Loading...
Tampilkan postingan dengan label Nasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nasional. Tampilkan semua postingan

Di Depan Jokowi, Prabowo Tegaskan Siap Bantu Pemerintah

Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Gerindra Prabowo saat bertemu di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (17/11/2016).
Di depan Presiden Joko Widodo, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menegaskan siap membantu pemerintah.

"Nilai-nilai yang kami pegang sama sehingga saya merasa berkewajiban, jika dibutuhkan, saya siap untuk membantu pemerintah, kapan pun dan di manapun," ujar Prabowo di Teras Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11/2016).
(Baca: Menu Ikan Bakar dan Pesan Persatuan dalam Makan Siang Jokowi dan Prabowo)
Prabowo juga selalu siap memberikan masukan kepada pemerintah. Prabowo mengapresiasi keterbukaan Presiden Jokowiterhadap masukan-masukan dari dirinya.
"Saya kira ini menguntungkan keutuhan dan persatuan bangsa," kata dia.
Prabowo menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka pada Kamis siang.
Dalam pertemuan itu, keduanya melakukan santap siang bersama dengan menu ikan bakar. 
Setelah itu, keduanya berbincang-bincang di teras Istana Merdeka.
Tidak ada camilan yang menemani perbincangan mereka, yang hanya ada dua cangkir berisi teh hangat.
Menurut Jokowi, kunjungan ini merupakan balasan lantaran dirinya pernah melawat ke kediaman Prabowo, 31 Oktober lalu.
Pertemuan kedua politisi yang pernah menjadi rival pada Pemilu Presiden 2014 itu adalah yang kedua dalam waktu kurang dari satu bulan. 
Kompas TVJokowi Gencar Safari Politik, Ini Kata Wapres JK

Prabowo Sambangi Jokowi di Istana Merdeka

Presiden Joko Widodo saat bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Hambalang, Bogor, Senin (31/10/2016).

Media Nasional - 
Untuk pertama kalinya, Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto bertamu ke Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11/2016).

Kedatangan Prabowo itu disambut hangat oleh Presiden Joko Widodo.

Pengamatan Kompas.com, Prabowo diterima Presiden Jokowi pada pukul 13.50 WIB.

Ia tampak mengenakan safari putih berkantong empat. Prabowo memasuki ruang Istana Merdeka.

Di ruangan itu, Presiden Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno telah menunggu.

Jokowi yang mengenakan kemeja batik dominasi coklat dan hitam langsung menyalami Prabowo.

Keduanya kemudian masuk ke ruang pertemuan dan sempat melambaikan tangan kepada para peliput. Pertemuan berlangsung tertutup.

Belum diketahui apa yang akan dibicarakan Jokowi dan Prabowo dalam pertemuan tersebut.

Sejak Jokowi menjadi Presiden, pertemuan dengan Prabowo sudah berlangsung empat kali. Pertama, saat Jokowi baru terpilih menjadi presiden.

Kedua, pertemuan digelar di Istana Bogor; dan ketiga, di kediaman Prabowo, beberapa waktu lalu.

Pertemuan di Istana Negara ini adalah pertemuan yang keempat kalinya.
Ahok Tersangka, Setya Novanto-Surya Paloh Gelar Pertemuan Tertutup

Ahok Tersangka, Setya Novanto-Surya Paloh Gelar Pertemuan Tertutup

[ad_1]





Kamis, 17 November 2016 | 16:38 WIB







Ahok Tersangka, Setya Novanto-Surya Paloh Gelar Pertemuan Tertutup


Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Ketua Generik Partai Nasdem Surya Paloh, dan Ketua Generik Partai Golkar Setya Novanto menghadiri acara Buka Puasa bersama Keluarga Besar Partai Nasdem di Kantor DPP Nasdem, Kamis, 9 Juni 2016. Media/Larissa





Media-indo.info, Jakarta - Ketua Generik Partai Golkar Setya Novanto mengapresiasi keputusan penyidik Badan Reserse Kriminal Mabes Polri yang menetapkan Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama sebagai tersangka perkara penodaan agama.

Menurut mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu, apa yang dilakukan kepolisian sudah mewujudkan sistem yang transparan dan dilakukan dengan cara profesional.

