Loading...
Ceramah dalam rangka memakmurkan masjid

Ceramah dalam rangka memakmurkan masjid


Ceramah dengan tema memakmurkan masjid kali ini semoga tidak menjadi senjata makan tuan bagi ustad yang memberikan ceramah di dalamnya, pasalnya ada sebagian orang yang hidup justru dimakmurkan oleh keberadaan sebuah masjid, ha..ha..ha. memakmurkan dan memulyakan rumah ibadah yang bernama masjid merupakan tanggung jawab orang mukmin secara keseluruhan, bukan semata-mata merbot masjid saja.

Abu Laits samarqand pernah berkata:”sesungguhnya seseorang akan mendapat kemulyaan di sisi Allah, jika ia mengagungkan perintahnya, rumah-rumahnya, dan hamba-hambanya yang beribadah didalamnya, maka setiap orang mukmin harus mengagungkannya, barang siapa yang mengagungkan masjid maka sama halnya dengan mengagungkan Allah”.

Masjid harus diperhatikan setiap orang mukmin, kebersihan, kenyamanan, juga isi pembicaraan di dalamnya. Akhir-akhir ini kita kerap kali saksikan seolah-olah masjid dijadikan sebagai pintu politisi dan para simpatisan untuk mencuri simpatik dari para jama’ahnya. Ada sebagian orang yang rela menyumbang karpet dan kebutuhan masjidnya dengan beberapa catatan masjid mau ‘terlibat’ menjadi suksesi langkah politik yang sedang ditempuh, amat terhinalah orang-orang yang menjadikan masjid sebagai lahan berpolitik selain lahan ibadah kepada Allah swt.

Seharusnya masjid dijadikan sebagai tempat menyejukkan hati, oleh karenanya isi ceramah nya pun harus mencerminkan bahasa-bahasa pilihan yang menyejukkan hati. Para da’i hendaknya mengerti masalah ini, sehingga membawakan ceramah yang mencerahkan, kultum yang tidak meresahkan, keberadaan para da’I tidak memanfaatkan masjid hanya sekedar sebagai corong pembelaan atas perbedaan khilfiyah yang belum tahu dengan pasti kebenarannya. Dalam hati orang mukmin masjid adalah tempat yang menyejukkan hati dan menenangkan pikiran disaat kalut.

Lain ceritanya dengan orang munafik, bagi orang munafik masjid bagaikan penjara yang membatasi dirinya untuk berbuat sesuatu yang disukainya. Annazzal bin Saburah pernah berkata: “orang munafik di dalam masjid, bagaikan burung dalam sangkar”. Ia tertekan dan tidak betah tinggal dalam waktu yang lama di dalam masjid.

Masjid yang dikelolah dengan menejemen yang baik pada akhirnya akan menjadi tempat tambatan hati para orang-orang yang hatinya bersih, memasuki masjid adalah tamu Allah, dzikir, membaca qur’an, ceramah dengan betuk kultum atau yang lainnya adalah makanan bagi tamu-tamu Allah yang datang ke “rumah”-Nya, Nabi bersabda:”Jadilah kamu di dunia seperti tamu dan jadikanlah masjid itu sebagai rumahmu. Biasakanlah hatimu untuk bersikap lunak, perbanyaklah merenung dan menangis, serta jangan sampai kamu dikacaukan oleh hawa nafsu.
Kultum tentang Takdir

Kultum tentang Takdir

Sobat, kategori ceramah singkat yang satu ini, memang lebih pas untuk kultum tentang takdir saya buat aslinya memang untuk bahan khutbah di masjid tertentu, alurnya jelas dan menggunakan bahasa yang simpel tidak bertele-tele. selengkapnya silahkan dibaca kemudian diedit sendiri sobat...

Pertama, marilah kita panjat puji syukur ke hadirat Allah swt
Kedua, shalawat serta salam mudah-mudahan tersanjung kepada junjungan kita N. Muhamammad saw.

