Loading...
Dialog Rasulullah SAW dengan Malaikat Jibril A.S

Dialog Rasulullah SAW dengan Malaikat Jibril A.S

www.tausiahislam.co.cc : Dialog Rasulullah SAW dengan Malaikat Jibril A.S -  Ketika Rasulullah SAW isra’ mi’raj bersaman malaikat Jibril a.s, untuk menerima perintah shalat. Beliau banyak melihat berbagai macam orang-orang yang mendapatkan balasan di akhirat…

Lantas pertanyaannya : Orang yang seperti apa dan balasan apa yang mereka terima? Ini dia jawabannya:


1. Rasulullah SAW melihat orang-orang yang sedang memukul kepalanya dengan batu hingga pecah sampai mengucur darah yang banyak dari kepalanya, namun kepalanya utuh kembali seperti semula dan orang itu memukulnya lagi hingga berulang kali. Rasulullah SAW bertanya : “Siapa mereka wahai Jibril? Jibril menjawab : “Mereka adalah orang-orang yang bermalas-malasan dalam menunaikan shalat wajibnya”.

2. Rasulullah SAW melihat sekelompok kaum yang bercocok tanam dan panen pada hari itu juga. Ketika panen, anehnya tanaman itu tumbuh kembali hingga berulang kali panen. Rasulullah SAW bertanya : “Siapa mereka wahai Jibril? Jibril menjawab : “ Mereka kaum mujahidin, mereka mencurahkan harta, pikiran dan jiwa raganya hanya dijalan Allah SWT, untuk menyebarkan petunjuk kebaikan kepada orang banyak”.

3. Rasulullah SAW melihat seseorang wanita tua yang memanggil-manggilnya. Di tubuh wanita tua itu terdapat banyak perhiasan yang mempesona. Rasulullah SAW bertanya : “Siapa dia wahai Jibril? Jibril a.s menjawab : “Dia adalah dunia. Dunia semakin tua semakin menggoda keimanan umatmu dengan perhiasan yang dimilikinya. Banyak umatmu sibuk dengan hawa nafsu dan dunia hingga melupakan kewjibannya sebagai hamba Allah SWT.

4. Rasulullah SAW melihat suatu kaum yang memotong-motong lidah dan bibirnya, kemudian kembali kesemula dan dipotong lagi hingga berulang kali. Rasulullah SAW : “Siapa mereka? Jibril a.s menjawab : “Mereka adalah para penceramah dan ahli pidato yang suka memfitnah, merek menyuruh mengerjakan sesuatu tapi mereka sendiri tidak melakukannya.

5. Rasulullah SAW melihat seekor banteng besar keluar dari dalam perut batu besar. Ketika banteng itu ingin masuk kembali keperut batu besar tersebut, tetapi tidak bisa. Rasulullah SAW bertanya lagi : “Apa Maksud dari ini wahai Jibril a.s? Jibril a.s : “Itu perumpamaan orang yang berjanji dan bersumpah, tapi kemudian ia tidak mampu untuk menepatinya. Ia juga tidak mampu untuk membatalkan janji dan sumpahnya”.

6. Rasulullah SAW melihat orang-orang yang berkuku runcing dari tembaga, kemudian mereka mencakari muka dan dada mereka sendiri. Rasulullah SAW : “Siapa mereka Jibril a.s? Jibril a.s : “Mereka orang yang suka menggujing, ngegosip, mengumpat (ghibah) kepada orang lain.

7. Rasulullah SAW melihat orang-orang yang meninggalkan daging segar, tetapi malah menggerumuti daging yang busuk kemudian memakannya. Rasulullah SAW bertanya lagi : “Siapa mereka wahai Jibril a.s? Jibril a.s menjawab : “Mereka adalah pezinah.

8. Rasulullah melihat seorang sedang memikul barang yang tidak kuat dipikulnya. Namun ia menambahkan lagi barang-barang lain, sehingga bebannya makin bertambah. Rasulullah SAW : “Siapa dia wahai Jibril a.s? Jibril a.s menjawab : “Dia adalah orang yang senang membawa amanat, meskipun tidak sanggup melaksanakan amanat itu, tapi ia masih juga menambah dengan amanat-amanat yang baru.

