Loading...
Kalah Karena Tergoda Rampasan Perang

Kalah Karena Tergoda Rampasan Perang

Tsauban, maula (orang yang diperwalikan) Rasulullah saw, mengisahkan beberapa peristiwa mengandung hikmah, yang dialami bersama Rasulullah saw. Antara lain, pada suatu hari, Rasulullah saw mendoakan semua keluarganya, termasuk Ali, Fatimah, dan lain-lain.

Tsauban bertanya, "Ya, Nabiyullah, apakah saya juga termasuk yang tuan doakan bersama anggota keluarga tuan yang mulia itu?" "Ya, Tsauban", jawab Rasulullah. "Selama engkau hidup mandiri, tidak berdiri di depan pintu rumah orang untuk meminta-minta, dan menengadahkan tangan ke hadapan seorang amir (penguasa) memohon sesuatu."


Beberapa waktu setelah terjadi Perang Uhud pada tahun ketiga hijriah, kaum Muslimin Madinah dilanda kesedihan mendalam. Mereka kehilangan tujuh puluh sahabat, saudara, dan kenalan dekat, diantaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, yang bergelar "Singa Allah".

Semua itu terjadi akibat sebagian pasukan Islam mengabaikan perintah Rasulullah, terutama pasukan artileri (pemanah) yang ditempatkan di Bukit Rumat, di sisi Padang Uhud tempat pertempuran berkecamuk.

"Siagalah di situ, menjaga pasukan musuh yang kemungkinan masuk dari arah belakang", demikian intruksi Rasulullah yang terjun langsung memimpin pasukan infanteri berlaga melawan pasukan kafir Quraisy.

Strategi itu sangat tepat, pasukan kavaleri Quraisy pimpinan Khalid bin Walid tidak dapat masuk memberi bantuan. Mereka tertahan oleh pasukan artileri Muslin dengan tembakan panah-panahnya yang terarah ke sasaran. Bahkan, ketika pasukan infanteri Quraisy terdesak ke kaki Gunung Uhud, pasukan kavaleri Khalid bin Walid tidak dapat bergerak sama sekali.

Pertempuran usah sudah dengan kemenangan pasukan Islam. Pasukan Quraisy berlarian menyelamatkan diri ke lereng-lereng Gunung Uhud. Mereka meninggalkan segala harta milik mereka, pedang, tombak, tameng, kuda, serta perhiasan dan segala simbol kemegahan militer yang lazim dibawa ke medan perang kala itu.

Sambil mengejar sisa-sisa pasukan yang masih mencoba melawan atau bertahan, pasukan Islam mengumpulkan ganimah, harta rampasan perang yang terserak-serak di antara mayat bergelimpangan dan genangan darah.

Tiba-tiba pasukan artileri di Bukir Rumat tergoda oleh limpahan ganimah. Mereka lupa terhadap kewajiban menjaga posisi belakang. Apalagi pasukan kavaleri Khalid bin Walid sudah tidak terlihat. Mereka menduga, pasukan Khalid bin Walid sudah kabur duluan setelah melihat kekalahan telak pasukan infanteri Quraisy.

Maka, mereka segera berhamburan turun. Ikut menyerbu ganimah. Saat itulah pasukan berkuda Khalid yang ternyata bersembunyi di balik pohon-pohon kurma datang menerjang. Pasukan Islam sangat terkejut. Kalang kabut memberikan perlawanan seadanya. Gugurlah tujuh puluh prajurit. Rasulullah sendiri terluka, dua gigi tanggal kena lemparan senjata.

Konsolidasi pasukan seadanya di bawah komando Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, berhasil menangkal kekalahan lebih telak. Kepulangan ke Madinah, diiringi duka-cinta mendalam.

Beberapa orang Muhajirin berkata, "Seandainya kita tahu apa harta paling berharga daripada emas perak, niscaya kekalahan di Uhud tidak akan terjadi. Kita tidak akan turun dari bukit untuk ikut memburu ganimah".

Mendengar hal itu, Umar yang berada dekat mereka menyatakan, "Perbincangan kalian ini akan ditanyakan kepada Rasulullah saw".

