Loading...

Kiat Aa Gym: Tegar Menghadapi Kemalangan

Kiat Aa Gymnastiar
Semoga Allah SWT yang menguasai tubuh kita memberikan karunia kesehatan lahir dan bathin. Bersabar ketika diuji dengan kemalangan dan beryukur ketika dikaruniai kenikmatan. Karena ada kalanya seseorang yang diuji kemalangan, terhina karena ketidaksabarannya, dan dikala mendapat kenikmatan, terhina karena ketidaksyukurannya.
Sabar adalah kegigihan untuk berada di jalan yang Allah sukai. Misalnya sabar ketika sedang diuji oleh kemalangan.

Kesabaran seseorang akan tampak dari akhlak dalam menyikapinya. Penderitaan karena kemalangan tidak jarang membuat seseorang bicaranya tidak karuan, penuh keluh kesah, emosional. Sungguh, sangatlah merugi bagi seseorang yang ketika diuji dengan kemalangan disikapi dengan emosi berlebihan (negatif). Karena hal tersebut tetap saja tidak akan menolak kemalangan yang dialaminya. Lalu, bagaimana menyikapinya?
Ada beberapa sikap sabar yang bisa kita latih saat diuji dengan kemalangan. Pertama, sikap selalu berprasangka baik kepada Allah. Diawali dengan menyadari sepenuhnya bahwa hidup ini dan apa yang kita miliki bukanlah milik kita, melainkan milik Allah. Mau diambil kembali atau tidak oleh-Nya, itu hak Dia. Kita patut menyadari bahwa setiap derita yang kita alami, pada hakikatnya sudah diukur Allah. Maka biasakanlah mengucapkan "Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah tempat kita kembali). Sikap sadar tersebut akan berbuah keyakinan. Yakin bahwa Allah tidak akan menimpakan suatu kejadian bila tidak ada hikmahnya.  Sehingga kita terpanggil untuk menginstrospeksi diri. Mungkin saja kemalangan yang kita derita karena sering melupakan nikmat-nikmat yang Allah berikan dan kita semakin jauh dari-Nya. Yakini bahwa kemalangan yang menimpa, bisa jadi merupakan cara Allah  mengingatkan kita untuk kembali ingat dan dekat kepada-Nya. Kemalangan adalah bentuk dari kasih sayang Allah.
Sikap sabar kedua yang harus dikuasai yaitu sikap menerima ketentuan Allah. Tidak berkeluh kesah karena itu adalah tanda-tanda dari ketidaksabaran. Dan karena kurang bisa menerima ketentuan Allah, membuat diri menjadi lemah dan tidak berdaya. Oleh karena itu, betapa pun parahnya kemalangan yang menimpa kita, berusahalah untuk tegar menjalaninya.
Sikap sabar ketiga, dengan merenungkan hikmah kemalangan, selain sebagai sarana, introspeksi diri juga sebagai penggugur dosa seperti gugurnya daun dari pepohonan.
Saudaraku, sesungguhnya hidup bahagia, tenang lahir dan bathin, mudah mendapatkan pertolongan Allah, dan kemampuan untuk dekat kepada-Nya, hanya dimiliki oleh orang-orang yang sabar. Untuk itu, jadikanlah sabat sebagai penolong kita seperti halnya shalat yang kita kerjakan. Insya Allah kita akan mampu bersikap tegar menghadapi kemalangan sebesar apapun.
Wallaahu a'lam bishshawab.
Tidak Bersedih Saat Kehilangan

Tidak Bersedih Saat Kehilangan

Pada suatu hari saya melakukan perjalanan pulang ke kampong halaman kerana ada panggilan orang tua untuk sebuah acara temu kangen bersama. Pagi hari saya sudah bersiap siap, di sela sela persiapan itu saya menulis sebuah ayat 23 dari Surat Al hadid yang bunyinya;

لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,

Dalam perjalananku, kali ini saya menempuh dua rute yaitu kereta Api Jurusan Tanah Abang dan dari Tanah Abang hendak ke stasiun Ps. Senen meneruskan perjalanan ke stasiun Pasar Turi Surabaya. Tetapi apa yang terjadi, malang menimpa saya. Dalan perjalanan saya menuju Tanah Abang sudah kecopetan, Dompet dan beberapa tanda pengenal serta surat penting lainnya hilang.