Inilah dialog Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril a.s. semoga kita bisa memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi dihadapan Allah SWT..

” Wallahu a’lam''

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya.

Aamiin....

[sumber]

Hikmah Ramadhan: Keajaiban Sedekah yang Tersembunyi

keajaiban sedekah tausiahislam.co.cc
www.tausiahislam.co.cc | Hikmah Ramadhan: Keajaiban Sedekah yang Tersembunyi - Ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa pada zaman dahulu bangsa Israil dilanda peceklik. Banyak orang yang menderita kelaparan. Tidak sedikit pula yang meninggal dunia akibat tidak makan. Namun masih ada orang kaya tapi tak merasa sama sekali terhadap adanya musibah itu. Orang kaya tersebut memiliki seorang anak gadis yang baik hati dan budi pekertinya. Suatu malam gadis itu sedang makan. Tiba-tiba datanglah seorang pengemis yang berdiri di ambang pintu. Berikan aku sedekah semata-mata karena Allah meskipun hanya sepotong roti!. Ucap pengemis itu dengan wajah berseri-seri.


Gadis itu segera beranjak dan menghampirinya. Ia memberikan sepotong roti kepada pengemis itu dengan ikhlas. Senyumnya menandai betapa ia sangat senang memberikan sepotong roti kepada orang yang jauh lebih membutuhkan daripada dirinya. Bersamaan dengan itu, ayahnya yang kikir baru saja datang dari bekerja. Rupanya sang ayah mengetahui perbuatan anaknya yang dianggap sangat keterlaluan. Ia melotot dan memarahi anak gadisnya.

Setelah memarahi habis-habisan, dengan emosi yang tak terkontrol, sang ayah kemudian bergegas pergi ke dapur dan mendapatkan pisau yang tajam. Sebentar saja pisau itu sudah sampai di hadapan anaknya. Dipegangnya tangan kanan anak itu dan dengan serta merta pergelangannya dipotong. Sang ayah rupanya tak mau peduli apakah anaknya akan cacat atau tidak.

Tak lama kemudian usaha orang kaya itu bangkrut. Semakin lama semakin menurun dan akhirnya benar-benar menjadi orang miskin. Hutangnya menjadi banyak dan membebani pikirannya sepanjang hari dan malam. Bekas orang kaya itu jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Beberapa waktu setelah itu, istrinya pun meninggal dunia pula.

Kini gadis itu menjadi sebatang kara. Sementara itu, perekonomian di negeri Israil kembali pulih. Orang-orang yang sebelumnya miskin kini menjadi makmur. Dan gadis itu terpaksa menjadi pengemis demi menopang kebutuhan hidupnya.

Suatu ketika ia berdiri di depan rumah bagus dan mewah. Ia berharap pemilik rumah kaya itu memberi sepotong roti atau apa saja yang dapat dimakan untuk mengganjal perutnya.

Sesaat kemudian keluarlah seorang wanita setengah baya dan menghampiri gadis tersebut. Ia memandangi gadis itu dengan penuh simpati. Akhirnya, gadis itu kemudian diambil anak angkat. Wanita pemilik rumah mewah itu diam-diam mempunyai rencana untuk menjodohkannya dengan anak lelakinya yang pergi merantau ke negeri orang dan tak kunjung mengirimkan kabar.

Setelah anaknya pulang, segeralah gadis itu dikawinkan dengannya. Mereka menggelar pesta meriah dan mengundang kenalannya yang rata-rata orang kaya dan pejabat di negeri itu.

Di tengah pesta perkawinan yang digelar, sang pengantin laki-laki merasa kurang senang melihat ulah istrinya yang dianggap kurang sopan, karena makan dengan tangan kiri. Pengantin laki-laki berusaha menegurnya. Tetapi pengantin wanita itu tetap merasa sulit karena selama ini ia menyembunyikan cacat tangannya sehingga tak seorang pun tahu.

Tiba-tiba terdengar suara dari luar, Keluarkanlah tangan kananmu. Sungguh, engkau pernah bersedekah sepotong roti dengan ikhlas karena Allah. Maka tanganmu sempurna kembali seperti semula!