Pada siang hari ini, khotib berwasiat khususnya kepada diri khotib sendiri dan kepada jama’ah jum’at pada umumnya untuk selalu memperbaiki kualitas keimanan kita, dengan cara bertambah giat melaksanakan perintahnya dan mejauhi segala larangannya. Dengan taqwa itulah yang akan kita jadikan modal utama untuk menghadap Allah ta’alah untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat kelak ami ya rabbal alamin

Hadirin rahimakumullah.
Ketika negeri syam ditimpa wabah penyakit, Umar bin Khattab yang ketika itu menjadwalkan kunjungannya ke sana, tiba-tiba membatalkannya, ketika itu ada seseorang yang bertanya:

Wahai.. khalifah : “apakah anda menghindari dan lari dari taqdir Allah”.
Umar menjawab : "saya lari dari taqdir yang satu menuju taqdir lainnya"

hal serupa juga pernah dialami oleh Khalifah Ali ra. saat beliau bersandar di tembok sudah rapuh, kemudian beliau berpindah ke tempat yang lain, beberapa orang disekelilingnya bertanya:

Wahai… Ali ra : “Apakah engkau menghindari taqdir Allah”
Ali ra. Menjawab : “aku menghindari taqdir yang satu dan menuju taqdir yang satunya lagi”

Kita semua meyakini, bahwa semua yang terjadi di muka bumi ini merupakan setting Allah swt Yang Maha Kuasa, baik itu berupa anugerah maupun bencana. Baik rahmat maupun itu berupa laknat. Karena Allah-lah pemegangn kendali atas semua yang pernah dan yang terjadi di jagat raya ini. Atau menurut bahasa agama lebih populer disebut dengan taqdir. Dari dua dialog singkat di atas memberikan gambaran kita semua bahwa, ada taqdir baik dan taqdir buruk.

Dengan adanya takdir baik dan buruk tersebut, semoga menjadi jelas dalam nalar agama kita, bahwa tidak dibenarkan tawakkal tanpa ikhtiyar, menyerah tanpa berusaha, dalam hidup ini tidak ada hal-hal yang dapat menghalangi usaha manusia untuk berpindah dari taqdir yang satu menuju taqdir lainnya, dari taqdir buruk menuju taqdir yang lebih baik. Takdir adalah pendidikan kepada ajaran “sebuah pilihan nasib” bukan semata-mata ajaran “penyerahan tanpa usaha”. Di dalam Fathu-robbaniy Syeikh Abdul Qadir Jaelani mengatakan “ meninggalkan usaha dan bergantung hidup dalam kekuasaan orang lain adalah siksa nyata untuk hamba Allah”...
Allah berfirman dalam penggalan ayat 29 di dalam surat al-Kahfi;

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
Artinya:
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".[al-Kahfi:29]

Hadirin sidang jum’at anjakumullah
Belum lepas dari ruang dengar kita akan bahayanya flu burung yang disebabkan oleh Virus influensa H5N1, datang kembali yang sedang ramai dibicarakan oleh publik tentang ganasnya flu babi yang disebabkan oleh virus H1N1. yang ditemukan oleh seorang dokter Amerika Serikat J. Koen adalah penemu flu babi pertama kali pada tahun 1918. setelah seolah-olah menghilang pada tahun 1977 saat ini marak kembali dan diprediksi akan menjadi pandemi yang mengglobal termasuk. Na’udzu billah.. terbukti sampai saat ini kurang lebih 159 orang maninggal dunia. Di samping menularkan Flu, Hewan yang satu ini dinilai mengidap sekian banyak kuman dan cacing pita yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Diantaranya adalah Tenasolim atau sejenis cacing yang berkembang dalam pendernaan yang panjangnya bisa mencapai 8 meter

Apakah ini adalah bagian dari taqdir Allah yang tidak bisa dihindari??... jika kita sepakat bahwa taqdir adalah sebuah bentuk “pilihan hidup” dari yang buruk menuju taqdir yang baik, maka virus flu babi yang berkembang dan mengancam kita semua itu bisa saja kita hindari, dengan cara jangan memelihara meskipun punya alasan untuk tidak memakannya, dan jangan memakannya meskipun kita mampu untuk membelinya.

