Penjelasan Honda Soal Kemungkinan CRF250L untuk Pasar Indonesia

Penjelasan Honda Soal Kemungkinan CRF250L untuk Pasar Indonesia



Jakarta - Di EICMA 2016, Honda telah memamerkan motor adventure entry level bermesin 250 cc. Motor itu pun tidak menutup kemungkinan bakal dijual juga di Indonesia.

Menurut Presiden Direktur Astra Honda Motor (AHM), motor adventure semakin populer. Karenanya, AHM memiliki pertimbangan untuk membawa Honda CRF250L untuk pasar Indonesia.

"Saya pikir motor adventure seperti Africa Twin dan motor adventure kecil akan semakin populer. Tentu saja, untuk segmen motor sport, kami masih konsentrasi pada CBR250RR. Tapi, di saat yang sama kami juga melihat ke depan untuk segmen lainnya seperti segmen on-road atau segmen adventure touring, bersama dengan matic, bebek dan naked model," kata Inuma menjawab pertanyaan detikOto di sela touring All New Honda CBR250RR World Premiere Journalist Test Ride di Kuta, Bali.

"Artinya, kami sekarang masih mempertimbangkannya. Mohon maaf, saya tidak bisa mengatakan kapan, saya hanya bisa mengatakan bahwa itu (CRF250L) masih dalam pertimbangan. Mungkin tidak terlalu lama," tambahnya.

Inuma menilai, segmen motor adventure merupakan segmen yang menarik. Apalagi di Indonesia, kata Inuma, banyak pengendara yang sangat mengikmati bersepeda motor di berbagai kondisi jalan.

"Untuk sport riding di sirkuit, untuk sport riding di jalan umum adalah salah satunya. Tapi offroad dan adventure touring adalah pasar yang besar lainnya. CB500X memang paling laku untuk big bike Honda di Indonesia, tapi masih terlalu mahal. Tidak semua orang bisa membelinya. Tentu saja, kami selalu mempertimbangkan semua hal," ujar Inuma.

Apalagi, Honda juga memiliki target untuk memperkuat semua segmen motor di Indonesia. Salah satunya dengan motor sport.

"Seperti yang Anda ketahui, kami telah meluncurkan CB150, CBR150, dan sekarang CBR250RR. Jadi, kenapa tidak kita coba kategori selnajutnya?" ucap Inuma.

Jika sudah diputuskan CRF250L akan dijual di Indonesia nantinya, AHM masih belum memiliki keputusan apakah harus memproduksinya di dalam negeri atau impor dari negara lain. Hal itu, kata Inuma, tergantung dengan permintaan pasar.

"Kalau permintaan pasar cukup, kenapa kita tidak memproduksi di Indonesia? Tapi kalau permintaan pasar terbatas, kami mencoba dengan CBU lebih dahulu," kata Inuma kepada Media-Indo. (rgr/lth)

Artikel Terkait

Previous
Next Post »