Mendengar suara tersebut, terpaksa pengantin wanita mengeluarkan tangan kanannya. Terjadilah suatu keajaiban: telapak tangannya yang terputus itu berubah seperti sediakala. Pengantin wanita itu sangat heran melihat kejadian yang sangat menakjubkan itu.

Itulah keberuntungan orang yang ikhlas bersedekah, walau hanya sebatas roti. Sungguh balasan Allah jauh lebih besar dari apa yang kita bayangkan. Kedermawanan seorang gadis dalam kisah di atas menunjukkan bahwa sedekah merupakan wujud dari kepedulian sosial yang penting dikedepankan

Petikan didalam kitab Tanbihul Ghafilin dijelaskan juga bahwa sedekah itu tidak hanya membawa keberuntungan di akhirat saja sebentuk keyakinan yang dianggap abstrak oleh kebanyakan orang.

Akan tetapi di dunia pun banyak keberuntungan-keberuntungan yang luar biasa dahsyat.

Karena itu tak heran jika Imam Syafi dalam syairnya berucap:

"Kudermakan apa yang ada, walaupun sepanjang malam aku kelaparan dan dahaga"

Apalagi Ramadhan, didukung oleh energi shaum puasa, keihklasan dan keberkahannya membuat doa mustajab dan Insya Allah lebih naik-senaik2nya, tidak heran Abu Bakar Shiddiq Ra sebaik-baik manusia dari Umat Rosulullah SAW menginfakkan seluruh hartanya sampai Nol di bulan Ramadhan ia berInfaq dijalan Allah saat perang Tabuk

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ....

[sumber]
Puasa Sebagai Penghayatan kehadiran tuhan

Puasa Sebagai Penghayatan kehadiran tuhan

Makna puasa adalah imsak atau mencegah makan, minum dan masuknya sesuatu yang mempunyai hubungan dengan kerongkongan. Termasuk juga mengekang hawa nafsu hubungan intim dengan suami-isteri sejak terbitnya fajar shodiq hingga terbenamnya matahari, disertai dengan niat berpuasa. Perintah puasa ini didasarkan atas QS. Al baqoroh ayat: 183 dan beberapa hadits diantaranya adalah “berpuasalah karena melihat (hilal ramadhan) dan berbukalah (idul fithri) karena melihat hilal, apabila terhalang maka genapkanlah bilangan sya’ban menjadi 30 hari”.
Prakteknya, berpuasa itu sangat mudah kalau kita pahami secara syar’i seperti makna imsak di atas, akan tetapi jika digali lebih dalam lagi, dalam berpuasa akan menemukan makna, bahwa puasa itu mendidik untuk menciptakan pribadi yang selalu menyelam dalam lautan kemahahadiran Allah swt. Allah senantiasa ikut serta secara intens mengawasi setiap gerak langkahaktivitas manusia.

Bisa dibayangkan, betapa mudahnya seseorang makan di dalam kamar di siang bolong kemudian keluar kamar menunjukkan performa orang puasa, tentu semua orang lain bahkan keluarga terdekatpun (keluarga) akan tertipu dan menduga orang tersebut masih berpuasa. Berpura-pura itu tidak terjadi karena dalam pribadi orang yang berpuasa selalu merasakan kemahahadiran Allah swt sebagai Tuhan yang maha tahu.
Celakanya, penghayatan seperti itu hanya berlaku untuk makan-minum dan berhubungan intim suami-isteri di bulan ramadhan saja, sehingga setelah lepas dari bulan ramadhan seolah keranjingan dan berbalik seperti semula. Puasa yang notabenenya mendidik ketaqwaan menjadi kehilangan misi profetisnya.
Diantara misi puasa adalah mendidik diri merasa hamba yang terus diawasi oleh Allah, sehingga menimbulkan pribadi baik yang bertaqwa dimanapun berada. (ittaqillaaha haitsu ma kunta) yang tak korupsi, tidak berbuat aniaya terhadap sesama dan tidah menciptakan suasan keruh dan lain lain. Ia takut karena Allah mengawasinya, Allah tidak melupakan hambanya di dunia disebabkan sibuk mengurusi makhluknya yang di langit, dan jika sudah tertanam mendalam dalam setiap insan shoimiin maka keadaan bangsa dengan misi puasa sebagai landasan praktisnya maka bersih dari korupsi dan segala bentuk pencurian lainnya