Sejak itu dalam hati kecil saya mengatakan bahwa betapa berharganya satu ayat yang saya tulis tersebut. Ternyata kita tidak boleh dirundung susah yang berkepanjangan jika kita tidak mendapatkan keuntungan (baca;hilang) dan sebaliknya jangan berbangga hati jika kita memperoleh kesuksesan dalam sebuah usaha. Ayat tersebut membekas dalam hati dan terasa amat lekat dalam ingatan dengan naas yang menimpa saat perjalanan menuju kampung halaman.

Banyak hikmah yang saya dapat dari sebuah perjalanan tersebut. Dan mengokohkan saya secara pribadi bahwa hidup ini adalah perjalanan yang mana grand desaign-nya telah di tentukan oleh Allah. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi maka bagi seorang hamba harus berusaha, tetapi jika dalam usaha tersebut mengalami kegagalan maka usaha tersebut harus dikembalikan kepada Allah swt.

Memang tidak mudah untuk merasakan hal yang demikian ini, tetapi paling tidak kita telah mempunyai pedoman hidup untuk menapaki jalan hidup itu harusnya bagaimana. carilah beberapa artikel dari blog ceramah singkat

Kiat Aa Gym: Memompa Potensi Diri

Kiat Aa Gymnastiar
Tidak sedikit orang menyadari bahwa dalam diri terkandung potensi yang begitu besar. Baik itu potensi jiwa, raga, maupun akal. Bisa kita lihat di sekitar kita ada seorang pebisnis, penceramah, pengajar, ada juga pelamun, pegosip, dan lain sebagainya padahal jatah waktu dalam satu harinya sama, 24 jam. Lalu, apa yang membedakan semua itu? Ternyata yang menjadi pembedanya kemampuan dalam menyikapi waktu.

Ketidakmampuan itu bisa terjadi karena sikap diri yang tertipu. Kita lebih merasa penting apa yang dianggap tidak penting. Kesempatan yang dapat membangun potensi berlalu begitu saja. Bisa juga karena faktor malas. Merasa diri sudah cukup dengan potensi yang ada sehingga tidak ada keinginan untuk mengembangkannya. Hal lain, terjadi karena lemah. Baik itu lemah akibat niat maupun lemah tekad. Ini terjadi sebagai dampak dari tidak jelasnya tujuan, rencana, dan target diri.

Salah satu cara untuk membangkitkan kembali potensi yang ada, atau setidaknya memompa potensi yang belum ada, bisa dimulai dari memperkuat tekad atau keinginan. Dengan begitu, kita tinggal mencari celah untuk mewujudkannya. Bisa melalui referensi buku, berguru, maupun pelatihan-pelatihan. Setelah ilmu didapat, jangan sampai kita tertipu akan hal-hal yang tidak perlu. Dengan demikian, niat akan menjadi pengikat tekad dan ilmu akan menjadi jembatan.
Melalui ilmu, kita akan tahu seluruh isi perut tanpa harus membedah perut kita sendiri. Dengan ilmu, kita dapat mengetahui ilmu perbintangan tanpa harus pergi ke antariksa dan dengan ilmu kita dapat mengetahui Tuhan kita, Allah SWT.

Untuk itu Saudaraku, kita tidak usah menyesal jika kehilangan barang, tetapi kita harus menyesal jika kehilangan waktu. Karena waktulah yang akan memberi kita kesempatan untuk terus memompa potensi. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita kemampuan memanfaatkan waktu hidup sebelum waktu mati.

Wallahu a'lam bishawab.

