Loading...
Tampilkan postingan dengan label ceramah singkat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ceramah singkat. Tampilkan semua postingan

Problem Rizki Sebagai Rintangan Menuju Allah

Untuk mendekatkan diri kepada Allah selain perbuatan berupa hasad (iri hati) seperti yang telah diposting dan dikemas dalam blog ini dengan judul penderitaan bagi orang hasad , hal lain yang tak kalah pentingnya dan sudah dipastikan menjadi problem adalah persoalan rizki, karena rizki dijadikan sebagai bagian dari penopang kehidupan di dunia, maka alangkah pentingnya membahas problem rizki sebagai Rintangan Menuju Allah.

Definisi Rizki

Dalam al Qur'an banyak sekali ayat yang menyebutkan tentang rizki. Misalnya Allah pemberi rizki yang baik (QS. al-Hajj:58), Allah melapangkan dan menyempitkan rizki hambanya (QS. Az-Zumar:52), Allah memberikan riizki yang tidak di duga-duga (QS. at-Thalaq:3), juga memerintahkan memakan dari rizki yang baik (QS. (QS. al-Maidah:88) Allah juga menyebutkan hujan sebagai sumber rizki (QS. Qaf:11), dan masih banyak lagi.

Dari sekian ayat tersebut dapat diambil pengertian, rizki adalah, segala sesuatu yang halal dan bermanfaat, baik dhahir maupun bathin, pendek kata, rizki mencakup semua pemberian Allah yang halal dan manfaat, karenanya butuh panduan untuk menggunakan dan mendistribusikannya kepada kebaikan sesuai dengan perintahnya. Namun tulisan ini tidak membahas lebih detail cara memanfaatkan rizki tersebut, karena hal itu sudah lumrah, bahwa sesuatu yang mendatangkan kemashlahatan adalah sebagai sebuah kebaikan.

Tak jarang seorang yang sedang menempuh perjalanan menuju pendekatan diri kepada Allah (salik) disibukkan dengan urusan rizki, karenanya untuk memangkas pemikiran tersebut maka dibutuhkan satu solusi yaitu tawakkal. Yang beraarti berserah diri kepada Allah dengan segenap kemampuannya setelah melakukan berbagai usaha. Rizki tidak perlu dilihat nominalnya tetapi yang perlu dilihat adalah nilai guna dan manfaatnya, untuk itu para ulama’ terutama Imam Ghazali memberikan solusi untuk mengatasi rizki tersebut dengan tawakkal dengan berbagai pertimbangan seperti di bawah ini.

a) Rizki disertakan dalam kehidupan makhluknya
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ....
Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali).... (QS. Ar-Ruum:40)

Kekuasaan Allah sangat nampak sekali dalam ayat tersebut di atas, bahwa kuasa menghidupkan dan mematikan yang berarti pula kuasa untuk memberikan penghidupan, namun kadangkala manusia serakah dan tak mau bersyukur. Dunia dan isinya ini tentu sudah terukur untuk bisa menghidupi semua yang hidup di atas permukaan bumi, tetapi rasanya bumi dan isinya tidak cukup untuk satu orang yang serakah

b) Allah menjanjikan rizki
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.(QS. Adz-Dzariyat:58)

Kuasa rizki ada di tangan-Nya, bagi seorang salik tidak perlu lagi ada kekhawatiran persoalan rizki ini, ada banyak contoh dan pengalaman bahwa rizki tidak selamanya berbading dengan keringat atau tenaga yang kita keluarkan, faktanya banyak orang orang yang tidak begitu mengeluarkan tenaga, tetapi mendapatkan nominal lebih banyak daripada orang yang bermandikan peluh setiap harinya. Gaji seorang direktur perusahaan tentu berbeda dengan gaji kuli bangunan, padahal kerigat dan tenaganya lebih banyak yang ia keluarkan daripada seorang direktur.

c) Tidak cukup berjanji, Bahkan Allah menanggung rizki makhluknya
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا....
Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya,…. (QS. Huud:6)

Atas dasar pertimbangan di atas itulah, sikap tawakkal dan mental qona’ah perlu dibentuk agar tidak menghalangi perjalanan menuju pendekatan diri kepada Allah. Adapun perintah untuk bertawakkal sudah jelas menjadikan salah satu solusi penting bagi seorang salik atas dasar ayat:

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا
Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya, (QS. Al Furqan:58)

Ini tidak menjadi salah satu solusi, melainkan masih ada solusi lain yang ditawarkan oleh Imam Ghazali, ikutilah selalu update blog ini, dengan memasukkan email untuk menjadi subsciber, kami akan mengirimkan postingan ke email anda. Terimakasih dari admin ceramah singkat, semoga bermanfaat