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ.
Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu

Secara umum manusia diberi kemampuan yang sangat istimewa untuk memilih takdir yang dikehendaki dan takdir yang dihindari. Ini merupakan perbedaan takdir Allah yang berlaku terhadap benda-benda mati. Seperti takdir air adalah membasahi, api ditakdirkan panas. Matahari tidak ditakdirkan tidak akan beredar melalui batas orbit yang telah ditentukan oleh Allah, sebagaimana bulan, bintang dan benda-benda lainnya. Semuanya adalah sunnatullah yang telah dikehendaki sejak zaman azali. Adanya penyakit flu tersebut adalah merupakan perpanjangan kisah khalifah Umar Bin Khatab dan khalifah Ali karramallahu wajhahu

Hadirin jama’ah jum’at yang berbahagia
Marilah kita pahami bersama bahwa alah melarang memakan daging babi seperti yang tercantum di dalam surat al maidah, pasti ada hikmah yang kita dapat. Begitu juga larangan-larangan yang lain pasti ada hikmah baik yang didapat dalam semua tuntunan agama ini. Begitu juga dengan perintah, setiap perintah pasti membawa manfaat baik kepada seseorang, jika saat ini kita tidak bisa mengambil hikmah baik dari perintah agama maka yakinlah bahwa karena keteratasan kemampuan akal manusia yang terbatas.

Semoga apa yang telah khotib sampaikan ini bernanfaat bagi kita semua, amin ya rabbal alamin.
Faktor Penunjang Keluarga Sakinah

Faktor Penunjang Keluarga Sakinah

Makna Sakinah Pada suatu ceramah yang cukup singkat, saat kami di daulat sebagai penceramah dalam acara pernikahan di sebuah komplek di kawasan Bintaro, saya mengambil tema yang berkaitan dengan makna sakinah, dalam ceramah singkat tersebut, saya menjelaskan kata faktor penunjang keluarga sakinah yang membutuhkan proses tersendiri. Kata sakinah berarti, mantab, ketenangan, terhormat, pembelaan dan beberapa padanan arti lain. Allah berfirman:

 . وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ 
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar-Ruum: 21)

Yang pasti, kata “sakinah” sebagaimana tercantum dalam QS. Ar Ruum: 21 didahului dengan kata “khalaqa lakum” yang berarti “Allah menciptakan bagimu”. Khalaqa biasanya dipergunakan oleh Al Qur’an untuk menyebutkan penciptaan sesuatu yang membutuhkan prosesnya. Dalam konteks ayat ini, keluarga sakina tidak serta merta merupakan faktor yang terberikan (given) dari sang maha pencipta. Tetapi didalamnya masih membutuhkan upaya dan proses menuju ke arah “sana”. 
Paling tidak, ada tiga proses yang harus dilalui dalam rangka mencapai keluarga yang sakinah 

 Pertama, menjadikan pasangan hidup sebagai pakaian seperti yang disebutkan dalam QS. Al Baqarah:187, fungsi pakaian itu sendiri meliputi; perhiasan, menutup aurat dan melindungi. Pasangan suami isteri hendaknya mempersiapkan dirinya untuk saling dibanggakan bukan meremehkan, saling melindungi dan melengkapi kekurangan, bukan membanding-bandingkan dengan pasangan orang lain, karena setiap orang mempunyai latar belakang yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Pasangan hidup sebagai pakaian yang bisa saling melindungi, melindungi dari segala macam gangguan yang mengancam baik secara fisik maupun psikis. Kedua belah pihak berusaha sekuat tenaga untuk berperan serta secara aktif menciptakan iklim perdamaian adan kesejukan dalam kehidupan rumah tangga.. 

Kedua, kelaurga sakinah harus ditempuh dengan cara pergaulan keseharian yang baik (ma’ruf) seperti dalam al Qur'an surat An-Nisa':19, al ma’ruf itu sendiri berarti suatu kebaikan yang mafhum oleh khalayak umum. Mempergauli dengan pergaulan yang makruf berari saling memberikan perhatian, menghormati dan saling menjaga perasaan antara suami isteri. Jika ada kesalahan diantara salah satunya maka pribadi pema’af harus dikedepankan. 