Umar segera mencari Rasulullah saw, yang sedang berjalan diiringi Tsauban. Setelah bertemu, Umar menyampaikan segala apa yang dimasalahkan para Muhajirin veteran perang Uhud tadi.

Sambil tersenyum Rasulullah menjawab, "Harta yang lebih berharga daripada emas dan perak adalah apabila kalian memiliki lidah yang selalu menyebut nama Allah, walbu yang selalu bersyukur, dan seorang istri mu'minah yang mendorong kalian untuk tetap menjadi seorang mu'min.

(H. USEP ROMLI H.M. dalam PR 3 September 2010)
Cara Dua Sahabat Menyambut Waktu Shalat

Cara Dua Sahabat Menyambut Waktu Shalat

Dua sahabat Nabi Muhammad Rasulullah saw, Abubakar As Siddik dan Umar bin Khattab, tergolong as sabiqunal awwalun. Orang-orang yang masuk Islam sejak awal kelahiran Islam. Bersama Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar dan Umar melanjutkan kepemimpinan Islam dan umat Islam sepeninggal Nabi saw. Mereka berempat bergantian menjadi amirulmukminin (pemimpin orang-orang beriman) yang digelari "Khulafa'ur Rasyidin", pemimpin utama.

Karakter sehari-hari Abu Bakar berbeda dengan Umar, walaupun keduanya tegas dan keras dalam menjalankan aturan hukum. Abu Bakar pernah memerangi kelompok-kelompok orang yang enggan membayar zakat. Sementara Umar tak segan-segan menghukum anaknya sendiri, Abdurahman, yang ketahuan meminum alkohol dengan 25 cambukan.


Jika terdengar Bilal ibnu Rabbah seorang berkulit hitam namun bersuara emas mengumandangkan azan, Abu Bakar sering tercenung sedih. Kadang-kadang mencucurkan air mata. Badannya gemetar seperti ketakutan oleh sesuatu.

"Wahai Abu Bakar, mengapa setiap mendengar azan, engkau selalu begitu?" tanya seorang sahabat.

Setelah lama menahan tangis agar mereda, Abu Bakar menjawab,"Sahabatku, azan adalah panggilan menegakkan shalat. Sedangkan shalat merupakan saat pertemuan kita dengan Allah SWT. Kita menyerahkan segala hidup, mati, dan ibadah hanya kepadaNya Aku takut, aku malu, karena aku datang ke hadapanNya membawa kehinaan dan ketidakberdayaanku melawan dosa-dosa. Takut dan malu karena kelemahan imanku dan ketiadaan amal solehku. Apa yang harus kubanggakan di hadapanNya, Yang Maha Mlelihat dan Maha Mencatat segala kekuranganku dalam mensyukuri nikmatNya yang tak terbilang?"

Sementara Umar, setiap mendengar azan suka kelihatan gembira ria. Tersenyum-senyum bahagia. Membuat semua yang menyaksikan terheran-heran.

"Wahai Umar, mengapa setiap mendengar kumandang azan, engkau selalu begitu?"tanya seorang sahabat.

Tanpa ragu, Umar menjawab, "Bagaimana tidak gembira perasaanku? Saat shalat adalah saat pertemuanku dengan Allah SWT. Aku dapat berkomunikasi langsung denganNya. Dapat menyampaikan doa permohonanku agar dikuatkan iman kepadaNya, dan agar diberi kemampuan beramal saleh kepada sesama manusia. Karena iman dan amal saleh merupakan fondasi kehidupan kita untuk menerima limpahan rahmat karuniaNya. Dalam shalat pula aku memohon ampun atas segala dosa dan kekuranganku sebagai manusia. Aku percaya, Allah SWT akan memberi ampunan kepada siapa saja yang bertobat, karena Dia Ghafurur Rahim, Maha Pengampun dan Maha Pengasih kepada makhluk-makhlukNya yang lemah."

(H. USEP ROMLI O.M. dalam PR)
Perlombaan Sedekah Umar dan Abu Bakar ra

Perlombaan Sedekah Umar dan Abu Bakar ra

Sebagaimana kita ketahui, para sahabat Nabi Muhammad saw, selalu berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan dalam upaya melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, tak terkecuali Umar bin Khattab dan Abu Bakar ra.