Penderitaan Bagi Orang Hasad

Penderitaan bagi orang hasadCeramah singkat, dalam bahasa Indonesia hasad berarti dengki
yaitu perbuatan tercela berupa iri terhadap kenikmatan yang di dapat oleh orang lain contoh perbuatan hasad adalah seperti yang dilakukan oleh Abu Lubaid ketika dia iri hati atas keberhasilan dakwah Nabi saw, silahkan anda baca tafsiran surat la mu’awidzatain untuk merujuknya kembali. Perbuatan hasud ini secara tidak langsung seolah olah tidak setuju dan tidak menghargai kemahadilan atas pembagian nikmat oleh Allah kepada hambanya. Secara definisi hasud adalah:
الحسد : يَتَمَنَّى زَوَالَ النِّعْمَةِ عَلَى الْمُسْلِمِ
Hasad dipandanag oleh agama sebagai perbuatan yang dapat membakar kebaikan, sebagaimana gambaran hadits Nabi saw, di bawah ini:
وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. an Nisa': 32)

Penderitaan bagi orang hasad,, antara lain :
1. Merusak amal kebaikan
عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ:أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:” Ketahuilah bahwa hasud itu memakan pahala amal baik, sebagaimana api memakan kayu bakar”.

2. Perbuatan maksiat dan keburukan
قال وهب بن منبه : للحاسد ثلاث علامات يتملق إذاشهد ويغتاب إذاغاب ويشمت بالمصيبة إذانزلت
Tanda-tanda orang hasud; 1. Cari perhatian jika bila bertemu 2. Membicarakan kejelakan orang lain bila berpisah, 3. Bergembira bila musibah menimpa

3. Sengsara dan mengalami kesusahan
كما قال إبن السمك : لم أرظالما أشبه بالمظلوم من الحاسد نفس دائم وعقل هائم وغم لازم
Ibn Samak ra: aku tidak melihat orang menganiaya, serupa dengan orang yang teraniaya seperti orang hasud, hidup yang berlangsung, pikirannya gelisah, dan kesedihan terus menerus

4. Penyebab matinya hati
قال سفيان الثور : عليك بطول الصمت تملك الورع ولاتكن حريصا على الدنيا تكن حافظا ولاتكن طعانا تنج من ألسن الناس ولاتكن حاسدا تكن سريع الفهم
Diamlah niscaya engkau akan memiliki sifat wara’, jangan menjadi orang yang rakus duniawi niscaya engkau terjaga, janganlah menjadi pem-fitnah niscaya engkau aman dari omongan orang lain dan jangan menjadi orang hasud niscaya mempercepat pemahaman

5. Terhalang dari pertolongan Allah
قال حاتم الأصم : لضغين غير ذى الدين والعائب غير عابد والنمام غير مأمون والحسود غير منصور
Hatim al’ashom ra berkata: Sungguh, dengki itu orang yang tak beragama, orang yang biasa mencela tidak akan bisa menjadi ahli ibadah, peng-adu-domba itu tidak akan aman, orang hasud tidak punya penolong

Haji Bagaikan Napak Tilas Kematian

Ceramahsingkat. Islam dibangun di atas lima pilar dasar yang saling berkaitan antara pilar satu dengan pilar lainnya hingga membentuk sebuah bangunan keagamaan yang kokoh lagi indah, lima pilar tersebut disebut dalam sebuah hadits yang tak asing lagi di ruang dengar kita, sebagaimana hadits Rasul saw.
عن أبي عبدالرحمن عبدالله بن عمر بن الخطاب رضي الله عنهما قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ((بني الإسلام على خمسٍ: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدًا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وحج البيت، وصوم رمضان))؛ رواه البخاري ومسلمٌ
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin al-Khaththab ra, ia mengatakan, "Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Islam dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa Ramadhan." (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Sekilas kita baca dari urutannya, haji lebih didahulukan daripada puasa, hal itu tidak menunjukkan bahwa haji harus didahulukan daripada puasa, karena pada kenyataannya kewajiban melaksanakan ibadah puasa lebih dulu daripada perintah wajibnya haji bagi yang mampu.