Kuasailah Dunia, Tapi Jangan Mencintai Dunia

“MENCINTAI dunia saja akan menyebabkan orang tak bisa hidup zuhud, dan akan membuat mereka jauh dari semua tuntunan agama, apalagi bila sampai menguasai dunia. Bukankah negara-negara besar yang merasa sudah menguasai dunia, lalu jadi sewenang-wenang?” kata seorang murid Abu Qubaisy mengomentari ucapan mahaguru yang sebetulnya belum selesai itu.

Ketika menyampaikan kata pengantar pembuka majelis taklimnya sore itu beliau memang menganjurkan para muridnya belajar menguasai dunia. Namun sebelum usai beliau berbicara, salah seorang muridnya tidak tahan untuk memberikan komentar.

Mendengar ucapan murid yang satu itu Abu Qubaisy tersenyum, sementara beberapa murid yang lain merasa terganggu oleh komentar yang keluar terlalu dini.

“Sebelum menjawab langsung komentar teman kalian itu, marilah kita segarkan ingatan pada kiprah hidup dan kepemimpinan Khalifah Umar ibnu Khatab,” ujar sang mahaguru masih dengan senyum yang mengembang. Sementara murid-muridnya, baik yang tadi bertanya maupun yang hanya mendengarkan saja, kini jadi sama-sama bertanya-tanya.

“Pada zamannya, hampir dua per tiga dunia berada di bawah kekuasaan Khalifah Umar. Namun beliau tetap hidup sesederhana ketika masih belum menjadi khalifah. Jauh lebih sederhana dibandingkan ketika beliau belum menjadi muslim. Bahkan ketika tahu ada rakyatnya yang memasak batu karena tak punya gandum, tengah malam beliau memanggul sendiri sekarung gandum dari gudang kekhalifahan ke rumah si papa tersebut. Itu artinya Umar menguasai dunia, tetapi tidak mencintai dunia. Doa beliau yang terkenal berbunyi “YA ALLAH, JADIKANLAH DUNIA INI BERADA DI BAWAH KEKUASAAN TANGANKU, TAPI JANGAN BIARKAN DUNIA BERSEMAYAM DI DALAM KALBUKU.” Karena cinta dunia, seperti dikatakan teman kalian tadi, buruk akibatnya.

Yang terlihat sekarang orang-orang mencintai dunia, bukan sekedar menguasainya. Sehingga sebelum atau sesudah dia merasa menguasai dunia, dunialah yang lebih dulu menguasainya,” kata Abu Qubaisy mengakhiri tuturnya karena adzan Maghrib telah dikumandangkan orang.

sumber: lupa. ^_^
Kisah Tiga Orang Riya

Kisah Tiga Orang Riya

ORANG PERTAMA;  yang diadili pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang mati syahid. Ia dipanggil di hadapan Tuhan dan diperlihatkan kepadanya amal perbuatannya dan ia pun mengenalinya.
Tuhan bertanya, " Apa yang telah kamu perbuat untuk mendapatkannya (mati syahid)?"  Lelaki itu menjawab, " Aku berperang demi (mendapat) ridla-Mu hingga aku gugur di medan laga.

Tuhan berkata, "Kamu berdusta! Kamu berperang supaya dibilang orang pemberani dan sungguh kamu telah mendapatkan keinginan itu." Kemudian Tuhan memerintahkan agar orang itu diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka."

ORANG KEDUA; seorang 1elaki yang tekun menuntut ilmu, mengajarkan ilmunya dan membaca Al-Qur'an. Ia dipanggil di hadapan Tuhan dan diperlihatkan kepadanya amal perbuatannya dan ia pun mengenalinya.
Tuhan bertanya: " Apa yang telah kamu perbuat dengannya (menuntut ilmu)? Lelaki itu menjawab, Hamba menuntut ilmu, mengajarkannya kepada orang lain dan membaca al-Qur  an demi Engkau, Tuhan.
Tuhan berkata, 'Kamu telah berdusta! Kamu menuntut ilmu supaya dibilang orang pintar dan kamu membaca al-Qur'an supaya dibilang qari' yang bagus dan sungguh kamu telah mendapatkan semua itu. Kemudian Tuhan memerintahkan agar orang itu diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka."