Kisah perlombaan sedekah antara Umar bin Khattab dan Abu Bakar ra ini terjadi pada peristiwa Perang Tabuk, dimana pada waktu itu Rasulullah saw menyeru kepada para sahabatnya untuk memberikan sedekah sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Umar bin Khattab ra pada saat itu memiliki harta kekayaan untuk disedekahkan. Dalam hatinya, ia merenung, "setiap saat Abu Bakar selalu membelanjakan hartanya lebih banyak dari apa yang telah saya belanjakan di jalan Allah." Umar berharap dengan karunia Allah, semoga dapat membelanjakan harta di jalan Allah lebih dari Abu Bakar kali ini, saat itu Umar ra mempunyai dua harta kekayaan untuk dibelanjakan di jalan Allah SWT.

Kemudian ia pulang ke rumahnya untuk membawa harta yang akan disedekahkannya, dengan perasaan gembira sambil membayangkan bahwa pada hari ini ia akan bersedekah melebihi Abu Bakar ra. Oleh karena itu, segala yang ada di rumahnya ia ambil setengahnya untuk disedekahkan.

Lantas Umar ra membawa harta itu kepada Rasulullah saw. Pada saat itu Rasulullah saw bersabda kepada Umar ra, "Apa ada yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Umar?" Umar ra pun menjawab, "Ya, ada yang saya tinggalkan, wahai Rasulullah." Rasulullah bertanya, "Seberapa banyak yang telah kamu tinggalkan untuk keluargamu?" Ia menjawab, "Saya telah tinggalkan setengahnya."

Tidak berapa lama kemudian Abu Bakar datang dengan membawa seluruh harta bendanya kepada Rasulullah saw. Umar bin Khattab ra berkata, "Saya mengetahui bahwa beliau telah membawa seluruh harta benda miliknya. Begitulah pembicaraan yang saya dengar dari pembicaraan antara beliau dengan Rasulullah saw."

Kemudian Rasulullah saw bertanya kepada Abu Bakar, "Apakah yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?" Abu Bakar menjawab, "Saya meninggalkan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka (saya tinggalkan dengan keberkahan nama Allah SWT dan Rasul-Nya serta keridhaan-Nya)." Mendengar hal itu Umar bin Khattab ra berkata, "Sejak saat itu saya mengetahui bahwa sekali-kali saya tidak dapat melebihi Abu Bakar."

Hikmah dari kisah ini adalah bahwa berlomba-lomba dan berusaha melebihi orang lain dalam kebaikan adalah perbuatan baik dan merupakan perbuatan yang disukai Allah SWT dan Rasul-Nya, seperi firman Allah dalam Alquran, "Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan danjalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allahlah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (QS Al-Maidah [5]:48)

Untuk itu marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, terlebih pada bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini, dimana setiap kebaikan dibalas dengan pahala yang berlipat, Rasulullah bersabda, "Sedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadhan." (HR Tirmidzi)

(H. Moch. Hisyam on PR 27 Agustus 2010)
Kecintaan Ukasyah terhadap Rasulullah

Kecintaan Ukasyah terhadap Rasulullah

Ketika Rasululllah saw sakit menjelang akhir hayatnya, pada suatu majelis beliau berpesan kepada para sahabatnya "Jika aku melakukan kezaliman pada kalian walau sebesar biji zarah (biji sawi), balaslah saat ini juga. Janganlah kalian datang kepada Allah SWT kelak di hari kiamat menuntutku atas perbuatanku yang merugikan kalian di dunia ini," kata Rasulullah.

Semua yang hadir terdiam. Tiba-tiba berdirilah Ukasyah ra dan bertanya. "Ya Rasulullah, ketika aku dahulu masih kafir, dalam perang badar, engkau menarik bajuku hingga robek dan memukul pundakku dengan tongkatmu. Apakah engkau sengaja memukul saya atau hendak memukul baginda?"