Ibadah haji adalah perjalanan yang wajib dilakukan oleh setiap orang mukmin yang mampu, mampu dalam hal ekonomi, kesehatan dan aman dalam perjalanannya, melaksanakan ibadah haji merupakan salah satu pilar agama penyempurna, bila syahada adalah pondasi dasarnya, kemudian sholat adalah tiang agama, zakat sebagai jendela, puasa sebagai pagernya, tapi haji diumpamakan sebagai atap bangunan agama yang telah kita bangun. Orang yang mempunyai harta belimpah, mobil dan kendaraan mewah, pagar yang rapat tetap saja akan terancam oleh cuaca apabila tidak ada atapnya, begitu pula dengan orang yang mampu tetapi tidak melaksanaka ibadah haji, kehidupannya akan terancam dari serangan prilaku setan dan akan rusak apa yang telah dikumpulkan

Makna lain dari haji adalah, sebagai perjalanan kematian yang wajib dilakukan oleh setiap orang baik dalam kondisi senang maupun terpaksa. Ada perenungan yang menarik yang disampaikan oleh Imam Ghazali, pada saat berpisah dengan sanak famili dan keluarga, seolah olah kita menghadapi sakaratul maut, berpamitan kesana kemari dan memohon iringan doa dari keluarga, ia juga meninggalkan semua harta yang selama ini ia kumpulkan dan menemani sepanjang hari dalam hidupnya.

Pada saat keluar dari negerinya, menuju ke tanah suci ia naik pesawat atau kendaraan lain bagaikan naik peti jenazah, pasrah tidak ada yang bisa membantu kecuali dirinya sendiri, semua keluarga tidak bisa mengikutinya secara bebas, hanya isak tangis dan hati pilu saat berpisah dengannya. Barang bawaan yang ia bawa bagaikan bekal untuk menghadap kepada Allah, pengetahuan pada saat manasik adalah modal pentinga dalam beribadah.

Setelah sampai tanah yang kita tuju, entah Birali atau Jeddah, kemudian bersiap memakai baju ihram, serba putih yang tak berjahit, terasa sekali hidmahnya kepada Allah, seolah bagaikan mayat yang dimasukkan di liang lahat, dan semakin dekat terasa akhirat pada saat itu, begitu kendaraan berjalan menuju arafah, seolah kita dibangkitkan kembali oleh Allah, dalam keadaan yang sama sama khusyu’ dan tidak ada suara semaunya atau canda tawa, semua hanya bisa mengandalkan doa dan ampunan sesuai dengan yang ia dapatkan pada saat di negaranya masing masing.

Tentaunya hal ini tidak hanya berlaku untuk ibadah haji melainkan berlaku untuk ibadah ibadah lainnya.

Haji Nishab, Nasab dan Nasib

Haji Nishab, Nasab dan Nasib

Sesekali admin ceramahsingkat memposting humor-humor yang berkaitan dengan haji, biar tidak stres memikirkan kehidupan yang kian rumit dan biaya hidup terus melangit. Biasanya ada beberapa ustadz yang memakai guyonan ini sebagai refresh atas tema tema tentang walimatus safar. Ketahuilah bahwa orang orang yang naik haji itu dibagi menjadi tiga.

Pertama, Haji Nishab, yaitu orang yang naik haji karena jerih payahnya sendiri, membanting tulang siang dan malam bekerja dan menabung untuk ongkos ONH, Kedua, Kedua, Haji Nasab, yaitu orang yang berangkat haji, dimana biasanya ditaggung oleh keluarganya, entah ayah, ibu atau saudaranya atau bahkan mungkin mertuanya yang kaya raya. Ketiga, Haji Nasib, yaitu orang yang berangkat haji atas biaya kantornya, yang biasanya melalui proses undian, ya kayak mimin ini huahaha

Banyak orang yang gagal berangkat haji, karena uang yang ditabung tidak kunjung bertambah, yang ada malah terus berkurang, maka seorang ustadz menyarankan bersabar, tetapi salah satu jama’ah ada yang ngotot dan bersikeras untuk meminta doa agar cepat bisa melunasi ONH dan ia bisa berangkat pergi haji, dengan nada yang sedikit rendah sang ustadz kemudian memberikan beberapa saran
“Gampang. Baca saja surat Yaa Siin 1000 X setiap malam Jumat selama 40 hari. Dan masih belum bisa berangkat juga, silahkan lanjutkan dengan membaca surat yang lain yaitu surat a; hajj. 1000 X setiap malam Jumat selama 40 hari, rupanya si Jama’ah ini masih saja ngotot dan ngeyel, sembari serius dia berseloroh. “Kalau masih gagal juga, Ustaz?” ustadz gampang saja jawabnya: “Buka deh surat – surat tanah. Ambil saja 1000 meter persegi. Cepet dah pergi,” akhirnya si Jama’ah ini ikutan ngakak.