ORANG KETIGA; yaitu seorang lelaki yang dilapangkan dan dikaruniai Allah segala macam harta benda dipanggil di hadapan Tuhan, diperlihatkan kepadanya amal perbuatannya dan ia pun mengenalinya.
Tuhan bertanya: " Apa yang telah kamu perbuat terhadap (harta bendamu)?" Lelaki itu menjawab, "Aku tak pemah melewatkan kesempatan menafkahkan harta bendaku di jalan-'Mu dan itu derni Engkau Tuhanku".
Tuhan berkata, "Kamu telah berdusta! Kamu tidak melakukan semua itu kecuali dengan pamrih supaya dibilang sebagai orang yang dermawan clan sungguh kamu telah mendapatkan semua ihi. Kemudian Tuhan mernerintahkan agar orang itu diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka." (Hadits riwayat Muslim)
Sahabat, kita tergolong yang mana? Apakah mati sahit, tekun menuntut ilmu, atau berkelimpahan harta tapi masih tetap tertipu dengan riya?
Atau kita lebih parah dari itu? Yaitu, tidak mati sahit, tidak berilmu, dan tidak berharta tapi riya. Bagaimana pendapat anda?

Sebagian kita, berpendapat, bahwa menabung itu adalah sisa kebutuhan sehari-hari atau sisa kebutuhan satu bulan, sehingga nominal tabungan kita relative kecil atau tidak tersisa sedikitpun untuk menabung. Dan banyak dari kita yang bekerja untuk uang (mencari uang), sehingga wajar jika awal bulan kita basah (punya uang) dan di akhir bulan nyaris pailit, dan persediaan sudah menipis.
Dalam istilah Robert Kiyosaki itulah salah satu dari ciri empployee (pegawai) atau dalam istilah Aa Gym merupakan salah satu ciri dari tipe “Manusia pekerja”.

Paragdigma ini masih berkembang di sebagian besar kita, atau boleh jadi mungkin kita sendiri termasuk orang yang masih menganut paradigma itu...apalagi kita yang notabene (wanita) muslimah yang konon tidak punya kewajiban paten dalam mencari nafkah... tak jarang berfikir bahwa hanya sebagai sampingan atau “Daripada nganggur” padahal energi yang dikeluarkan sama besar atau bahkan lebih...

Nah saudariku... agar kita tidak terjebak pada “Zona aman” yang melenakan dan membuat kita tidak kreatif, mari kita dobrak wacana dan paradigma kita...
Jadilah Muslimah Yang Bermental Entrepreneur, seperti yang dicontohkan Rasul Kita Muhammad. Nabi Muhammad adalah seorang entrepreneur sejati yang diusianya yang ke-25 meminang khodijah dengan 40 unta.
Jika dirupiahkan berapa puluh juta mahar Nabi Muhammad kepada khodijah...? sungguh jumlah mahar yang luar biasa jika dibandingkan dengan mahar-mahar yang diberikan pemuda saat ini.

Teringat sebuah sabda Rasul dalam haditsnya  “ carilah ilmu walaupun ke Negeri China” kenapa china, kenapa bukan indonesia atau belanda... hal itu sudah diisyarahatkan oleh Rasul berapa ratus sebelum china mengalami kejayaan dibidang ekonomi, lihat sekarang... produk yang membanjiri negara kita, lebih banyak didominasi oleh produk china...sampai jilbab dan peci sekalipun...produk china...di negara kita ini siapa yang menguasai perusahaan-perusahaan rasaksa..? Siapa yang punya toko-toko, swalayan besar bahkan pusat-pusat elektonik dan konveksi..?

