-nya.

Pertama, pendapat beberapa tabi’in, seperti : ‘Atha`, Al-Hasan Al-Bashri, dan Ibnu Sirin, juga pendapat Imam Syafi’i, Imam Al-Qaffal asy-Syasyi (mazhab Syafi’i). mereka berpendapat sunnah mengaqiqahi dirinya sendiri berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. bahwa Nabi saw mengaqiqahi dirinya sendiri setelah nubuwwah (diangkat sebagai nabi). lihat As-Sunan Al-Kubra, 9/300; Mushannaf Abdur Razaq, no 7960; Al-Mu’jam al-Ausath no 1006; Musykil Al-Atsar no 883.

Kedua, Malikiyah dari Imam Ahmad, menyatakan orang yang waktu kecilnya belum diaqiqahi, tidak disunnahkan mengaqiqahi dirinya setelah dewasa. Alasannya aqiqah itu disyariatkan bagi ayah, bukan bagi anak. Menurut hemat kami masih lebih baik melakukan qurban dari pada aqiqah untuk dirinya sendiri. Lalu bagaimana dengan hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra sebagaimana telah di pakai dasar pijakan pada pendapat yang pertama tersebut.

Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra. Di atas yang menjelaskan Nabi SAW mengaqiqahi dirinya sendiri dinilai dhaif. Lihat Hisamuddin ‘Afanah, Ahkamul Aqiqah, hlm. 59; Al-Mufashshal fi Ahkam al-Aqiqah, hlm.137; Maryam Ibrahim Hindi, Al-’Aqiqah fi Al-Fiqh Al-Islami, hlm. 101; M. Adib Kalkul, Ahkam al-Udhiyyah wa Al-’Aqiqah wa At-Tadzkiyyah, hlm. 44.

Diantara ulama’ yang melemahkan hadits diatas adalah
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani Fathul Bari, 12/12,
Imam Ibnu Abdil Barr Al-Istidzkar, 15/376,
Imam Dzahabi Mizan Al-I’tidal, 2/500,
Imam Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah Tuhfatul Wadud, hlm. 88,
Imam Nawawi (Al-Majmu’, 8/432). Imam Nawawi berkata,”Hadis ini hadis batil,”
karena menurut beliau di antara periwayat hadisnya terdapat Abdullah bin Muharrir yang disepakati kelemahannya. (Al-Majmu’, 8/432).

Namun, Nashiruddin Al-Albani telah meneliti ulang hadis tersebut dan menilainya sebagai hadis sahih. (As-Silsilah al-Shahihah, no 2726). Menurut Al-Albani, hadis Anas RA ternyata mempunyai dua isnad (jalur periwayatan).

Selanjutnya kita tiadak berhak untuk saling menyalahkan tetapi berhak dan bahkan sangat dianjurkan untuk terus mengkaji dasar dasar pijakan dan etika agama dalam melakukan aqiqah. Hargai pendapat orang niscaya orang lain akan menghargai pendapat anda.

Yang kedua sekitar persoalan makna filosofis mencukur rambut dan efek positif dalam memberikan nama akan kita bahas lain waktu.

والله أعلم بالصواب

Jika masih ingin membaca yang lain silahkan klik di sini