Loading...

Puasa Hewani

Secara singkat makna puasa adalah mencegah masuknya setiap sesuatu ke dalam perut melalui rongga tubuh yang terbuka dan mencegah hubungan seksual di siang hari, makna tersebut masih dalam taraf syar'i, ada makna yang lebih dalam lagi dalam menghayati nilai nilai ibadah puasa, paling tidak ada dua makna yang harus direnungankan

1. Makna kesabaran hanya semata-mata karena Allah, karena hanya Allah yang mengetahuinya, berbeda dengan ibadah yang lain yang masih bisa disaksikan oleh orang lain.

2. Memaksa ‘musuh’ untuk kalah, musuh utama dalam hidup menggapai kedekatan kepada rabb adalah syahwat duniawy, syahwat duniawiy dalam dunia sufi dipandang sebagai penghalang tembusnya pandangan hati melihat alam malakut, semakin tipin syahwat duniawiyahnya maka semakin transparan alam malakut dalam pandangannya.

لول أن الشياطين يحومون على قلوب بني أدم لنظرو ملكوت السموات (رواه أحمد من أبي هريرة)

Nah, puasa diantaranya adalah mempersempit ruang gerak syahwat duniawy, seperti syahwat makan, minum, hubungan seksual, tidak berkata bohong dll. Syahwat duniawiy akan menjadi kendaraan setan untuk menjauhkan manusia dari tuhannya

إن الشيطان ليجرى من ابن أدم مجرى الدم فضيقوا مجاريه بالجوع (متفق عليه)
“Sesungguhnya setan itu berjalan di dalam aliran darah anak adam, maka persempitlah alirannya dengan lapar”

Macam Macam Puasa

A. Puasa Umum, mencegah syahwatnya perut dan kemaluan saja tanpa diimbangi dengan mencegah indera yang lainnya, puasa yang demikian ini bisa dipaksakan juga kepada hewan

B. Puasa Khusus, mencegah anggota tubuh yang 6 yakni
1. Memejamkan mata
النظرة سهم مسموم من سهام الإبليس

2. Menjaga lisan
Puasa dari barang yang halal, tetapi berbuka dengan yang haram, barang haram yang dimaksud dengan berbuka dengan yang haram adalah tidak mampu mencegah lisannya di siang hari dari hal hal yang diharamkan oleh Allah

3. Mencegah pendengaran dari setiap pembicaraa yang tidak bermanfaat, karena setiap sesuatu yang diharamkan untuk dikatakan maka haram pula untuk di dengarkan
كل ما حرم قوله حرم الإصغاء إليه

4. Mencegah kaki dan tangan untuk melakukan hal-hal yang makruh terutama yang dilarang oleh Allah swt

5. Tidak memperbanyak makan ketika berbuka puasa
فروح الصوم وسره تضعف القوى التى هي وسائل الشيطان فى العود إلى السرور
Makanan yang halal itu berbahaya jika dimakan dalam batas yang banyak, bukan karena jenisnya, tetapi karena banyaknya. Makanan halal itu obat, bermanfaat jika sedikit dan berbahaya jika dalam jumlah banyak pula

6. Setelah berbuka hatinya terus bergantung kepada Allah, dan merasakan kekhawatiran jika puasanya tidak diterima oleh Allah

C. Khowasul khawas,
صوم القلب عن الهمم الدنية و الأفكار الدنيوية
Puasanya hati dari segala cita-cita dan pikiran duniawiy

Kemampuan berpuasa yang hanya sebatas mencegah makan, minum dan hubungan seksual adalah kemampuan berpuasa yang paling rendah dan paling mudah, puasa jenis ini bisa dilakukan oleh binatang atau disebut juga dengan puasa hewani

Karakter Pemimpin Ideal



Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
(QS. Al Baqarah: 30)
Setiap kamu adalah pemimpin, dan akan diminta pertanggungjawabannya atas apa yang engkau pimpin.”
(H.R Bukhari Muslim).

Dalam Ensiklopedia Administrasi, pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan atau proses mempengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu, melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan tertentu. Pemimpin adalah orang yang telah diberi mandat penuh untuk mengelola bidang tertentu, termasuk merawat alam. Hal inilah yang membuat kesimpulan hakikat semua makhluk di muka bumi adalah pemimpin, pemimpin bangsanya, keluarganya atau minimal memimpin dirinya sendiri untuk bersinergi dengan alam sebagai hunian. Namun dalam tulisan ini fokus bacaannya adalah menyoal karakter pemimpin ideal untuk menjalankan roda kehidupan bernegara berharap tuilisan bisa menjadi alat bantu untuk memandu dalam menentukan pilpres 2014 yang akan dilaksanakan 9 Juli mendatang.

