Loading...
Gaung Kemudahan

Gaung Kemudahan

Suatu ketika, Rasulullah saw kedatangan seorang tamu ibnu sabil yang kehabisan bekal. Karena di rumahnya tidak ada sesuatu yang layak untuk diberikan, maka nabi meminta tolong sahabat Bilal agar mengantar tamu itu ke rumah Fatimah.

Di rumah putri kesayangan nabi itu, rupanya juga tidak ada sesuatu yang layak dimakan. Maka dengan hati tulus dan ikhlas, Fatimah memberinya kalung hadiah pernikahannya dengan Ali. ''Ambillah kalung ini dan juallah! Mudah-mudahan harganya cukup memenuhi keperluanmu!'' kata Fatimah.

''Berapa hendak kamu jual kalung itu?'' tanya Ammar bin Yasir.

''Aku akan menjualnya dengan tukaran roti dan daging sekadar untuk mengenyangkan perutku, sebuah baju penutup tubuhku, dan uang satu dinar untuk menemui istriku,'' kata si tamu.

Ammar berkata, ''Baiklah, aku membeli kalung itu dengan harga 20 dinar, ditambah 200 dirham, ditambah sebuah baju, serta seekor unta agar kamu dapat menemui istrimu.''

Setelah itu Ammar berkata kepada budaknya, Asham. ''Wahai Asham, pergilah sekarang menghadap Rasulullah. Katakan bahwa aku menghadiahkan kalung ini dan juga kamu kepadanya. Jadi, mulai hari ini kamu bukan budakku lagi, tetapi budak Rasulullah.'' Ternyata Rasulullah pun berbuat sebagaimana Ammar. Ia menghadiahkan kalung itu dan juga Asham kepada Fatimah.

Fatimah sangat bahagia menerima hadiah dari ayahandanya, sekalipun dia tahu bahwa kalung ini semula memang miliknya. Dia sadar, ternyata kebaikannya yang hanya sekadar memberi kalung mendapat balasan berlebih dari Allah swt, yaitu dengan ditambah seorang budak.

Lalu Fatimah berkata kepada Asham, ''Wahai Asham, kamu sekarang bebas dari perbudakan dan menjadi manusia merdeka, aku melakukan semua ini karena Allah swt semata.''
''Mengapa kamu tertawa seperti itu,'' tanya Fatimah yang merasa heran melihat Asham tertawa terbahak-bahak.
''Aku tertawa karena kagum dan takjub akan berkah kalung yang beriwayat ini. Ia telah mengeyangkan orang yang lapar. Ia telah menutup tubuh orang yang telanjang. Ia telah memenuhi hajat seorang yang fakir dan akhirnya ia telah membebaskan seorang budak,'' jawab Asham.

Rasulullah bersabda, ''Siapa saja yang ingin doanya dikabulkan dan kesusahannya dihilangkan, maka bantulah orang yang sedang kesulitan.'' (HR Ibnu Abi ad-Dunya)

Sahabat, mari kita membuat gaung kemudahan sebanyak-banyaknya, agar kita banyak mendapatkan kemudahan untuk hidup semakin prestatif dan bermanfaat bagi banyak ummat. Berani hadapi tantangan? Bagaimana pendapat anda!!!

Sumber: Amri Knowledge Entrepreneur

Kiat Aa Gym: Ayah Yang Baik

Kiat Aa Gymnastiar
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang baik, jika anak kita tidak sesuai dengan keinginan, maka sikap yang paling mudah untuk diambil yakni dengan menyalahkan istri. Menyalahkan jaman, atau menyalahkan sekolah. Namun,  apakah semua itu menyelesaikan masalah? Belum tentu.

Karena seorang ayah yang baik adalah ayah yang bertanggungjawab. Ayah yang mempunyai keberanian untuk menyalahkan dirinya sendiri. Yang senantiasa bertanya kepada dirinya,  “ Mungkin saya belum bisa menjadi contoh di rumah ? Mungkin uang yang saya bawa bukan uang yang halal? Mungkin saya belum bisa mendidik anak-anak  untuk bisa mengenali jalan kehidupan yang baik? Atau mungkin saya belum bersungguh-sungguh dalam berdo’a untuk meminta anak yang shaleh?"