Kisah Penjaga Rahasia, Hudzaifah bin al-Yaman

Kisah Penjaga Rahasia, Hudzaifah bin al-Yaman

www.tausiahislam.co.cc: Kisah Penjaga Rahasia, Hudzaifah bin al-Yaman - Namanya Hudzaifah bin al-Yaman, terkenal dengan julukan Shahibu Sirri Rasulillah (penjaga rahasia yang dipercaya oleh Rasulullah). Orangnya sangat disiplin dan teguh memegang rahasia. Siapa pun tidak akan bisa membujuk atau memaksanya untuk membuka rahasia.

Salah satu problem besar yang dihadapi oleh umat Islam di Madinah adalah keberadaan kaum munafiqin, yang secara sengaja menyebarkan isu-isu yang tidak benar terhadap Nabi dan kaum Muslimin. Mereka suka membuat intrik-intrik dan tipu muslihat yang menyulitkan kaum Muslimin.

Rasulullah SAW tahu siapa saja mereka dan siapa tokoh-tokohnya, tetapi beliau tidak bisa mengumumkannya karena sehari-hari mereka menampilkan diri sebaimana orang-orang beriman lainnya, bahkan juga datang shalat berjamaah di masjid bersama Nabi-kecuali shalat Subuh dan Isya yang berat bagi mereka melakukannya.

Nabi memberikan daftar nama-nama kaum munafiqin kepada Hudzaifah dan memintanya untuk merahasiakannya kepada siapa pun. Hudzaifah juga ditugasi mengawasi gerak-gerik dan kegiatan mereka untuk mencegah bahaya yang mungkin akan mereka timpakan kepada kaum Muslimin. Rahasia itu dipegang sangat erat oleh Hudzaifah sampai Rasulullah SAW wafat.

Tatkala menjabat khalifah, Umar bin Khathab pernah bertanya kepada Hudzaifah apakah ada pegawainya yang munafik. Hudzaifah menjawab, ada satu orang, tapi dia tidak mau menyebutkan namanya. "Maaf wahai Amirul Mukminin, saya dilarang Rasulullah mengatakannya."

Hudzaifah bukanlah berasal dari Yaman walaupun bapaknya bernama al-Yaman. Bapaknya orang Makkah, dari Bani 'Abbas. Oleh karena suatu utang darah dari kaumnya, al-Yaman terpaksa menyingkir ke Yatsrib-yang kemudian bernama Madinah. Di Yatsrib, al-Yaman berlindung dan bersumpah setia pada Bani 'Abd Asyhal, sampai kemudian menikah dengan perempuan dari suku tersebut. Dari perkawinan itulah lahir Hudzaifah. Walaupun sering bolak-balik ke Makkah, al-Yaman lebih banyak menetap di Madinah.

Dengan latar belakang orang tua seperti itu, tatkala pertama kali bertemu dengan Nabi di Makkah-sebelum beliau hijrah-Hudzaifah menanyakan apakah dia termasuk Muhajirin atau Anshar. Nabi menjawab: "Jika engkau ingin digolongkan kepada Muhajirin, engkau memang Muhajir. Dan, jika ingin digologkan kepada Anshar, engkau memang seorang Anshar. Pilihlah mana yang engkau sukai." Sekalipun kedua-duanya disayangi oleh Rasulullah, ternyata Hudzaifah memilih digolongkan kepada Anshar.

Kedua orang tua Hudzaifah sudah masuk Islam sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Dan, Hudzaifah pun sudah masuk Islam sebelum bertemu dengan Nabi. Setelah Nabi hijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu mendampingi beliau, turut bersama Nabi dalam seluruh peperangan kecuali Perang Badar. Dalam Perang Khandaq, Hudzaifah mendapatkan tugas yang sangat berat dari Nabi. Tugas yang hanya dapat dilaksanakan oleh orang yang cerdas, tangggap, dan berdisiplin tinggi.