Alangkah baiknya mari kita baca terlebih dahulu Pidato Abu Bakar as-Shidiq setelah diankat menjadi khalifah, "Saudara-saudara, Aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik diantara kalian semuanya, untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. 'Orang lemah' diantara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. 'Orang kuat' diantara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Janganlah diantara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan Sholat semoga Allah Swt melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita semua".

Dari pidato tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa pemimpin harus mempunyai; pertama sifat rendah hati dan mempunya hati yang legowo, tidak meminta perlakuan istimewa dari bawahannya dan siap menerima kritik membangun dari bawahannya karena pada dasarnya pemimpin adalah pelayan masyarakat. Kedua, Pemimpin juga jujur dan adil, jujur atas amanah yang dibebankan kepadanya dan adil dalam meperlakukan siapapun termasuk anggota keluarganya, salah satu amanah terpentingnya adalah mengayomi dan siap menjadi pembela bagi yang lemah

Ketiga, mempunya komitmen kuat untuk berjuang, bukan sekedar hanya mencari popularitas atau bekerja untuk mencari pangan, tetapi berjuang sepenuh hati untuk menciptakan kesejahteraan bagi orang orang yang dipimpinnya, keempat demokratis, demokratis dalam artian bekerja untuk rakyat dan mengambil keputusan yang berpihak kepada rakyat, menentukan kebijakan atas pertimbangan kepentingan bersama dengan mempertimbangkan azas musyawarah sebagai arah klebijakannya. Sebagai pondasi dari perbuatan diatas adalah taqwa kepada Allah dalam rangka mencapai ingin mendapat ridho dari-Nya. Dalam jiwa pemimpin harus ada sifat untuk mengajak kepada kebaikan sebagaimana firman-Nya

وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ

"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka untuk senantiasa mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu mengabdi." (QS. Al-Anbiya': 73)

Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsirnya kepemimpinan ideal adalah pemimpin yang senantiasa mengajak rakyatnya kepada jalan Allah secara aplikatif dengan keteladanan untuk mengabdi kepada kepada Allah sebagai ‘abd yang tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah swt
وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ adalah batasan bahwa segala aturan kepemimpinan pada muaranay adalah tunduk dan berorientasi kepatuhan kepada Allah .

***
Sudah bukan rahasia lagi pemimpin ideal adalah kepemimpinan yang diperlihatkan oleh para Nabi dan Rasul terdahulu yang diwariskan kepada para alim ‘ulama dan sampai ke tanah air ini. Karakter kepemimpinannya selalu bertumpu pada 4 sifat wajib Nabi yaitu jujur (shidiq) karena jujur adalah pintu masuk semua kebaikan, berdakwah mengajak kepada kebaikan (tabligh) tidak hanya sekedar tebar pesona sana-sini, bertanggung jawab dan amanah, cerdas dan cakap dalam mengambil keputusan dan membaca situasi yang dihadapi masyarakat yang dipimpinnya, silahkan baca terlebih dahulu asal usul tembang tombo ati

Kecerdasan sangat dibutuhkan untuk membawa terobosan baru dalam mensejahterakan masyarakat yang dipimpinnya, termasuk kemapanan mental dan keberanian dalam menghadapi berbagai tantangan yang akan menerpa gerbong kepemimpinan yang besar apalagi seperti bumi pertiwi ini, Allah berfirman dalam Q.s An-nisa: 83)

وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا.

Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).

Asy-Syaukani dalam Tafsir Fathul Qadir menambahkan bahwa kriteria pemimpin yang memang harus ada adalah keteladanan dalam kebaikan secara universal sehingga secara eksplisit Allah menegaskan tentang mereka: Telah Kami wahyukan kepada mereka untuk senantiasa mengerjakan beragam kebajikan. Fi'lal khairat yang senantiasa mendapat bimbingan Allah adalah beramal dengan seluruh syariat Allah secara integral dan paripurna dalam seluruh segmen kehidupan.