"Tentu saya mengapresiasi dan menghargai apa-apa yang sudah dilakukan oleh pihak Polri, dan semua pihak wajib menghargai," Perkataan Setya Novanto saat ditemui di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli Raya, Jakarta Barat, Kamis, 17 November 2016.

Setya juga berharap umat Islam dan masyarakat Bisa turut serta mengawal proses hukum terhadap Ahok dengan sebaik-baiknya, di karenakan kepolisian juga mengusut perkara tersebut dengan cara terbuka.

"Tentu kami harapkan Bisa menerima, di karenakan ini merupakan satu proses yang wajib dilakukan dan ini yang wajib kami percayakan kepada pihak-pihak hukum," tutur Setya.

Hari ini, Setya Novanto mengadakan pertemuan dengan Ketua Generik Partai Nasional Demokrat Surya Paloh beserta pemimpin dan jajaran Partai Nasional Demokrat (NasDem) di kantor DPP Golkar. Partai Golkar dan Partai NasDem merupakan dua dari gabungan partai yang mendaftarkan Ahok sebagai calon Gubernur DKI ke Komisi Pemilihan Generik Provinsi DKI Jakarta.

Rencananya, mereka akan membahas kelanjutan dan rencana ke depan sehubungan dukungan kedua partai tersebut terhadap pencalonan Ahok-Djarot untuk maju sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di pilkada 2017. Hingga berita ini diturunkan, kedua belah pihak masih berada di ruangan rapat tertutup.

DESTRIANITA



[ad_2]

Cerita Samuel Menangkap Pelempar Bom Molotov di Samarinda

Sejumlah kendaraan sepeda motor mengalami kerusakan akibat ledakan bom molotov di halaman Gereja Oikumene, Sengkotek, Loa Janan Ilir, Samarinda Seberang, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu 


Media Nasional -  Terduga pelaku peledakan di Gereja Oikumene, Kecamatan Loa Janan Ilir, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, berhasil ditangkap warga setelah berusaha kabur dan menceburkan diri ke Sungai Mahakam.

"Saat itu saya sedang membawa mobil hendak berjualan di Sumalindo, tiba-tiba orang ramai dan ada kepulan asap dari Gereja Oikumene," ujar Samuel Tulung, warga Samarinda yang menangkap pelaku, Minggu (13/11/2016). 
"Saya kemudian bertanya ada apa, kemudian warga menjawab ada bom dan kebakaran, dan menunjuk seorang pria berambut panjang lari menuju arah Dermaga Sumalindo," tambah dia.
Tanpa berpikir panjang, Samuel mengaku langsung memacu mobilnya, mengejar pelaku.
Namun, saat sampai di tepi Sungai Mahakam, pelempar bom di Gereja Oikumene yang mengenakan kaus berwarna hitam dan celana model kargo berwarna coklat itu tiba-tiba menghilang.
"Saat saya tiba di dekat dermaga, orang itu tidak kelihatan dan ternyata dia nyebur ke Sungai Mahakam. Saya sempat lihat kepalanya timbul tenggelam lalu saya melihat ada sebuah perahu, kemudian saya minta pemiliknya agar mengejar pelaku," katanya.
Awalnya, pemilik perahu tidak mau. "Tetapi, saya katakan akan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa," kata Samuel.
Pelaku akhirnya berhasil ditangkap saat berada di tengah Sungai Mahakam, kemudian dinaikkan ke atas perahu pengangkut pasir.
"Orang itu sempat menarik kaki saya, kemudian saya hajar telinganya sehingga ia melepaskan pegangannya. Saya langsung seret ke atas perahu dan ikat, kemudian saya serahkan ke polisi yang ada di Dermaga Sumalindo," kata Samuel.
Sementara itu, pendeta Gereja Oikumene, Samion (53) yang juga sempat mengejar pelaku, mengatakan, saat itu dia tengah berada di depan gereja dan mendengar ledakan keras disusul semburan api yang menyambar hingga atap gereja.
"Kebetulan rumah saya berada di depan gereja yang jaraknya sekitar 15 meter. Saat itu, saya mendengar ada ledakan disertai semburan api hingga ke atap gereja dan tak lama saya melihat orang berambut panjang lari ke arah sungai," katanya.
"Saya kemudian mengejar bersama warga, tetapi orang itu langsung terjun ke sungai," kata Samion.
Terduga pelaku peledakan Gereja Oikumene itu, kata dia, akhirnya berhasil ditangkap warga saat berupaya kabur dengan cara berenang di Sungai Mahakam, kemudian diserahkan ke polisi.
"Korban ledakan yang merupakan anak-anak itu tengah bermain di halaman gereja, menunggu orang tua mereka keluar. Terduga pelaku kabur meninggalkan motornya," kata Samion.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, terduga pelaku berinisial J alias MAK berusia 32 tahun tersebut tinggal di Jalan Cipto, Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Samarinda Seberang.
Terduga pelaku pernah dihukum 3 tahun 6 bulan terkait kasus terorisme dan dinyatakan bebas bersyarat pada 28 Juli 2014.
Rumah pelaku berjarak kurang dari satu kilometer dari lokasi ledakan. Rumah yang berada persis di pinggir Sungai Mahakam tersebut berjarak sekitar lima hingga tujuh meter dari Jalan Cipto Mangunkusumo.