Biasanya orang yang tidak mengerti selalu saja bertanya, dan terkadang ada hal hal yang tidak wajar dianggap sebagai sebuah keanehan, salah satunya adalah pada saat foto pasport, yang dikehendaki oleh pemerintah sebagaimana aturan yang berlaku adalah foto 80% kepala, karena ada seorang jama’ah yang merasa aneh, akhirnya bertanya ke petugas.
Mengapa harus 80 % kepala?”. Tanya sang calon haji,

Dengan santai petugas itu menjawab sekenanya, “justru pak, kalau 80% kaki maka tidak diketahui kaki siapa itu”. Kemudian si calonhaji ini hanya bengong sembari berkata, “ Ooohh..iya ya pak”. Akhirnya mau dia difoto 80% kepala

Sombong dan Efek Dominonya

sebelum menulis ini, kami sarankan pula untuk melihat konten sejenis yang kami beri judul implikasi sombong, Selain dengki, panjang angan-angan (thulul amal), dan tergesa gesa dalam beramal (isti’jal) yang ber-impact tidak sempurnanya sebuah perbuatan, adalah sombong juga bisa menggagalkan seseorang dalam memperbaiki kejernihan hati untuk mendapat cahaya dari Tuhan (nur ilahiy). Sombong menjadi tameng masuknya kebenaran dalam hati, dari segi maknanya sombong dapat dilacak dari HR. Muslim, al kibru bathrul haq wa ghomthin naas (sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain). Perbuatan sombong sangat merugikan, bahkan Iblis yang asal muasalnya sebagai makhluk Tuhan terpatuh hingga menyamai malaikat, menjadi nista karena perbuatan sombongnya. Fakta tersebut terabadikan di dalam Al Qur'an;
.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ (البقرة: 34)
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.

Memperpendek pembahasan dalam tulisan di ruang yang sangat terbatas ini, Sombong bisa menggerakkan sifat buruk lainnya atau dengan kata lain sesuai dengan judul tulisan ini, yaitu efek domino sifat sombong , Pertama, hirmaan al haq tertutupnya pintu kebaikan, karena merasa dirinya paling utama kebenarannya, berprasangka dirinya superior dalam prinsip sedangkan orang lain inferior, selain itu juga, sombong mempunyai imbas kebutaan hati (umyu al-Qalb). Hati yang terkunci akan memegang prinsipnya dengan berdalih apa saja demi kemenangan bukan kebenara, pelaku sombong sebagai budak nafsuny, bukan dipertuan hati dan akalnya. Kesombongan pada akhirnya akan menang ala dirinya sendiri, bukan kemenangan yang bersifat sejati. Dalam hal ini Allah berfirman;

الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي ءَايَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ ءَامَنُوا كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّار(الغافر : 35)ٍ
(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.

Kedua, Murka Allah, sifat sombong mendatangkan murka Allah, tak pantas dengan titel dan keahlian apapun untuk mengantarkan seseorang bersifat sombong, apalagi yang lemah, krisis skill dan keilmuan, secara ekonomi kekurangan dan bentuk fisik pas-pasan, karena semua usaha untuk mencapai titel dan skill atau bekerja untuk memperoleh harta dan merawat jasmaniyahnya, jika didapuk-kan akan berkhir pada mata rantai ‘berkat pertolongan Allah swt’, karenanya pantas dan layak mendapat murka Allah, bukankah semua itu hasil pemberian Allah, dan sombong adalah menyombongkan diri kepada Allah. Kesombongan baik ditampakkan maupun disembunyikan baik berupa ucapan, penampilan, perbuatan maupun di dalam hati, tetap saja tercela dan tidak disukai oleh Allah swt. Yang pantas dan layak untuk sombong adalah Allah, sombong bak selendang berenda bagi Tuhan dengan segala keahlian dan kekuasaannya. Jadi baik secara lahiriyah maupun terbersit di dalam hati, sifat sombong tetap saja dibenci. 

لَا جَرَمَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ(النحل:23)
Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.(QS. an-Nahl: 23)

Ketiga, kesombongan akan melahirkan perbuatan-perbuatan keji lain. Dari segi sudut obyek sasaran yang disombongi, sifat sombong dibenci oleh manusia karena meremehkan dan menganggap rendah orang lain, sehingga dalam kancah sosial memantik kebencian sekelilinya, sedang dilihat dari sudut teologis, perbuatan sombong dibenci oleh Allah karena menyamai Allah, bukan persoalan sama atau tidaknya dalam kepada paling nya Kesombongan termasuk 

