Loading...
Ramadhan dan Hal Aneh

Ramadhan dan Hal Aneh

Oleh: Kiki Musthafa

SELAMAT DATANG RAMADHAN! Semoga keanehan-keanehan di bulan lain, tak tampak di bulan penuh ampunan ini. Keanehan yang dipredisksi Rasulullah SAW sejak 14 abad lalu. Keanehan yang sangat paradoksal--sesuatu yang semestinya tidak terjadi di keadaan yang semestinya keanehan itu tidak ada.

Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Ada enam hal aneh di enam tempat." Tentu yang dimaksudkan Rasulullah SAW adalam enam hal yang amat ganjil berada di enam tempat yang tak layak. "Pertama, masjid akan terasa aneh jika berada di tengah-tengah masyarakat yang tidak suka melaksanakan shalat di dalamnya."


"Kedua, mushaf terasa aneh, jika berada di rumah orang yang tidak suka membacanya." Mushaf hanya disimpan di atas lemari saja. Dijejerkan di rak buku. Atau tergeletak menyendiri di atas meja. Lapuk dan tampak usang. Diselimuti debu. Tak pernah disentuh. Apalagi dibaca. Ini keanehan itu, bagaimana mungkin kebernilaian Alquran diamalkan dalam keseharian, jika dibaca saja tidak pernah.

"Ketiga, Alquran terasa aneh jika berada di tangan orang-orang fasiq." Aneh, asing, tak pantas, dan sulit diterima akal sejat jika Alquran yang hudan linnas--petunjuk bagi umat manusia, ternyata berada di genggaman orang-orang yang justru mengkhianati Alquran. Dan berpotensi menyesatkan umat manusia.

"Keempat, wanita muslimah yang shalihah terasa aneh, jika berada dalam kekuasaan suami yang dzalim dan buruk perangainya. Dan, "kelima, sebaliknya, lelaki muslim yang shalih berada dalam kenali wanita hina dan buruk akhlaqnya." Ini sangat aneh. Terlebih jika ditautkan pada hadits lain yang disabdakan Rasulullah SAW, "Uhibbukum ilayya ahsanukum akhlaqan al-muwaththauna aknafan al-ladzina ya'lafuna wayu'lafuna--orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling baik budi pekertinya, yang lembut perangainya dan murah hati, (yaitu) mereka yang ramah dan penuh simpatik." Sangat aneh. Orang baik--yang paling dicintai Rasulullah karena akhlaqnya, berada dalam kuasa orang buruk.

"Terakhir, keenam, orang alim terasa aneh jika berada di tengah-tengah masyarakat yang tidak mau mendengarkan nasihatnya." Keanehan yang nyata. Para ulama dikucilkan. Ditinggalkan. Bahkan dicemooh. Nasihat-nasihatnya hanya dijadikan lelucon. Masuk telinga kanan, kabur lewat telinga kiri.

Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk menghapus keanehan-keanehan tersebut. Di dalam Ramadhan, segala macam kebaikan terhimpu. Semua ketaatan diterima oleh Allah SWT. Setiap doa terkabulkan. Dan seluruh dosa termaafkan. Juka selaksa surga tersedia untuk mereka yang mengisi Ramadhan dengan amalan-amalan yang baik.

Masjid akan termakmurkan. Ramai dengan lantunan zikir. Shaf shalat penuh sesak di setiap jamaah shalat fardlu. Malamnya, terawih berlangusng hidmat. Dan tradisi i'tikaf berjalan dengan teratur dan tetap membahagiakan. Masjid seperti bintang jika dilihat dari luar angkasa. Berkelip-kelip dan penuh dengan gemerlap cahaya kebaikan.

Sementara di sisi lain, mushaf Alquran dibaca tanpa henti. Berlomba jumlah khatam dalam satu bulan. Kemudian setiap harinya, maknanya dipelajari di pengajian sehabis Shubuh. Atau di setiap tausiah setelah berjamaah terawih.  Alquran dipelajari dan diajarkan--sebagai awal yang baik untuk memijak proses pengamalan nilai-nilai Alquran itu sendiri, dalam kehidupan sehari-hari.