Rasulullah berkata, "Wahai Ukasyah, aku sengaja memukul kamu." Ukasyah pun berkata, "Ya Rasulullah, izinkan aku menuntut balas darimu."

Seketika, gaduhlah majelis tersebut karena ada sahabatt yang tega menuntut balas pada Baginda Nabi. Umar bin Khattab langsung berdiri dan menghardik Ukasyah.

"Biarkan aku membawanya keluar ya Rasulullah. Ia telah berlaku tidak sopan terbadapmu. Tidak pernah kami merasakan suatu kezaliman pun walau kecil yang engkau lakukan terhadap kami."

Rasulullah tersenyum dan meminta Umar untuk duduk kembali. Disuruhnya Bilal ra untuk mengambil tongkatnya yang disimpan di rumah Fatimah. Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fatimah sambil meletakkan tangannya di atas kepada dengan berkata, "Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk diqisas."

Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah, maka Bilal menyampaikan maksudnya untuk mengambil tongkat Nabi. Fatimah pun heran dan bertanya, "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya. 'Berkata Bilal ra, "Wahai Fatimah, Rasulullah saw telah menyediakan dirinya untuk diqisas."

"Siapakah manusia yang sampai hatinya untuk mengqisas Rasulullah saw.?" Bilal tidak menjawab pertanyaan Fatimah.

Setelah Fatimah memberikan tongkat tersebut, Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah saw. kemudian beliau pun menyerahkan kepada Ukasyah.

Abu Bakar dan Umar tidak tinggal diam. Keduanya tampil ke depan sambil berkata, "Wahai Ukasyah, janganlah kamu qisas Rasulullah, qisaslah kami berdua!"

Mendengar pembelaan kedua sahabatnya itu, Rasulullah segera berkata, "Wahai Abu Bakar, Umar, duduklah kamu berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua."

Kemudian Ali berdiri lalu berkata, Wahai Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah, pukullah aku dan janganlah kamu mengqisas Rasulullah!"

Lalu Rasulullah berkata, "Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah telah menetapkan tempatmu dan mcngetahui isi hatimu."

Setelah itu, Hasan dan Husein bangun dengan berkata, "Wahai Ukasyah, bukankah kamu tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah saw, kalau kamu mengqisas kami sama dengan kamu mengqisas Rasulullah."

Mendengar kata-kata cucunya, Rasulullah pun berkata, "Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua."

Rasulullah berkata" "Wahai sahabatku Ukasyah pukullah saya kalau kamu hendak memukul. Aku rida."

Keriuhan semakin menjadi. Isak tangis semakin keras. Anggota majelis pun semakin banyak karena tersebar kabar bahwa Rasulullah yang agung akan diqisas. Para sahabat pun tidak berdaya mencegah Ukasvah karena Nabi telah mempersilakan Ukasyah untuk melakuakan qisas.

Kemudian Ukasyah berkata "YA Rasulullah, Anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju karena bajuku robek saat kau renggut. Maka Rasulullah pun membuka baju. Setelah Ukasyah melihat tubuh Rasulullah, ia pun maju ke depan dengan membawa tongkat.

Namun, tongkat itu justru dicampakkannya dan ia mencium Rasulullah seraya berkata, "Saya tebus engkau dengan jiwa saya ya Rasulullah, siapakah yang sanggup memukulmu? Saya melakukan ini karena ingin menyentuh badan yang dimuliakan oleh Allah dengan badan saya. Dan Allah SWT menjaga saya dari neralka dengan kehormatanmu."

Takbir pun bergema. Kemudian Rasulullah berkata sambil menunjuk Ukasyah, 'Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli surga, inilah orangnya."

(Hj. Nunung Karwati on PR Agustus 2010)

Kemerdekaan Sebagai Momentum Pembebasan

Peringatan upacara seperti yang kita laksanakan saat ini, bukan dimaksudkan sebatas acara seremonial belaka, terkesan asal ada dan biar sekolah agak kelihatan gagah, Akan tetapi upacara ini hendaknya dijadikan sebagai momentum penting untuk bangkit dan semangat meneruskan cita cita para pahlawan yang telah mendahului kita, mereka telah mengorbankan segala-galanya baik jiwa maupun raga, termasuk nyawa dan tetesan darah. Tidak lain adalah demi merebut tanah pertiwi yang kita diami ini. Patut bagi kita untuk mensyukuri adanya ini semua. Agar kemerdekaan ini senantiasa bersama kita dan keturunan keturunan kita.