Kisah Dalang Bom Samarinda, Mantan Napi & Tinggal di Masjid

Juhanda alias Jo (kanan). 


Media Nasional - Pelaku bom Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, hari ini, 13 November 2016, sekitar pukul 10.00 Wita, bukanlah orang baru dalam peledakan bom. Pelaku merupakan mantan narapidana teror bom Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Tangerang pada 2011.

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian mengatakan pelaku bernama Joh alias Juhanda alias Jo bin Muhammad Aceng Kurnia, 32 tahun, pernah menjalani hukuman pidana 3,5 tahun pada 2012 dan bebas bersyarat setelah mendapatkan remisi Idul Fitri pada 28 Juli 2014.

"Pelaku sudah ditangkap. Percayakan kepada penegak hukum untuk menangkap jaringannya," kata Tito kepada Tempo, Ahad, 13 November 2016.

Baca: Kapolri: Pelaku Bom Samarinda Eks Narapidana Bom Puspitek

Juhanda merupakan anggota kelompok pelaku teror bom buku yang dipimpin Pepi Fernando. Kelompok ini melakukan aksi-aksi mereka pada Maret 2011. Pepi Fernando divonis hukuman penjara 18 tahun pada awal Maret 2012.

Tak diketahui apa aktivitas Juhana setelah dibebaskan dari penjara pada 28 Juli 2014. Belakangan Juhana tinggal di sebuah masjid di Kelurahan Sengkotek, di sekitar Gereja Oikumene.

Juhana juga bergabung dengan kelompok Jemaah Ansyarut Tauhid (JAT) yang didirikan Abubakar Baasyir, terpidana kasus terorisme yang sudah berbaiat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ketika dia mendekam di Nusakambangan. Pada 16 April 2016, pemilik Pesantren Ngruki, Sukoharjo, itu dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. "Kami akan kembangkan penyidikannya," ucap Tito.

Dalam tulisan Tempo berjudul Buku Rumus Kimia Bom di Rumah Komplotan Pepi pada 29 April 2011, disebutkan pada 27 April 2011, Densus meringkus tujuh orang yang diduga terkait dengan kelompok Pepi Fernando. Enam orang ditangkap di Desa Gle Gurah, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar, sedangkan seorang lagi belum diketahui di mana ditangkap.

Baca: Densus 88 Periksa Juhanda, Pelaku Bom Gereja Samarinda

Penangkapan ini merupakan ujung dari temuan bahan peledak dan sisa rangkaian bom di halaman belakang rumah kontrakan kediaman tersangka Muhammad Fadil di Jalan Panglaten, Merduati, Banda Aceh, Selasa lalu, sekitar pukul 20.30 WIB.

Salah satu yang ditangkap adalah Juhanda, kelahiran Bogor, dengan alamat KTP di Perumahan Citra Kasih Blok E Nomor 030, Neohon, Kelurahan Masjid Raya, Kabupayen Aceh Besar, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Lima lainnya adalah Mzki, 35 tahun, warga Merduati; M. FSAL MAT (33), warga Aceh Tamiang; M. Nsr. SYR (30), warga Lhokseumawe; MAHdN (24), warga Lhokseumawe; dan T. Zul (35), kelahiran Pekanbaru. Menurut Iskandar, T. Zul masuk daftar pencarian orang Densus 88.