Pada akhirnya kembali kepada kita semua, kita dituntut untuk ikut berperan serta meskipun kewajibannya tidak bersifat taklifi (personal) tapi bersifat kifa’i (kolektif) untuk mengangkat dan menegakkan kepemimpinan yang benar menurut kepercayaan kita masing masing silahkan buka kembali karya Abul Hasan Al-Mawardi dalam buku politiknya 'Al-Ahkam As-Sulthaniyah'

Efek baik dan buruknya sebuah sistem kepemimpinan akan dirasakan semua pihak, berdasarkan hadits di bawah ini

وَرَوَى هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : { سَيَلِيكُمْ بَعْدِي وُلَاةٌ فَيَلِيكُمْ الْبَرُّ بِبِرِّهِ ، وَيَلِيكُمْ الْفَاجِرُ بِفُجُورِهِ ، فَاسْمَعُوا لَهُمْ وَأَطِيعُوا فِي كُلِّ مَا وَافَقَ الْحَقَّ ، فَإِنْ أَحْسَنُوا فَلَكُمْ وَلَهُمْ ، وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ
Hisyam bin Urwah meriwayatkan dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw bersabda: "Akan datang sepeninggalku beberapa pemimpin untuk kalian. Ada seorang yang baik yang memimpin kalian dengan kebaikan, namun ada juga pemimpin yang buruk yang memimpin dengan kemaksiatan. Maka hendaklah kalian tetap mendengar dan taat pada setiap yang menepati kebenaran. Karena jika mereka baik, maka kebaikan itu untuk kalian dan untuk mereka. Namun jika mereka buruk, maka keburukan itu hanya untuk mereka"

Untuk mendapat calon pemimpin yang mengantongi semua sifat mulia seperti di atas rasanya sangat sulit sekali –untuk tidak mengatakan mustahil—karena banyak varian karakter dan kewajiban yang harus dipenuhi, bisa saja kita menemukan sifat penujang kebaikan dan kelebihan dalam calon pemimpin kita tetapi di sisi lain ada juga faktor keburukan dan kelemahannya tinggal cara penentuannya adalah mencari yang paling banyak kebaikan dan kelebihannya. Yang paling mengerti tentang hal itu adalah pribadi masing-masing para pemilih. Tulisan ini sama sekali tidak ada tendensi untuk mempengaruhi para pemilih tetapi hanya sekedar memberikan sekelumit panduan penting dalam menentukan karakter pemimpin ideal.


Asal Usul Tembang Tombo Ati

Mungkin kita akan memperbincangkan sesuatu hanya sekedar mencari asal usul tembang tombo ati, yang mana hal ini sama sekali tidak mempengaruhi terhadap kualitas isi syair Tombo Ati itu sendiri. Bagi kami, dari manapun asalnya tidak terlalu penting yang terpenting adalah kualitas isinya, Syair ini sudah saya kenal sejak kecil, bahkan sebelum sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, biasanya dipakai untuk pujian sambil menunggu jama’ah sholat.

Konon syair ini dikarang Sunan Bonang, memang ajaran para sunan tidak ‘njlimet’ beliau-beliau ini dalam menyebarkan ajaran agama menyatu dengan tradisi, pendekatannya persuasif, menanam ajaran Islam dalam tradisi tersebut, sehingga tumbuh dan bercabang menjadi tradisi yang islami dan sama sekali tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama islam, meskipun akhir akhir ini ada sekelompok kecil yang mneragukan keabsahan ajaran para sunan tersebut. Bisa jadi cara istinbath-nya yang berbeda sehingga menganggap bahwa setiap yang baru adalah terlarang.

Di duga bahwa asal usul tembang tombo ati diambil dari sebuah kitab karya Ibnu al-Jauzi (597) yaitu “Shifat Ash Shafwah” bahwa pada saat menulis biografi Yahya Bin Mu'adz Ar Razi (w.258 H), Yahya menyampaikan lima obat hati (jw. tombo ati) bisa di ruju’ dalam kitab Shifat Ash Shafwah, 4/92.