Siapa lagi kalau bukan makhluk Allah yang berciri khas mata segaris ini... etos mereka luar biasa, mereka gigih ulet dan pantang bermewah-mewah, walau sudah kaya sekalipun...Subhanallah tidak mungkin Rasul serta merta mengeluarkan hadits berkenaan dengan kaum ini, jika tidak ada kandungan makna yang luar biasa dan petunjuk bagi kita untuk dijadikan ibrah...

Seorang China berkata, sangat lucu jika orang Islam tak mampu maju di bidang perekonomian, apa alasan mereka untuk tidak maju... sementara Rasul mereka seorang entrepreneur ulung, ajaran mereka banyak mengisyaratkan akan pentingnya kekuatan ekonomi, seperti haji..shadaqah...zakat, bahkan anjuran ibadahnyapun sangat mendukung untuk menjadi seorang yang sukses, seperti contoh Islam menganjurkan untuk shalat tahajud di sepertiga malam, dianjurkan terjaga sampai subuh, bahkan setelah subuh dianjurkan tidak tidur lagi, sedangkan kami pada waktu-waktu itu masih tertidur lelap, dan pagi hari baru bagun... jadi sebenarnya peluang orang Islam untuk menjadi kaya raya itu banyak saudariku...

Tak pernah ada kata terlambat untuk sebuah kata perbaikan... untuk bangkit menjadi seorang entrepreneur, pertama, rubahlah paradigma kita tetang upaya “Keduniawian” kita, milikilah paradigma entrepreneur atau semangat berentrepreneur, apapun profesi kita... entrepreneur tidak identik dengan berdagang, walaupun berdagang bagian dari aktifitas entrepreneur... mulailah berfikir bagaimana memanfaatkan uang bukan sekedar mencari uang... buatlah bagaimana uang bekerja untuk kita bukan kita yang bekerja untuk uang... rubahlah pola hidup kita, jadikan pemenuhan kebutuhan sisa dari aktifitas menabung kita, bukan sebaliknya...stop pengeluaran untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, jangan beli buku dan perlu, luangkan waktu, tenaga, dan dana untuk pembelajaran hal yang satu ini... dalam dunia entrepreneur tak pernah ada kerugian yang ada adalah ‘Cost Of Learning’, termasuk ketika kita gagal, bersiaplah untuk mengambil peluang dan resiko sekalipun, karena resiko selalu berbanding lurus dengan keuntungan atau rizki yang didapat.

Ada sebuah trik sederhana dalam berentrepreneur Jika kita punya keahlian, tapi punya semangat entrepreneur dan punya modal pakai rumus BOTOL (Berani, Optimis, pakai Tenaga Orang Lain) tetapi kita punya keahlian tapi tidak punya modal, gunakan rumus BODOL (Berani, Optimis, pakai Duit Orang Lain). Dan jika kita tidak punya keduanya... berusahalah...! kita punya otak...Yakinlah... Allah Bersama Orang Yang Berusaha...

Akhirnya apa pun usaha kita, luruskan selalu niat kita, sempurnakan ikhtiar kita dan memaksimalkan tawakkal kita, tatkala kegagalan menghampiri kita, yakinlah itu bentuk ujian semesteran kita... yang akan menentukan kita menjadi orang yang tangguh... atau sebaliknya..Wallahu alam bis showab...

Sumber: Amri Knowledge Entrepreneur
Bertindak Stratejik

Bertindak Stratejik

Hasan dan Husein putra Ali bin Abi Thalib ra, suatu saat pergi ke masjid dan menjumpai seorang tua yang sedang berwudhu lalu shalat. Ternyata, wudhu dan shalatnya kurang sempurna. Hasan dan Husein ingin memperbaiki dan meluruskannya, tetapi ada kekhawatiran akan menyinggung perasaan orang tua tersebut. Akhirnya mereka sepakat untuk memakai pendekatan stratejik. Di hadapan orang tua itu mereka berpura-pura berdebat. Masing-masing mengatakan bahwa dirinyalah yang lebih benar cara wudhu dan shalatnya. Kemudian mereka meminta orang tua tersebut untuk menilainya.