Adalah sebuah mimpi, jika orang tua yang menginginkan anak-anaknya menjadi lebih baik dari dirinya, namun mereka tidak menyadari kekurangan dan kesalahan sendiri. Sulit bagi kita untuk merubah orang lain sebelum kita gigih untuk merubah diri. Dan akan sulit merubah diri sebelum kita berani jujur untuk mengevaluasi kekurangan diri. Wallahu a’lam (aep/mikha)

Sumber: manajemenqalbu.com

Kiat Aa Gym: Fungsi Rumah Bagi Keluarga

Kiat Aa Gymnastiar
Alhamdulillaahirabbil 'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku, rumah semestinya menjadi tempat paling sejuk setelah rumah Alloh (Masjid). Jangan sampai orang tidak mau pulang ke rumah karena rumahnya terasa “panas”. Lantas, bagaimana caranya supaya rumah yang kita tempati dapat menjadi penyejuk?

Simak firman Alloh dalam Q.S Ar Ra’du/13: ayat 28; A'udzubillaahi minasyaithoonirrojiim, Alladziina aamanuu wa tathma-innu quluubuhum bi dzikrillaahi alaa bi dzikrillaahi tathma-innul quluub artinya : Yaitu orang- orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Alloh. Ingatlah,hanya dengan mengingat Alloh-lah hati menjadi tenteram.

Maka, kalau kita ingin rumah kita terasa menyejukan, pergunakanlah rumah yang kita tempati untuk memperbanyak dzikir dan menyebut nama Alloh. Ini fungsi pertama rumah bagi keluarga.
Kedua, rumah tangga itu sumber energi dan sumber semangat bagi keluarga. Jadi jika terjadi sesuatu, rumahlah generator semangatnya. Jika misalnya suami sedang memiliki masalah, maka inilah saatnya istri menjadi motivator.  Karena sekuat apapun laki-laki, pasti  ada titik lemahnya. Laki-laki yang gagah perkasa sekalipun, tetap menginginkan ada istri  yang mendampinginya, yang berperan sebagai pengayomnya. Seperti Nabi Muhammad yang senantiasa disemangatinya oleh Siti Khodijah. Ketika gelisah ditenangkan, ketika panik disemangati.
Ketiga, fungsi rumah bagi suami, istri, dan keluarga adalah sebagai cermin. Tidak ada tempat yang paling aman untuk saling mengoreksi kecuali dirumah. Suami, istri saling koreksi, begitu juga dengan anak. Sebab  jika kita dikoreksi orang lain biasanya suka sakit hati. Maka, rumah tangga adalah korektor yang paling aman.
Fungsi yang keempat, rumah itu merupakan tempat sinergi dan saling melengkapi. Suami, istri saling bersinergi begitu juga dengan anak, baik dalam ilmu dunia maupun akhirat.

Ya, seperti itulah kurang lebih fungsi rumah bagi keluarga. Maka, kunci penting lainnya yakni dengan memperbanyak ilmu. Karena kebanyakan, sebuah keluarga babak belur akibat kurang iman. Kenapa iman kurang? karena ilmunya terbatas. Bukankah pupuk iman adalah ilmu? Wallahu a’lam (and/mikha)

Sumber: manajemenqalbu.com

Kiat Aa Gym: Membangun Keluarga Yang Kokoh

Kiat Aa Gymnastiar
ManajemenQolbu.Com: Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang baik, sulit untuk membangun negeri yang kita cintai ini, jika tidak kita awali dengan membangun keluarga yang kokoh.

Seorang suami yang berasal dari keluarga yang kokoh, ia akan mampu memimpin keluarganya dengan baik. Jangan sampai, di kantor sukses mengurus perusahaan dengan ribuan karyawan, namun di rumah gagal, karena 2 orang anaknya tidak terurus.