Ramadhan memiliki daya magis yang sempurna untuk menstimulasi terlahirnya amalan-amalan baik--termasuk hal-hal yang berhubungan dengan Alquran. Ramdhan memang syahrul quran. Bulan dimana Alquran pertama kali diturunkan. Dan di bulan penuh berkah ini, tak mungkin rasanya Alquran berada dalam gengaman orang-orang fasik--yang justru mengkhianati Alquran.

Tak luput, meskipun harga kebutuhan dapur melangit, tapi kesabaran para istri menyediakan keperluan selama shaum terjada dengan sepenuh kesyukuran. Sebaliknya para suami terus menunjukkan sikap lembut, sebagai teladan untuk istri dan anak-anaknya. Ramadhan yang memberkahkan segala hubungan. Merekatkan hal baik yang sempat jauh. Dan menjauhkan hal buruk yang selalu merapat.

Ramadhan, tempat semua orang bersila mendengarkan petuah para ulama. Semua kembali menjadi pembelajar. Mengevaluasi diri dalam setahun terakhir. Ddan saling menjabat untuk bangkit bersama menjadi lebih baik di masa depan. Saat para ulama ber-tausiah, saat itu pulalah dalam dada kita semangat untuk berubag terus membuncah.

Tapi, benarkah selama ini, kita sudah seperti itu mengisi Ramadhan???

Demikianlah, terlepas dari pernyataan di atas, SELAMAT DATANG RAMADHAN! Semoga keanehan-keanehan di bulan lain, tak tampak di bulan penuh ampunan ini. Keanehan yang diprediksi Rasulullah SAW sejak 14 abad yang lalu. Keanehan yang sangat paradoksal--sesuatu yang semestinya tidak terjadi di keadaan  yang semestinya keanehan itu tidak ada.

Allohumma shalli 'ala sayyidina Muhammad, wa 'ala ali sayyidina Muhammad.

Sumber: Buletin Masjid Agung Kota Tasikmalaya No. 242/VI/2016
Bekal Jelang Ramadhan

Bekal Jelang Ramadhan

Sebagai orang beriman sudah sepatutnya kita berbahagia menyambut kehadiran Ramadhan dengan penuh kegembiraan.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, ketika bulan Ramadhan datang, Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, Allah mewajibkan kepada kalian berpuasa, dibuka lebar pintu surga, ditutup rapat pintu neraka, dan dibelenggu tangan syetan. Di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, barang siapa yang terhalang untuk mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia terhalang dari kebaikan bulan puasa." (HR Ahmad)


 Hadits di atas memberikan penjelasan sekaligus kabar gembira tentang keistimewaan bulan Ramadhan. Sehingga mendorong kita untuk menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan dengan penuh kebahagiaan. Namun, di tengah kebahagiaan itu, kita perlu melakukan persapan sebagai bekal menghadapi Ramadhan dengan berbagai amalan shaleh.

Pertama, memperbanyak berdoa. Tidak ada seorang pun yang dapat menjamin usia kita sampai bulan Ramadhan, untuk itu teruslan berdoa kepada-Nya. "Allohumma bariklana fii rojaba wa sya'bana, wa balighna romadhona." (Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan kami pada bulan Ramadhan).

Kedua, puasa sunah di bulan Sya'ban. Dikisahkan oleh Aisyah RA, Rasulullah banyak berpuasa (pada Sya'ban) sehingga mengatakan, "Beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasan sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya'ban." (Muttafaq 'alaih)

Ketiga, tadarus Alquran. Dengan memperbanyak tadarus Alquran di bulan Sya'ban, dapat mengantarkan kepada kebersihan jiwa, sehingga saat memasuki Ramadhan jiwa dalam keadaan bersih dan pada akhirnya mengantarkan kepada keikhlasan dalam menjalankan ibadah Ramadhan.