Pada malam gelap gulita, Hudzaifah ditugaskan oleh Nabi masuk ke jantung pertahanan musuh, mengintai gerak-gerik mereka. "Hai Hudzaifah," kata Nabi. "Sekali-kali jangan melakukan tindakan yang mencurigakan mereka sampai tugasmu selesai, dan kembali melapor kepadaku."

Hudzaifah sukses menjalankan tugas itu. Dia bahkan bisa berada sangat dekan dengan Abu Sufyan, panglima perang musuh. Kata Hudzaifah: "Seandainya Rasulullah tidak melarangku melakukan suatu tindakan di luar perintah sebelum datang melapor kepada beliau, sungguh telah kubunuh Abu Sufyan dengan pedangku." Demikianlah sekelumit tentang Hudzaifah bin al-Yaman RA, sang penjaga rahasia.

[sumber]

Menutup Rambut Bagi Wanita


www.tausiahislam.co.cc: Menutup Rambut Bagi Wanita - Telah menjadi suatu ijma' bagi kaum Muslimin di semua negara dan di setiap masa pada semua golongan fuqaha, ulama, ahli-ahli hadis dan ahli tasawuf, bahwa rambut wanita itu termasuk perhiasan yang wajib ditutup, tidak boleh dibuka di hadapan orang yang bukan muhrimnya.

Adapun sanad dan dalil dari ijma' tersebut ialah ayat Al-Qur'an: "Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, ..." (Q.s. An-Nuur: 31).

Maka, berdasarkan ayat di atas, Allah swt. telah melarang bagi wanita Mukminat untuk memperlihatkan perhiasannya. Kecuali yang lahir (biasa tampak). Di antara para ulama, baik dahulu maupun sekarang, tidak ada yang mengatakan bahwa rambut wanita itu termasuk hal-hal yang lahir; bahkan ulama-ulama yang berpandangan luas, hal itu digolongkan perhiasan yang tidak tampak.

Dalam tafsirnya, Al-Qurthubi mengatakan, "Allah swt. telah melarang kepada kaum wanita, agar dia tidak menampakkan perhiasannya (keindahannya), kecuali kepada orang-orang tertentu; atau perhiasan yang biasa tampak."

Ibnu Mas'ud berkata, "Perhiasan yang lahir (biasa tampak) ialah pakaian." Ditambahkan oleh Ibnu Jubair, "Wajah" Ditambah pula oleh Sa'id Ibnu Jubair dan Al-Auzai, "Wajah, kedua tangan dan pakaian."

Ibnu Abbas, Qatadah dan Al-Masuri Ibnu Makhramah berkata, "Perhiasan (keindahan) yang lahir itu ialah celak, perhiasan dan cincin termasuk dibolehkan (mubah)."

Ibnu Atiyah berkata, "Yang jelas bagi saya ialah yang sesuai dengan arti ayat tersebut, bahwa wanita diperintahkan untuk tidak menampakkan dirinya dalam keadaan berhias yang indah dan supaya berusaha menutupi hal itu. Perkecualian pada bagian-bagian yang kiranya berat untuk menutupinya, karena darurat dan sukar, misalnya wajah dan tangan."

Berkata Al-Qurthubi, "Pandangan Ibnu Atiyah tersebut baik sekali, karena biasanya wajah dan kedua tangan itu tampak di waktu biasa dan ketika melakukan amal ibadat, misalnya salat, ibadat haji dan sebagainya."

Hal yang demikian ini sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah r.a. bahwa ketika Asma' binti Abu Bakar r.a. bertemu dengan Rasulullah saw, ketika itu Asma' sedang mengenakan pakaian tipis, lalu Rasulullah saw. memalingkan muka seraya bersabda:

"Wahai Asma'! Sesungguhnya, jika seorang wanita sudah sampai masa haid, maka tidak layak lagi bagi dirinya menampakkannya, kecuali ini ..." (beliau mengisyaratkan pada muka dan tangannya).

Dengan demikian, sabda Rasulullah saw. itu menunjukkan bahwa rambut wanita tidak termasuk perhiasan yang boleh ditampakkan, kecuali wajah dan tangan. Allah swt. telah memerintahkan bagi kaum wanita Mukmin, dalam ayat di atas, untuk menutup tempat-tempat yang biasanya terbuka di bagian dada. Arti Al-Khimar itu ialah "kain untuk menutup kepala," sebagaimana surban bagi laki-laki, sebagaimana keterangan para ulama dan ahli tafsir. Hal ini (hadis yang menganjurkan menutup kepala) tidak terdapat pada hadis manapun.