Rumah tangga yang kokoh akan membuat kemampuan sang ibu turut berkembang. Ia semakin mampu menjadi ibu yang baik. Menjadi istri yang mulia. Kita berharap, para wanita terus berjuang sekuat tenaga untuk membangun keluarganya, karena semua pemimpin dilahirkan oleh seorang wanita. Kita begitu rindu akan banyaknya wanita Indonesia yang berlomba-lomba menjadi tuntunan, bukan berlomba-lomba sekedar menjadi tontonan.

Para suami juga harus sadar, bahwa memiliki status sebagai suami, atau saya ayah saja tidaklah cukup, karena akan jadi dengan sendirinya saat ia menikah dan dikarunia anak.

Seorang suami adalah pemimpin keluarga. Ia harus belajar terus menerus untuk mencari cara terbaik dalam memimpin rumah tangganya.

Karena setiap hari, masalah yang dihadapi bertambah, tiap hari kebutuhan juga bertambah ,dan tiap hari potensi konflik ikut bertambah, Jadi, bagaimana mungkin bisa menyikapi segala yang bertambah tanpa kemampuan yang bertambah.

Semakin tua, seharusnya semakin matang, semakin bijak. Sehingga ketika ia wafat, warisan terbesar bagi kelurga dan anak-anaknya adalah kebanggaan memiliki orang tua yang bijak. Yang mulia. Sebagai orang tua, kita harus menginformasikan kepada anak-anak, bahwa mereka tidak selamanya memiliki orang tua yang ideal. Mungkin ayahnya yang kurang bijak ? Mungkin ibunya yang kurang arif ? Atau Mungkin kedua-duanya.
Mereka tidak boleh patah semangat, walau orang tua belum seideal yang mereka harapkan. Mungkin diantara kita, ada yang orang tuanya bercerai, orang tuanya telah wafat, atau mungkin ada yang tidak tahu dimana ibu bapaknya, karena yatim piatu sejak lahir. Hal Itupun tidak boleh membuat kita patah semangat.

Nabi Muhammad, ketika lahir tidak pernah melihat ayahnya, karena sudah wafat. Umur 5 tahun, ibunya juga meninggal. Nabi Muhammad umur 5 tahun sudah yatim piatu, namun beliau bisa bangkit berprestasi. Maka, membangun rumah tangga tidak cukup hanya tekad ayah, tekad ibu, atau tekad anak. Tapi yang penting adalah bagaimana menyikapi setiap masalah dengan sikap yang terbaik. Dan kuncinya adalah ilmu.

Rumah tangga pecinta ilmu, pecinta amal, itulah yang akan mengokohkan iman. Sungguh, iman yang kokohlah yang akan membuat hiruk pikuk rumah tangga tidak akan menenggelamkan ataupun menyengsarakan. Hanya dengan kekuatan iman, buah dari ilmu yang diamalkan, yang akan memperindah keluarga dan memperkokoh rumah tangga, Insya Allah. Wallahu'alam. (and/mikha)

Kiat Aa Gym: Lapang Dada Menerima Kritik

Kiat Aa Gymnastiar
Puncak kesuksesan seseorang bermuara pada kelapangan dada dalam menerima kritikan. Namun, anehnya tidak semua orang suka dikritik, karena beranggapan kritik adalah penghinaan yang menurunkan harga diri dan mencemarkan nama baik. Padahal kalau kita bisa menyikapinya, kritikan tidak akan menjadi bumerang melainkan rezeki yang tidak disangka-sangka. Lalu, bagaimana caranya agar kita siap menerima kritikan orang lain?

Cara yang efektif untuk bisa berlapang dada dalam menerima kritikan, dapat diawali dengan teknik mencari tahu kelemahan diri dari kerabat terdekat. Teknik ini bukan untuk mencari kelamahan agar mudah dipersenjatai melainkan memudahkan kita dalam mengetahui kekurangan diri.