Baca: Menteri Tjahjo Bicara Soal Bom Gereja Samarinda

Menurut sumber Tempo yang ikut dalam penangkapan, sebagian besar mereka diringkus di Desa Gle Gurah. Juanda ditangkap di desa lain di kecamatan yang sama. Juanda diduga salah seorang tersangka yang melarikan diri ketika polisi menciduk Pepi, Fadil, dan Zokaw di rumah Fadil di Desa Merduati, 21 April 2011.

Setelah menangkap Juanda, polisi menemukan sebuah karung berisi amonium nitrat dan belerang di sebuah gubuk milik Fadil di Gle Gurah. Polisi juga menyita barang bukti berupa belerang dan aluminium dalam karung, garam dapur, pupuk urea (total 15 kilogram), sebuah buku dengan tulisan rumus-rumus bahan kimia, setrika, bohlam senter yang dipasangi kabel, dan lain-lain.

Ada pula jam dinding bertulisan Bendera Kerajaan Islam Aceh Darussalam, alat tumbuk tepung, gerinda, serta paku dan baut dalam daftar barang bukti yang dibawa polisi.

Baca: Bom di Gereja Oikumene, Teror Pertama di Samarinda

Dalam serangkaian aksi terorisme yang diduga dilakukan komplotan Pepi Fernando, polisi telah menetapkan 17 tersangka. Pepi Fernando alias M. Romi alias Ahyar dan Hendi Suhartono alias Zokaw diduga menjadi otak dan pelaku utama bom buku, bom Puspiptek, hingga bom dekat pipa gas Serpong.

Deni Carmelita, istri Pepi, dan juru kamera televisi swasta, Imam M. Firdaus, juga menjadi tersangka.

Jokowi: Kita Harapkan Tidak Ada Demo Lagi

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada peresmian pameran bertajuk 'Goresan Juang Kemerdekaan : Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia' di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (1/8/2016). Pameran menampilkan 28 karya dari 20 maestro lukis Indonesia seperti Raden Saleh, Affandi, Basoeki Abdullah hingga Presiden Soekarno, berlangsung untuk umum dari 2-30 Agustus.



 Media Nasional - Presiden Joko Widodo berharap agar tidak ada demonstrasi lanjutan untuk menuntut proses hukum terhadap calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang dituduh melakukan penistaan agama.

Hal itu disampaikan Jokowi terkait rencana demonstrasi lanjutan yang akan dilakukan pada 25 November 2016.
"Kita mengharapkan agar sudah tidak ada demo-demo lagi," kata Jokowi kepada wartawan usai memberikan pengarahan kepada 3000 personil Brimob, di Markas Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jumat (11/11/2016).
Jokowi menegaskan bahwa tuntutan pendemo agar kepolisian menjalankam proses hukum terhadap Ahok sudah dilakukan.
Saat ini, Badan Reserse Kriminal Polri tengah memanggil para saksi maupun ahli untuk diperiksa dan diminta pendapatnya terkait kasus Ahok.
Ahok juga sudah diperiksa sebagai terlapor sebanyak dua kali.
"Karena proses hukum sudah, proses hukum sudah dilakukan," ucap Jokowi.
Presiden Jokowi sebelumnya berkali-kali menegaskan tidak akan lindungi Ahok.
Demonstrasi untuk menuntut proses hukum terhadap Ahok sebelumnya sudah dilakukan pada Jumat (4/11/2016). Saat itu, perwakilan pendemo diterima oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Kapolri Jenderal (pol) Tito Karnavian saat itu menjanjikan penyelesaian kasus Ahok dalam dua pekan.
Setelah pemeriksaan saksi dan ahli selesai, Polri rencananya akan melakukan gelar perkara secara terbuka untuk memutuskan ada atau tidak tindak pidana yang dilakukan Ahok.
Kompas TVAhok: Kalo Disuruh Mundur, Lebih Baik Saya Dipenjara