Keempat, menelaah buku-buku terkait ibadah puasa. Hal ini dilakukan untuk pemantapan dan penyempurnaan ibadah di bulan Ramdhan. Sebab, ibadah yang tidak disertai ilmu (pemahaman) hanya akan merusak kesempurnaan ibadah itu sendiri.

Hasan al-Basri mengatakan, beramal tanpa ilmu hanya membuat banyak kerusakan dibanding mendatangkan kebaikan. Tuntutlah ilmu dengan sungih-sungguh, rapi jangan sampai meninggalkan ibadah. Gemarlah pula beribadah, tapi jangan sampai meninggalkan ilmu. Karena ada segolongan orang yang rajin beribadah, tapi meninggalkan belajar. (lihat dalam Miftah Daris Sa'adah karya Ibnul Qayyim).

Kelima, silaturahim kepada keluarga, tetangga, teman, terutama kepada kedua orangtua untuk saling memaafkan dan mendoakan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menghadirkan suasana kebersamaan dan saling memotivasi, guna memaksilmalkan ibadah Ramadhan.

Semoga Allah membimbing kita agar dapat menjalankan ibadah Ramadhan dengan penuh keimanan dan ihtisaban, terampuni dosa-dosa kita dan meraih derajat taqwa. Aamiin.

Oleh Imam Nur Suharno dalam Buletin Masjid Agung Kota Tsm 242/VI/2016
Perlukah Berhutang untuk Menikah?

Perlukah Berhutang untuk Menikah?


Pesan Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam bahwa pernikahan
adalah urusan mudah, jangan menyusahkan siapapun juga, sehingga akan dapat mengundang keberkahan





SEBUAH iklan beredar di media social menawarkan produk kredit pesta pernikahan. Perlukah sampai demikian berhutang demi meriahnya sebuah pesta yang konon dipercayai meningkatkan martabat orang tua, kedua mempelai dan sanak keluarga?
Pengelolaan Keuangan; Sebelum atau Sesudah Menikah?

Pengelolaan Keuangan; Sebelum atau Sesudah Menikah?


Tidak ada sebuah model pengelolaan keuangan keluarga yang
standar yang dapat diterapkan oleh setiap keluarga





BANYAK para bujang gadis atau pasangan yang baru menikah menanggapi bahwa perlunya mengelola keuangan pasnya adalah setelah menikah. Lihat komentar di bawah:

Yangie dan Agung: “Ada amanah yang harus dikelola bersama, makanya penting sekali perencanaan keuangan setelah menikah.”

Agar Mencintai Buah Hati Berbuah Manis. Mau?

Agar Mencintai Buah Hati Berbuah Manis. Mau?


Ini tentu berita gembira bagi para orangtua jika senantiasa
mendidik anak dengan baik, terutama melalui ilmu agama. Sehingga anak-anak kelak menjadi generasi yang senantiasa beriman dan beramal shaleh.





SEORANG ayah menyampaikan isi curahan hatinya. Dia sangat mencintai keluarganya. Melihat mereka menyejukan mata. Apalagi anak-anak yang lucu-lucu, rasanya sangat takut kehilangan mereka.
Gaya Rambut yang Dilarang Menurut Islam

Gaya Rambut yang Dilarang Menurut Islam


ISLAM adalah agama yang sempurna. Kehidupan sehari-hari
sangat diperhatikan dalam Islam. Tak terkecuali dalam masalah penampilan. Dari ujung kaki sampai ujung rambut juga diatur dalam agama mulia ini. Terkait dengan rambut, menurut para Ulama ada beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan bagi seorang muslim. Antara lain:





Qaza’
Dalam kitab Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Qaza’ adalah tindakan
Makanan Yang Diharamkan dalam Al Quran

Makanan Yang Diharamkan dalam Al Quran


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam
kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.





Saya akan mengangkat pembahasan yang mudah-mudahan bermanfaat yaitu seputar makanan yang haram di dalam al Qur’an. Kenapa di sini yang dibahas adalah makanan yang haram bukan yang halal? Karena para ulama membuat kaedah: “Al ashlu fil asy-yaa’ al hillu wa laa yahrumu illa