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ (البقرة: 152)
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku.”

Betapa besarnya jasa mereka, betapa tulus dan ikhlasnya perjuangan mereka dalam mempersembahkan kehidupan merdeka kepada kita semua. Kemerdekaan yang berhasil diraih 65 tahun harus kita jaga dan kita amankan bersama. Mari bersatu padu untuk meningkatkan kualitas kemerdekaan yang telah ada.

Dalam konteks Negara Indonesia, maka peringatan HUT RI Ke-65 saat ini tergolong sangat spesial sekali. Dimana, di tahun 2010 ini kita peringati bersamaan dengan bulan ramadhan, yaitu bulan agung yang di dalamnya penuh rahmat dan ampunan, dan juga bulan dimana moment yang paling tepat untuk pembebeasan dari api neraka. Rupanya kesamaan tanggal dan bulan ini, juga terletak pada saat penerimaan wahyu yang pertama kali di Gua Hiro, yaitu tepatnya tanggal 17 agustus 609M. Hal ini mempunyai hubungan historis-semiotis, atau kesamaan sejarah dalam momentum yang sama, yakni sama² mempunyai misi pembebasan. HUT RI mempunyai misi pembebasan secara fisik-material dari penjajahan bangsa lain. Sedangkan Ramadhan mempunyai misi pembebasan secara mental-spiritual. Semoga selepas peringatan ini kita bisa memperoleh kemerdekaan yang kaffah, merdeka secara fisik-material dan merdeka secara mental- spiritual

Berbeda lagi dengan konteks Yayasan, Peringatan HUT RI kali ini merupakan pengalaman baru bagi kita semua, yang biasanyan upacara kita lakasanakan satu kali yaitu kenaikan bendera saja, sekarang kita laksanakan upacara penurunan bendera secara bersama sama. Juga dibarengkan dengan acara pesantren kilat yang mengambil tema shalat 50 raka’at seharus semalam, dengan kata lain kalau dihitung dari sujudnyha adalah 100 sujud. Mengapa tema tersebut menjadi pilihan karena tema tersebut juga berkaitan erat dengan isra’ - mi’raj yang terjadi bulan yang lalu.

Hadirin… Dewan guru, TU dan segenap karyawan Yayasan Soebono Mantofani yang saya hormati, anak anakku sekalian yang mudah mudahan dirahmati…

dari situ pentingnya bagi kita pewaris negeri ini untuk terus menerus menjaga keutuhan dan persatuan. Dengan segenap kemampuan dan persatuan kita kembangkan serta potensi yang kita miliki insyallah kita akan menjadi pewaris negeri ini, yang bertanggung jawab.


وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُون (ال عمران: 103) َ

“ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. ”

Merubah masalah dengan solusi, merubah terpakasa menjadi rela, merubah yang tidak bisa menjadi bisa, menjadikan generasi yang gemilang di masa depan amin ya rabbal alamin. Perubahan kondisi itu pasti bisa dilakukan dengan kerjasama yang baik, antar sesama teman, dan guru, murid, karyawan dibawah satu komando yayasan. Kita kaya akan potensi untuk mencetak perubahan, guru berpengalaman, karyawan yang rajin anak didik yang cerdik, lahan yang memungkinkan untuk memacu pendidikan.

Oleh karena itu kami juga mengajak kepada semua civitas akademik dari berbagai elemen yang ada di yayasan ini, untuk terus bekerja sama dan dan bertanggung jawab atas amanah besar yang telah di beriakn kepada kita semua, yakni amanah berupa tanggung jawab mengemban pendidikan.




Kedermawanan Ali bin Abi Thalib

Kedermawanan Ali bin Abi Thalib

Pada suatu ketika Allah SWT menguji keluarga Ali bin Abi Thalib ra. Salah seorang dari kedua anaknya ditimpa demam tinggi. Demi kesembuhannya, ia melakukan pelbagai ikhtiar.