Orang terdekat akan lebih terbuka dalam memberikan kritikan. Kritik tersebut tidak hanya dalam hal keindahan, seperti cocok atau tidak baju yang kita pakai, akan tetapi mintalah dikritik mengenai perilaku kita. Apakah sudah sesuai dengan yang mereka harapkan? Juga apakah sikap kita aman bagi orang lain?

Dengan mengetahui kelemahan yang ada, maka akan memperjelas kekurangan diri sehingga termotivasi untuk terus melakukan perbaikan. Apabila teknik mencari tahu kelemahan ini dipraktekan secara kontinyu dan konsisten, bisa dipastikan akan terbangun sikap dan perilaku pengendalian diri. Karena ada orang-orang di sekitar yang mengawasi sikap dan perilaku kita, selain Allah tentunya.

Ketika teknik mencari kelemahan diri dari kerabat terdekat sudah dikuasai, dengan sendirinya kita akan siap menerima kritikan dari orang lain. Kita tidak akan merasa dilemahkan oleh kritikan. Justru diuntungkan, karena sudah dibantu oleh orang-orang untuk memberikan masukan demi perbaikan diri.

Dan seseorang bisa berlapang dada menerima kritikan jika hatinya bersih. Dalam hati yang bersih terdapat kestabilan dalam mengatur diri. Sepedas apapun kritik akan dihadapi dengan ketenangan. Seandainya kritik itu benar, maka kita akan bersyukur karena ada yang mengingatkan. Dan bila kritik itu berada di luar diri berupa fitnah maka berusahalah untuk mengambil pelajaran darinya.

Untuk itu saudaraku, tidak ada kritik yang akan melemahkan diri. Kita tidak akan terhinakan oleh kritik dan kita pun tidak akan dipermalukan oleh pedasnya cacian. Semua perlakuan dari orang lain itu adalah rezeki. Karena ada kritik, kita bisa lebih mendewasakan diri dan karena ada cacian, kita dapat memperbaiki diri.

(Sumber: Sakinah Edisi Priangan Timur 19 Maret 2010)

Kiat Aa Gym: Berbahagialah Karena Kebahagiaan Orang Lain

Kiat Aa Gymnastiar
"Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan (kalimat) yang baik dan amal shaleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan, bagi mereka azab yang keras dan rencana jahat mereka akan hancur." (QS Fathir [35]: 10)

Alangkah indahnya hidup ini sekiranya kita ditakdirkan memiliki hati yang selalu merasakan nikmat dan bahagia melihat kebaikan tersebar di muka bumi. Selalu merasakan nikmat dan lezat manakala kita sendiri juga berbuat kebaikan. Bahkan, akan lebih indah lagi jika setiap desah nafas kita adalah cerminan rasa rindu untuk selalu melakukan aneka kebaikan. Rindu pula akan semakin banyaknya saudara-saudara kita yang ikhlas dan bersungguh-sungguh dalam menyebarkan kebaikan.

Jika kebaikan telah tersebar, orang-orang yang semula kafir dan ingkar akan menjadi muslim. Orang-orang yang semula munafik dan durjana menjadi bertaubat. Dan orang-orang yang semula fasik dan durhaka pun menjadi taat. Ya, kita memang harus menginginkan sebanyak mungkin makhluk=-makhluk Allah di muka bumi ini menjadi mulia. Orang-orang yang pernah menyakiti kita semoga diampuni dan dikaruniai petunjuk oleh Allah. Begitu pula orang-orang yang pernah tersakiti oleh kita, semoga Dia Yang Maha Perkasa, mengangkat derajat kemuliaannya.