Al-Qurthubi berkata, "Sebab turunnya ayat tersebut ialah bahwa pada masa itu kaum wanita jika menutup kepala dengan akhmirah (kerudung), maka kerudung itu ditarik ke belakang, sehingga dada, leher dan telinganya tidak tertutup. Maka, Allah swt. memerintahkan untuk menutup bagian mukanya, yaitu dada dan lainnya."

Dalam riwayat Al-Bukhari, bahwa Aisyah r.a. telah berkata, "Mudah-mudahan wanita yang berhijrah itu dirahmati Allah." Ketika turun ayat tersebut, mereka segera merobek pakaiannya untuk menutupi apa yang terbuka.

Ketika Aisyah r.a. didatangi oleh Hafsah, kemenakannya, anak dari saudaranya yang bernama Abdurrahman r.a. dengan memakai kerudung (khamirah) yang tipis di bagian lehernya, Aisyah r.a. lalu berkata, "Ini amat tipis, tidak dapat menutupinya."

Sumber : Fatawa Dr. Yusuf Al-Qardhawi

[sumber]

Keutamaan Bulan Sya'ban


keutamaan bulan sya'ban
Sya’ban adalah nama bulan kedelapan dalam urutan bulan menurut perhitungan kalender Qamariyah. Letaknya diapit oleh dua bulan mulia, Rajab dan Ramadhan.

Rajab adalah salah satu di antara Asyhurul Hurum (empat bulan mulia) yang ditetapkan Allah (QS. At-Taubah: 36).

Sedangkan Ramadhan, Rasulullah menyebutnya dengan Sayyidus Suhur (penghulu bulan) yang diwajibkan berpuasa di dalamnya. Dan pada bulan itu pula Allah menurunkan Alquran.

Karena kemuliaannya itu, banyak orang berburu berkah dengan meningkatkan frekuensi dan kualitas ibadahnya, baik di bulan Rajab maupun Ramadhan.

Rasulullah pernah menyatakan bahwa Sya’ban akan ‘dianaktirikan’ oleh umatnya, karena mereka sibuk berburu berkah pada bulan Rajab dan Ramadhan.

Sebagaimana dikisahkan oleh Aisyah RA, “Rasulullah banyak berpuasa (pada Sya’ban) sehingga kita mengatakan, “Beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya’ban.” (Muttafaq ‘alaih).

Ketika Rasulullah ditanya oleh Usamah bin Zaid mengapa beliau banyak berpuasa di bulan Sya’ban, Rasul menjawab, “Karena bulan itu banyak dilalaikan manusia, padahal pada bulan tersebut akan diangkat amalan-amalan seorang hamba kepada Allah. Dan aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan An-Nasa’i).

Dari hadis di atas, setidaknya ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik. Pertama, dengan kemuliaan Rajab, Ramadhan maupun bulan haram lainnya, tidak berati bahwa nilai keberkahan di luar bulan-bulan haram itu menjadi berkurang.

Seperti Allah dan Rasul-Nya menetapkan Multazam sebagai tempat mustajab doa, tetapi bukan berarti berdoa di tempat-tempat lain tidak mustajab. Kedua, beribadah di saat orang lain sedang lalai pasti akan terasa lebih berat. Namun, karena berat itu pula maka nilainya menjadi berlipat.

Waktu sepertiga akhir malam adalah waktu yang paling nikmat untuk beristirahat melepas lelah setelah seharian beraktivitas. Tapi di waktu itulah, Rasulullah menganjurkan dan meneladankan untuk bangun, kemudian shalat tahajud, beristighfar, dan berdoa.

Ketiga, mengamalkan sesuatu yang tidak diketahui oleh orang banyak tentu mengajarkan kita untuk selalu beramal dengan ikhlas, jauh dari riya dan ingin dipuji orang lain. Shalat berjamaah di masjid adalah perbuatan yang paling berat dilakukan orang munafik, terutama shalat Isya dan Subuh. Karena kedua shalat ini kemungkinan tidak dilihat orang lain.

