Kelahiran Nabi Isa dan Kuasa Tuhan

CERAMAH SINGKAT, Pada dasarnya ayat yang satu dengan ayat yang lain adalah saling berhubungan kelahiran Nabi Isa dan Kuasa Tuhan sebagai salah satu bentuk ayat yang berhubungan dengan ayat ayat sebelumnya.
dan saling mengikat, begitupula antara surat yang satu dengan surat yang lain mempunyayi keterkaitan pula yang erat dan mengikat, di bawah ini akan ada paparan tentang

Kisah natalitas Nabi Isa as diabadikan di dalam QS. Maryam juga di dalam surat Ali Imran. Dalam susunan mushaf Utsmani Surat Maryam termasuk surat ke-19, dalam surat tersebut di permulaan surat memuat kisah lahirnya Nabi Yahya as putra Nabi Ishaq as, dimana Nabi Yahya dilahirkan dari seorang ibu yang sudah memasuki usia senja dan mandul, peristiwa tersebut menurut pertimbangan akal manusia tak mungkin terjadi. Namun hal itu tidak mengherankan lagi karena setelah usai memuat kisah lahirnya Nabi Yahya kemudian berlanjut dengan kisah lahirnya Nabi Isa tanpa seorang bapak, di sinilah kelahiran Nabi Isa dan Kuasa Tuhan bertindak

Seolah-olah ayat tersebut ingin menunjukkan kepada pembacanya pada waktu itu dan masa mendatang bahwa Allah maha kuasa atas segala yang dikehendakinya. Lahir dari seorang ibu yang memasuki usia senja lagi mandul merupakan peristiwa fenomenal, namun hal itu belumlah seberapa fenomenalnya dengan seorang bayi yang dilahirkan Maryam bernama Isa as tanpa seorang Ayah.
Allah berfirman QS. Maryam 19-20

Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"

Kuasa tuhan tidak terbendung oleh kehendak serta tak terbatas oleh akal pikiran manusia, Tuhan Allah swt mempunyai kuasa yang benar benar diluar batas jangkauan manusia, untuk menjelaskannya agar ada kesinambungan maka bacalah ayat per ayat agar menemukan titik terang yang disampaikan oleh Al Quran, tanpa mengkaji secara detail, mustahil menumakan pesan inti ajaran Qur’an

Fenomena dalam masyarakat kita ini dengan banyaknya artikel di media (bc. Mbah google) membuat banyak orang yang hanya tahu lapisan kulit luarnya pengetahuan saja namun minim pengetahuan intinya. Untuk memahami kesinambungan ayat demi ayat tersebut, para ulama’ ahli ilmu tafsir memuat bahasan tersendiri dalam bahasan tanasubul ayat (hubungan ayat). Begitupula yang terjadi hubungan surat per-surat di dalam Al Qur’an yang diracik oleh ahli ilmu tafsir dengan nama tanassubus suwar (hubungan surat) di dalam al Qur’an.



Implikasi Sombong

Ada empat hal yang bisa menghambat bahkan mampu menggagalkan proyek perbaikan hati, menurut Imam Ghazali dalam minhajul abidin empat hal tersebut adalah sombong, panjang angan-angan, iri hati atau dengki dan tergesa-gesa. Pada kesempatan kali ini, admin ceramah singkat akan membahas tentang implikasi sombong. Sifat sombong tidak berdiri sendiri tetapi mempunyai efek domino yang melahirkan beberapa sifat lainnya.

Adapun definisi sombong dapat terwakili dengan cuplikan hadits Nabi saw alkibr bathrul haq wa ghamtun naas Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain, dalam hadits potongan hadits tersebut sombong bisa dilihat dari dua sudut pandang, Sombong kepada khaaliq dan sombong kepada makhluq, sombong kepada khaaliq berarti melakukan penolakan terhadap kebenaran yang hadir dihadapannya dan sombong kepada makhluq berarti memandang dirinya paling baik dibanding dengan orang lain.

Sombong adalah sifat yang merusak, salah satu kegagalan Iblis meraih derajat mulia di hadapan Allah meskipun awalnya termasuk dalam kategori makhluk yang hebat dalam ibadahnya juga disebabkan kesombongannyan pada saat penciptaan Adam as Iblis enggan menjalankan perintah Allah untuk bersujud menghormat kepada Nabi Adam as, akhirnya iblis menjadi makhluk durhaka kisah ini terabadikan dalam QS. Al Baqarah: 34

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ 
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Sombong akan membangkitkan sifat tercela lainnya sebagai efek domino dari sikap sombongnya itu; Pertama, Tertutupnya kebaikan (khirman al haq) sehingga hatinya buta tidak mampu melihat kebaikan dari orang lain, orang yang mengidap penyakit sombong akan melihat orang lain rendah, sehingga berita kebaikan yang dibawa orang lain dianggap sebagai berita yang salah, kurang berkualitas karena hatinya telah terkunci mati oleh kesombongan, Allah berfirman;

الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي ءَايَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ ءَامَنُوا كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّار
(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.(QS. Al Ghofir: 35)

Kedua, dibenci Allah (al baghdhu min Allah) karena sifat tercela, kebencian Allah terhadap hambanya yang berlaku sombong secara eksplisit muncul dalam beberapa ayat diantaranya adalah, Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.(QS. An Nahl:32). Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa, Nabi Musa as dalam munajatnya menanyakan kepada Tuhannya, siapakah orang yang paling dibenci oleh Allah, salah satunya adalah orang yang hatinya bercokol sifat sombong.

Ketiga, siksaan (an-nikaal) bagi penyandang sifat sombong dunia dan akhirat, di dunia ia dibenci sesamanya atas arogansi dan egosinya, karena memandang dirinya paling benar, sehingga orang lain merasa diremehkan dan tidak dihargai sepenuhnya sebagai manusia sempurna, kurang apresiatif, ego sentris serta predikat lain yang tersemat dalam dirinya.

Biasanya semua kebaikan yang dihadirkan ke hadapannya adalah kebenaran nomor dua (second trully). Perasaan paling benar dan membanggakan diri ini amat tercela, mengingat faktanya manusia adalah makhluk yang lemah, yang berhak sombong hanyalah Allah, nah hamba Allah yang bersifat sombong sudah berarti seolah melakukan persaingan dengan Tuhan dalam sebuah hadits yang sangat populer disebutkan bahwa kesombongan adalah pakaian Tuhan, siapa yang hendaknya merebutnya maka Allah akan memasukkan ke dalam neraka Jahannam.

Keempat, ditempatkan di Neraka, dalam sebuh hadits dinyatakan, bahwa seseorang terhambat masuk neraka bila di dalam hatinya masih ada keimanan, sebaliknya seseorang akan tertahan masuk surga apabila di dalam kesombongan, meskipun kesombongan tersebut sekecil apapun 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّىعم: لا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ، وَلَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرِيَاءَ ( أخرجه مسلم
Demikianlah empat implikasi sombong, semoga bermanfaat untuk kita semua, sebagai pribadi yang terkadang berbolak baliknya hati, terkadang siang tawadhu' di sore harinya justru sebaliknya. Hindarilah sebisa mungkin sifat sombong dan peliharalah kebersihan ruh ini dengan segala daya dan upaya