Dalam kitab itu Yahya bin Muadz menyatakan,
دواء القلب خمسة : قراءة القرأن بالتفكر وخلاء البطين . قيام اليل . تضرع عند السهر . مجالسة الصالحين (صفة الصفوة لإمام الجوز)
Obat hati ada lima, membaca qur’an dan merenungkannya, mengosongkan perut, sholat malam, merndahkan diri pada waktu sahur, berkumpul dengan orang-orang shalih

Agaknya makna tersebut sangat dekat dengan syair tombo ati yaitu;
Tombo ati iku ono limo: obat hati itu ada lima
Moco qur’an angen-angen sak ma’nane: membaca qur’an sambil merenungkan maknanya
Kudu weteng ingkang luwe: perut harus lapar
Sholat wengi lakonono: sholat malam, jalankanlah
Dzikir wengi ingkang suwe: dizir di waktu malam yang lama
Wongkang sholih kumpulono: orang sholih kumpulilah

Jika benar bahwa Sunan Bonang adalah menggubah syair dari ajaran yang disampaikan oleh Mu’adz bin Yahya, maka alangkah cerdasnya beliau membaca situasi danmasyarakat pada masa itu yang tidak banyak mengerti tentang Bahasa Arab. Bisa diduga seandainya disampaikan dalam bahasa Arab maka ajaran tombo ati akan lekas lenyap dari ingatan para pendengarnya.

Seandainya rajutan kata yang di susun oleh ini faktor kebetulan pun, kita tetap angkat topi setinggi-tingginya atas ilmu yang di ampuh sebagai teladan masyarakat di zamannya. Agaknya corak dakwah semacam ini berbeda jauh dengan masa sekaran dimana selalu saja yang Jika demikian, maka hal ini merupakan salah satu indikator bahwa ajaran Walisongo bersumber kepada ulama terdahulu, tinggal generasi Islam saat ini, tidak hanya bisa manghafal, namun juga dituntut untuk mengamalkan 5 perkara yang amat dianjurkan itu, hingga hati menjadi tenang.

Metodologi Tasawuf Baru, Mungkinkah?

Untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan dibutuhkan metode formula tertentu meskipun dengan formula apapun sah dan dibolehkan dan terbuka luas untuk berbagai cara. Cara dan metode tersebut dibukukan dalam kerangka memberikan arahan dan panduan yang dikodifikasikan dalam bentuk disiplin ilmu yang disebut dengan ilmu tasawuf.

Tasawuf adalah jembatan manusia untuk mendekati tuhannya, mungkin ada yang mengatakan bahwa ini bukanlah ilmu tuhan karena diciptakan dan dikreasikan berdasarkan kerangka pikiran manusia namun bukan berarti mempelajarinya adalah bid’ah atau ada akan tetapi hal ini dimaksudkan agar orang orang yang ingin mengikuti jalan dan cara bertasawwuf kepada atau mendekatkan diri kepada Allah adalah bagian dari cara emereka untuk mendapatkan

Dalam kerangkan perkembangan ilmu pengetahuan tidak menutup kemungkinan akan muncul konsep metodologi dalam tasawwuf, meskipun konsep baru tersebut turunan dari konsep lama, karena memang pada dasarnya ilmu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat. Faktor lain yang ‘diduga’ dapat menimbulkan perkembangan ilmu tasawwuf baru adalah kita tahu bahwa pada permulaannya ilmu tasawwuf adalah hasil dari refleksi mendalam yang tinggi dari para saliknya. Tingkat subyektifitas itulah yang memungkinkan adanya konsep baru dalam tasawuf menjadi tumbuh

Ushul Fiqh Menjadi Pelentur Fiqh yang Menyeramkan


Ushul fiqh bukanlah fiqh, tapi antara ushul fiqh dan fiqh mempunyai kaitan erat yang tak mungkin dipisahkan. Sederhananya, ushul fiqh adalah metodologi istinbath yang mampu meramu Nash menjadi produk jadi yang bernama fiqh. Untuk memberi gambaran Antara ushul fiqh dan fiqh barangkali dapat diilustraikan seperti meracik sayur sop dari bahan sayur yang sudah ditentukan agar menjadi hidangan lezat yang tidak membahayakan. Nah, meraciknya adalah ushul fiqh sedangkan produk olahannya disebut fiqh, sedangkan bahannya adalah nash suci Al Qur’an dan Hadits.

Memahami Al Qur’an dan Hadits dibutuhkan penguasaan berbagai disiplin keilmuan secara matang, mengingat ‘hitam-putihya’ produk fiqh ada di tangan sang pengambil dalil yang disebut dengan mujtahid. Mujtahid seperti yang syaratkan seperti pendapat Imam Syafi’i bahwa hafal al-Quran dengan tafsirnya, sebab turunnya (asbabun nuzul), muhkam dan mutasyabihat harus ditambah lagi hafal hadits sahih minimal 1000 hadits beserta sanadnya, menguasai bahasa Arab dengan segala pranata pendukungnya; nahwu, shorof, ilmu badi’, ma’ani dan masih banyak lagi, di era saat ini mencari orang yang memenuhi syarat tersebut tentu sangatlah sulit –untuk tidak mengatakan mustahil—oleh karenanya dalam perkembangan ilmu ushul ada tawaran wacana ijtihad jama’iy, yakni mengumpulkan banyak orang yang benar benar menguasai ilmu dibidangnya dalam kerangka memenuhi syarat mujtahid fardi di atas untuk berembug dalam pengambil keputusan. Meskipun metode ini masih dalam tahap wacana yang entah sampai kapan tawaran solutif tersebut di implementasikan.