Setelah melihat cara berwudhu dan shalat Hasan dan Husein, akhirnya orang tua itu mengoreksi dirinya dan mendapati bahwa wudhu dan shalatnya ternyata tidak sesempurna kedua pemuda yang meminta penilaiannya itu. Maka dia berkata pada keduanya, "Alangkah sempurnanya wudhu dan shalat kalian, serta alangkah baiknya tuntunan dan bimbingan kalian kepadaku.

Kisah diatas mengandung hikmah sangat luar biasa; Pertama, ada sekelompok orang yang punya kesadaran ingin meluruskan perbuatan yang diketahuinya salah dan tidak sesuai dengan ajaran agama. Kedua, kesadarannya itu diikuti dengan metode hikmah stratejik untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi sasaran perubahan, yakni seorang yang lebih tua. Ketiga, metode stratejik yang sudah disusunnya, sesegera mungkin dilaksanakan sebelum kesalahan berlalu dan berlarut-larut.

Ada hikmah lain bagi orang tua tadi yaitu; Pertama, orang tua ini adalah tipe manusia tercerahkan yang mau menerima kebenaran, walaupun berasal dari orang yang lebih muda. Kedua, karena tercerahkan, ia juga merupakan sosok yang dengan lapang dada mengakui dirinya belum tahu dan berterima kasih pada orang yang mau memberi tahu. Ketiga, punya kesadaran optimal untuk menjadi manusia yang tidak apriori terhadap hal-hal baru yang memang benar secara agama

Semoga kita termasuk generasi muda yang sanggup dengan bijak memperbaiiki kesalahan generasi. Disamping itu semoga kita yang kebetulan berposisi lebih tua tidak terjebak dengan pengalaman sehingga susah dinasehati dan tidak mau berubah. Berani hadapi tantangan. Bagaimana pendapat anda???


Sumber: Amri Knowledge Entrepreneur

Bulan Penuh Pencuri

Rasulullah saw bersabda:"Sejahat-jahat pencuri adalah orang yang mencuri dari shalatnya. Para sahabat nabi bertanya, " Wahai Rasulullah bagaimana ia mencuri dari shalatnya?"Beliau menjawab, ia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya."(HR. Ahmad)

Kisah ini terjadi ketika setelah selesai sholat berjamaah, Rasulullah duduk bersama para sahabatnya di salah satu sudut masjid. Kemudian datang seorang laki-laki ke sebuah sudut lain dan langsung mengerjakan shalat sendirian. Dalam shalatnya orang itu rukuk dan sujud dengan cara sebentar-sebentar karena terburu-buru.
Melihat hal ini, kemudian Rasulullah berkata kepada para sahabatnya, "Apakah kalian menyaksikan orang ini? Barang siapa meninggal dalam keadaan shalatnya seperti ini, maka ia meninggal diluar agama Muhammad".

Jadi, apabila kita tidak memenuhi thuma'minah, shalat bukan sekedar tidak sah, tetapi shalat itu dianggap tidak ada. Allah bahkan mengancam orang-orang yang shalatnya seperti itu dengan ancaman bahwa mereka akan celaka. Sebab, dengan meninggalkan thuma' ninah (tenang sejenak) berarti kita sudah lalai dalam shalat. (QS Al-Ma'un: 4)

Sahabat, sekarang kita memasuki bulan suci Ramadhan, yaitu bulan penuh berkah. Kalau bulan-bulan dan hari-hari lain, kita sering shalat tidak thuma'ninah, makan di bulan Ramadhan ada sebuah tantangan besar bagi kita untuk shalat lebih tidak thuma'ninah. Yaitu ketika, shalat tharawih.

Kalau ini yang terjadi, maka ramadhan bulan penuh berkah., sekaligus penuh pencuri. Yaitu pencuri shalat. Berani hadapi tantangan untuk tidak jadi pencuri? Bagaimana pendapat anda???

Sumber: Amri Knowledge Entrepreneur