Mulai dari usaha konvensional hingga yang bersifat spiritual seperti dengan memberikan tindakan media yang selaras dengan konteks zaman. Atau, lewat doa, bahkan bernazar. Dalam nazarnya itu, Ali bin Abi Thalib ra menyatakan bahwa ia akan melaksanakan puasa selama tiga hari berturut-turut apabila anaknya itu sembuh.



Segala puji milik Allah. Selang beberapa waktu, kesehatan anaknya pulih kembali. Allah SWT mengabulkan doanya. Oleh karena itu, ia sangat bersyukur. Maka, keesokan harinya ia mulai melaksanakan puasa nazarnya. Dalam hal ini ia disertai istri tercintanya, Fatimah al-Zahra binti Rasulullah saw.

Waktu bergulir. Pagi berganti siang. Petang menyusul, kemudian waktu maghrib pun akhirnya tiba. Ketika pasangan suami-istri itu hendak berbuka dengan makanan alakadarnya, tiba-tiba pintu rumah diketuk orang. Tamu yang tidak diundang itu ternyata seorang miskin papa. Ia datang untuk meminta belas kasihan, karena didera lapar seharian penuh. Tanpa berpikir panjang, keluarga suci itu segera memberikan makanan yang sedianya akan mereka santap. Tidak heran malam itu mereka berbuka puasa hanya dengan beberap teguk air.

Esoknya mereka berpuasa lagi. Hari itu berlalu seperti biasa. Namun, kala waktu maghrib tiba, pintu rumah lagi-lagi diketuk orang. Kini yang datang adalah seorang anak yatim. Sebelum yang bersangkutan mengutarakan maksudnya, mereka sudah jatuh iba. Kondisi anak atim itu memang sangat memprihatinkan sehingga mereka memberinya makanan, yang sejatinya dipersiapkan untuk berbuka puasa. Malam itu pun mereka lalui dengan perut lapar.

Kini, mereka telah berada pada hari ketiga dari puasa nazarnya. Karena berkah Allah SWT dalam segala hal, mereka tampil tetap dalam kondisi prima. Tidak kecuali dalam menjalai maisyah, atau kehidupan dunia ini.

Sebagaimana hari-hari sebelumnya, ketika menjelang maghrib, ketika mereka mempersiapkan diri untuk berbuka, seseorang datang memohon belas kasihan. Kali ini adalah seorang tawanan perang. Lantaran mengutamakan orang lain sudah menjadi sifat keluarga itu, tidak mengejutkan jika makanan yang sudah terhidang untuk berbuka pun mereka berikan kepadanya dengan penuh keikhlasan.

Dengan demikian, selama keluarga suci itu menunaikan puasa nazar, maka tidak sebutir kurma atau sepotong roti pun yang masuk ke perut mereka. Sungguh mengagumkan perilaku pasangan suami-istri itu. Mereka sanggup menahan lapar berhar-hari, lantaran lebih mengutamakan orang lain dari kalangan akar rumput. Lagi pula, semua itu mereka lakukan tanpa pamrih, kecuali mengharap ridha Allah SWT.

(PR 20 Agustus 2010)

Download QuranFlash Tajweed

Bulan Ramadhan yang penuh berkah telah tiba, maka perbanyaklah membaca alquran. Anda bisa membaca alquran tidak hanya dengan membaca mushaf, tetapi bisa menggunakan handphone ataupun komputer. Salah satu aplikasi untuk membaca alquran di komputer adalah QuranFlash Tajweed.

QuranFlash Tajweed ini merupakan sebuah Al-Qur'an yang dibuat dalam format file flash lengkap dengan tajwidnya. Tampilan QuranFlash ini sangat enak untuk dilihat, karena setiap lembar yang kita buka seperti kita benar-benar membuka sebuah Al-Qur'an.


Bagaimana?? Mudah-mudahan dengan saya share ini saya mendapatkan banyak pahala dan begitu juga sobat blogger yang lain nya,, amin.

download

(Dari www.remo-xp.com)