Namun harus diakui dalam pengambilan hukum, NU dengan metode Bahtsul Masa’ilnya adalah sebuah terobosan baru di dunia ‘ijtihad’ yang belum dimiliki organisasi lain. Keunikan dari Bahtsul Masa’il adalah sistem pengambilan hukum masih terpaku pada teks khazanah klasik karya para ulama’ terdahulu yang sudah mempunyai kapabilitas mendekati syarat seorang mujtahid. Mungkin hal ini adalah sebagai bentuk ihtiyath dan sebagai perpanjangan pendapat dari ulama’-ulama’ sebelumnya.

Walaupun kegiatan luhur menjaga (al-Muhafadhot) keilmuan masa lalu selalu mengundang tanya, sampai kapan teks hasil karya ulama’-ulama’ tersebut mampu bertahan? Bukankah problem hukum akan terus berubah-ubah berdasarkan tuntutan zamannya. Namun, untuk mewaspadai kelangkaan teks tersebut rupanya tawaran bahtsul masa’il manhaji munas NU di Lampung akan menjadi tawaran solutif dalam memacah kebuntuan di bidang fiqh jika suatu saat stadiumnya sudah ‘emergency’. Jika benar bahwa nantinya akan dipakai sebagai metode pengambilan hukum --ala NU- maka munas lampung adalah munas yang paling bersejaran dalam dunia per-fiqh-an, sekali lagi ala NU 

Jadi, kita dapat memberikan kesimpulan sementara bahwa wajah fiqh yang menyeramkan dengan halal dan haram masih bisa ‘lentur’, dengan kata lain Ushul Fiqh menjadi pelentur fiqh yang menyeramkan dengan konsep ushuliyyah sebagai metodologinya dan maqoshidussyar’iyyah sebagai prinsip dasarnya. Dengan ushul fiqh, Nashus bukan teks mati (jumud) tetapi menjadi teks hidup yang kekal sepanjang zaman.
Ceramah Singkat

Ceramah Singkat

Admin Blog ini membuka ruang iklan untuk usaha sobat semua bila dibutuhkan kami siapkan space khusus untuk menayangkan iklan dengan biaya per-bulan, dengan bayar pulsa. Sebelum pembayaran silahkan hubungi kami terlebih dahulu

Perlu anda ketahui bahwa Blog ini minimal dikunjungi kurang lebih 10.000 visitor. Dengan kunjungan tersebut jikakita menggunakan perhitungan 5% saja dari pengunjung tersebut tertarik, maka kepada 500 visitor usaha anda akan terkunjungi.

Belum lagi blog ini terintegrasi dengan twitter dan facebook admin plus FP yang memang baru beranjak puluhan Likers,

Bila tertarik silahkan kirim email ke admin blog ini.

KONTAK KAMI
Email: ceramahsingkat@gmail.com
SMS Only: 0882-1065-7452
atau bisa juga melalui mention di twitter dan facebook yang kami kelola

Twitter : @ceramah_singkat
Facebook: Like Ceramah Singkat
Setelah Koalisi....

Setelah Koalisi....

Tapak kaki sang petualang telah kembali ke gudang
Nampak terang dalam otaknya seperti kelelahan
Ada yang senyum menyerigah karena menang
Ada yang merintih pilu bercucur air mata kesedihan

Direkam semua jejaknya
Dihitung semua angkanya
Dilirik hendak berteman atau melawan
Setelah jadi lawan
Esok menjadi teman

Kumpulan teman campur lawan
Juga hendak membuat sebuah kekuatan
Kekuatan untuk mengalahkan lawan
Saling melawan, saling menang

Kau yang ku cinta hendak dipinang
Entah mau dibalut sutera atai di ukir noda
Setelah koalisi diapakan dirimu
Negeri tercinta bersabarlah...
Bersabarlah menunggu perlakuannya
Tuhan pemilik segalanya