Keempat, dengan banyak beribadah di bulan Sya’ban, termasuk berpuasa, setidaknya bisa dijadikan arena pelatihan fisik sebelum memasuki Ramadhan. Untuk itu, dengan waktu Sya’ban yang masih tersisa setengahnya, dan 15 hari lagi akan memasuki Ramadhan, semoga kita bisa mengisi hari-harinya dengan banyak beribadah kepada Allah agar kita menjadi insan mukmin yang bertakwa.

[sumber]

Al-Asma, Kamus Nama-nama Anak Islami Gratis


Mencari nama untuk si buah hati menjadi tugas yang kadang tidak mudah, mengingat nama bisa berarti doa, mencarikan nama yang baik adalah kewajiban bagi orang tua. Untuk mempermudah menemukan nama yang baik, kini kita bisa memanfaatkan program gratis (freeware) al-asma, Kamus nama-nama anak Islami.

Program ini merupakan kamus nama-nama anak Islami yang dibuat oleh Mas Ebta Setiawan dengan beberapa fitur pencarian serta tampilan yang menarik.

Di Internet memang kita sudah bisa menemukan website yang memberikan fitur untuk mencari nama-nama anak dan mungkin dengan data yang lebih banyak. Tetapi al-Asma mencoba memberikan sesuatu yang berbeda, selengkapnya bisa membaca fitur-fiturnya dibagian bawah berikut. Program al-Asma versi 1.0 ini menyertakan sekitar 3.386 nama plus nama-nama serupa (mirip atau sama artinya).



Beberapa fitur al-Asma’ antara lain :
  • 100% gratis (freeware)
  • Portable, langsung jalankan tanpa perlu install. Ukuran hanya sekitar 468 KB
  • Nama-nama anak dalam bahasa Indonesia, arab (tulisan arab), arti dalam bahasa Indonesia (dan Inggris), serta nama-nama serupa
  • Pencarian berdasar kriteria jenis kelamin (laki-laki, wanita atau semua), nama, tulisan arab dan juga arti
  • Menyertakan tombol huruf Arab untuk memudahkan mencari dalam bahasa Arab
Penggunaan Kamus ini cukup mudah, setelah dijalankan kita bisa langsung mengetikkan di kotak pencarian, baik nama, arti maupun tulisan arab. selanjutnya tekan tombol cari atau enter untuk menampilkan nama yang dicari. Hasil untuk nama anak laki-laki dan wanita ditampilkan dengan 2 warna yang berbeda.

Untuk mencari dalam tulisan Arab, klik tombol bergambar keyboard disamping tombol CARI. Lalu tuliskan sesuai dengan yang di inginkan. Untuk pencarian tulisan arab, tidak perlu menyertakan harokat. Jika kriteria tidak dipilih, maka kamus ini akan mencari di semua kolom yang memuat hasil pencarian, baik kolom Nama, Arab, arti maupun nama serupa.

Kamus al-Asma’ ini dapat berjalan di Windows 2000 ke atas ( 2000, Xp, Vista, 7/8). Untuk Windows Vista ke atas, tampilan tulisan arab seharusnya sudah otomatis bersambung (tampil dengan benar). Bagi pengguna Windows XP, jika tampilan bahasa Arab masih putus-putus, maka perlu diatur terlebih dahulu bagian Regional & Language Options, caranya sebagai berikut:
  1. Buka Control Panel, pilih (double klik) Regional & Language Options.
  2. Setelah tampil window Regional & Language Options, pilih tab “Languages”.
  3. Beri tanda cek untuk opsi “Install files for complex script and right-to-left languages (including Thai)” dan klik OK di tampilan konfirmasi.
  4. Selanjutnya klik tombol OK atau Apply sehingga windows akan meminta CD Master Windows XP (Insert Disk). Masukkan CD Master windows XP ke CD/DVD-ROM Drive, dan ikuti langkah selanjutnya yang tampil.
  5. Restart komputer dan setelah itu seharusnya bahasa Arab akan tampil dengan benar.

File size:  468 KB

(sumber)