Pendek kata, sombong akan menggagalkan upaya salik untu kmendekati Allah, juga sifat sombong dan efek dominonya akan memuncuklkan sifat buruk lainnya,bahkan surga diharamkan peruntukkannya bagi orang orang yang sombong sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh HR Muslim.
Dalam hadits yang lain

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّىعم: لا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ، وَلَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَحَدٌ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرِيَاءَ ( أخرجه مسلم)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra, berkata:” Rasulullah saw bersabda:”seseorang tidak masuk neraka yang didalam hatinya ada sebiji atom keimanan dan seseorang tidak masuk surga yang di dalam hatinya ada sebiji atom kesombongan”.
Tulisan ini tidak lain adalah sebagai penyambung tulisa sebelumnya yang ditulis dalam bab dengki, sebagai upaya menghindari durhaka kepada Allah swt. Semoga bermanfaat

Pilar Sakina dalam Rumah Tangga

CeramahSingkat. Mayoritas hidup berkeluarga bukan sekedar pilihan, melainkan sudah menjadi sebuah kebutuhan setiap individu, pria maupun wanita, karena secara kodrati manusia membutuhakan pernikahan, bahkan dalam sebuah penelitian seseorang yang menikah lebih memungkin untuk hidup lebih lama, karena ada dukungan moral dari pendamping hidupnya dan terpenuhi kebutuhan biologisnya dengan nyaman dan tenang serta lebih mantab dalam bertindak, ambil contoh bahwa alkohol lebih banyak menyerang seseorang diwaktu mudanya daripada masa tua.

Untuk itu mewujudkan keluarga bahagia adalah sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan oleh siapapun. Ada beberapa pilar pepnentu keutuhan rumah tangga, antara lain;

Pertama, berumah tangga atas dasar cinta dan kasih sayang, kedua unsur itu menjadi menu utama dalam tegaknya binaan rumah tangga, dengan cinta ia rela berkorban dan dengan sayang perasaan menjadi tak terbatas oleh materi, tetapi secara psikis rela berkorban demi kasih sayang yang telah tertanam di dalam hati

وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.QS. 30:21)

Ayat diatas ada dua kata kunci terkait dengan faktor pilar pertama ini, yaitu mawaddh dan rahmah, para ulama’ memaknai mawaddah cinta yang sangat dalam, sedangkan rahmah adalah kasih sayang, cinta dan kasih sayang tentu sangat berbeda meskipun bisa jadi dalam wujud pengorbanannya sama. Cinta lebih kepada materi, bisa jadi seseorang menikah karena kecantikan, harta atau tahta calon pasangan hidupnya, tetapi yang peru di ingat adalah, semuanya akan berakhir tatkala wujud materi yang dia cintai sirna, hal ini berbeda dengan rasa sayang yang lebih menitikberatkan pada kesukaan seseorang dari segi psikis. Sehingga menimbulkan kesetiaan yang unlimited 

Kedua, pernikahan yang dilakukan atas dasar saling membutuhkan, kedua pasangan adalah dua insan yang diberi karakter sama oleh Allahm yaitu saling membutuhkan dan rasa cinta kepada lain jenisnya, melalui firmannya dengan jelas Allah berfirman, bahwa manusia diciptakan oleh Allah berpasang pasangan.

هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ.
isteri-isteri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka..( QS. 2:187)

keduanya digambarkan oleh Allah bagaikan pakaian, apa yang ada didalam pakaian adalah seonggok tubuh yang sangat mahal harganya, hingga ditutupi agar orang lain tidak melihatnya, apalagi menyentuh dan memilikinya. Begitu pula hubungan suami isteri bagaikan pakaian yang saling menutupi aib dan cacat yang ada diatara keduanya, disamping itu juga saling memberi atas tubuh yang sangat mahal harganya itu tadi.

Ketiga, pasangan suami isteri sebagai perhiasan, bila kedua pasangan mempunyai dasar yang kuat dan sama sama menganggap personal rumah tangga adalah hiasan, suami adalah hiasan isteri begitupula sebaliknya, maka keduanya tidak akan saling mencampakkan, justru malah sebaliknya akan saling merawat, kita bisa membuat analogi, bahwa setiap orang akan sangat menyayangi perhiasannya. ia akanmerawat dan tak pernah terpikir untuk mencampakkannya meskipun dalam perawatannya membutuhkan pengorbanan yang tidak sederhana. Sudah masyhur, bahwa sebaik baik perhiasan adalah wanita shalihah. Masih ada beberapa yang tak tercover di dalam tulisan singkat tentang pilar sakinah dalam rumah tangga, tetapi pilar di atas menempati posisi kunci yang harus diperhatikan.