Bukankah Allah Azza wa Jalla telah berfirman, "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah..." (QS Ali Imran [3]:110).
Apa artinya? Umat terbaik adalah umat yang memiliki kesanggupan menata, menjaga, merawat, dan mewaspadai qalbunya dengan sebaik-baiknya. Sehingga selalu bersih, lapang, dan selamat dalam menjalani kehidupan ini. Sedangkan qalbu yang selamat akan membuahkan kepekakan, yaitu pekak terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Kepakakan akan membuat dunia ini berubah menjadi samudera ilmu yang teramat luas. Dunia akan terang-benderang dan lapang karena cahaya ilmu yang telah dikaruniakan Allah. Apa yang dilihat, apa yang dirasakan, dan apa yang didengar dari aneka kejadian di bumi ini, Insya Allah tidak ada yang disikapi dengan salah. Yakinlah, pada semua kejadian itu pasti Dia menebarkan ilmu yang tidak hanya membuat kita semakin arif dan bijak, tetapi juga untuk memiliki kesanggupan bersungguh-sungguh kepada-Nya.

Sekiranya bumi ini dihuni oleh lebih banyak lagi orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah, niscaya dunia ini akan terasa semakin lapang, indah, dan mengesankan. Orang-orang tiada lagi mencari kemuliaan dari tingginya pangkat dan kedudukan, melainkan semata-mata dari tingkat ma'rifat, ketaatan, dan kedekatan kepada-Nya semata.

Subhanallah. Mudah-mudahan kita digolongkan oleh Allah ke dalam golongan orang-orang yang mampu merasakan nikmatnya berbuat kebaikan dan merasa senang melihat tersebarnya kebaikan.

Wallahu'alam...

(Sumber: Sakinah Edisi Priangan Timur 29 Januari 2010)

Kiat Aa Gym: Barokah Shalat Khusyu

Kiat Aa Gymnastiar
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu dalam shalatnya danorang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna." (QS Al-Mu'minun [23]: 1-3). Rasulullah saw bersabda: "Ilmu yang pertama kali diangkat dari muka bumi ialah kekhusyuan." (HR At-Tabrani).

Nabi Muhammad saw dalam shalatnya benar-benar menjadikannya sebuah keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan serta keakraban dengan Allah. Ruku, sujudnya panjang, terutama ketika shalat sendiri di malam hari terkadang sampai kakinya bengkak. Tapi bukannya berlebihan, karena itu semua dilakukan untuk untuk memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Shalatnya tepat waktunya dan yang paling penting, shalatnya itu mewujud nyata dalam perilaku sehari-hari.
Ada pun ciri-ciri orang-orang yang shalatnya khusyu adalah:
  1. Sangat menjaga waktunya. Dia terpelara dari perbuatan dan perkataan sia-sia apalagi maksiat. Jadi, orang-orang yang menyia-nyiakan waktu, atau masih suka berbuat maksiat berarti shalatnya belum berkualitas atau belum khusyu.
  2. Niatnya ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja.
  3. Cinta kebersihan karena sebelum shalat, orang harus wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri dari kotoran atau hadats.
  4. Tertib dan disiplin, karena shalat sudah diatur waktunya.
  5. Selalu tenang dan tuma'ninah, yaitu kombinasi antara tenang dan konsentrasi.
  6. Tawadhu dan rendah hati, ini merupakan akhlaknya Rasulullah.
  7. Tercegah dari perbuatan keji dan munkar. Orang lain aman dari keburukan dan kejelekannya.
Orang yang shalatnya khusyu dan suka beramal baik tapi masuk suka melakukan perbuatan yang dilarang Allah, itu mestinya jadi pertanyaan. Mudah-mudahan orang tersebut tidak hanya ritualnya saja yang dikerjakan tetapi ilmunya bertambah sehingga membangkitkan kesadaran dalam dirinya.

Jika kita merasa shalat khisyu dan ingin menjaga dari keriyaan yaitu menambah pemahaman dan mengerti bacaan yang ada dalam shalat, jangan terhalang karena takut riya. Inti dalam shalat yang khusyu adalah akhlak menjadi baik, sebagaimana Rasulullah menerima perintah shalat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah.

Wallahu'alam bishawwab.

(sumber: Sakinah Edisi Priangan Timur Januari 2010)