Ketiga, dalam keluarga sakinah harus ada mawaddah, cinta yang menggebu-nggebu, cinta membara “nggemesi”. Kecintaan terhadap sesuatu suatu saat akan hilang karena itu harus adapula kasih sayang (rahmah). Ketika seseorang mencintai sisterinya karena kecantikannya, suatu saat kecantikan yang melekat terhadap isteri akan hilang ditelan usia senja, akan tetapi kasih sayang tak pernah hilang. Karena itu disamping membutuhkan Cinta (mawaddah), juga membutuhkan kasih sayang (rahmah) 

Tiga hal di atas aabila terjaga dengan baik maka sakinah dalam rumah tangga akan menghampiri keluarga tersebut.Selanjutnya saya merekomendasikan untuk meneruskan bacaan penting yang berkaitan dengan tema ini di yang berkaitan dengan memilih rahim sebagai ladang menabur benih keturunan kita.
Tanggung Jawab Tuhan

Tanggung Jawab Tuhan

Ceramah singkat, kali ini ingin share khotib jum’at, kultum dan bisa juga dipakai untuk ceramah, barangkali berguna bagi sang pembaca yang budiman. Mohon dengan ikhlas untuk memberikan komentarnya setelah membaca tulisan sederhan ini.

 الحمد لله الذى تفردفى ملكه وبقاه. وتقدس فى أزليته فلاعين تره. حكم بحكمه فى خلقه فلا معقب لحكمه ولا رادلما قضاه. قسم الأرزاق والأجال بين عباده. هذا منعه وهذا أعطاه وهذا أسعده وهذا أشقاه أشهد ان لا إله إلا الله وحده لاشريك له. وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدا صاحب الرسالة. أللهم صل على. سيدنا محمد لا نبي بعده . . وعلى اله وصحبه ومن تبعهم إلى يوم القيامة . أما بعده. قال الله تعالى: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ : وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ فيأيها لناس إتقواالله واعلموا أن الله يحب من اتقى ويكره من طغى. 


Segala sesuatu yang kita miliki dan bahkan diri kita sendiri ini adalah milik Allah swt, seorang hamba diberi kuasa untuk hak pakai tetapi hakikatnya tidak diberi hak untuk memilikinya. Termasuk sesuatu yang sangat berharga sekalipun yaitu nyawa. Karena itu tidaklah sulit mempercayai bahwa segala sesuatunya akan direnggut secara paksa dan kembali kepada yang ber-punya. Sifat rahman da rahimnya membolehkan setiap manusia untuk mempergunakannya selama masih dalam bingkai syar’i yang telah ditentukan melalui Qur’an dan Sunnahnya. Karena itu, sewajarnya bagi seorang hamba yang beriman untuk bersyukur atas semua karunia yang diberikan oleh Allah swt, karena Dia telah memilih kita semua sebagai hamba-Nya. 

Kelalaian manusia, terkadang saking asyiknya bermain-main dengan kenikmatan yang notabene-nya adalah pemberian Allah, justru menjadikan lupa diri hakikat tujuan utama penciptaan manusia itu sendiri. Bahwa tujuan utama diciptakan manusia adalah untuk beribadah sebagai bentuk lahiriyah rasa syukur. Dengan tegas QS. Ad-Dzariyat: 56 menyatakan.

 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ. 
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” 

Kalau kita renungkan secara mendalam, kehadiran kita di muka bumi ini tidak didasarkan atas transaksi dankesepakatan kepada Allah, fasilitas sebagai hak guna yang kita miliki pun bukan atas keahlian bernegosiasi dengan Allah, semua wujud yang ada adalah ‘wujud nisbi’ karena wujud yang hakiki adalah wujudnya Allah swt. Secara tanggung jawab, selama tuhan memberikan nyawa sebagai sumber kehidupan maka secara bersamaan Allah menanggung semua penghidupan yang dibutuhkannya. Tidak ada alasan bagi seorang hamba untuk tidak bersyukur kepada Allah swt. 

Dalam konteks ini, ibadah dipahami sebagai wujud rasa syukur atau ungkapan terimakasih kepada Allah yang telah memberikan kenikmatan dan hidayah untuk mengelolah apa saja yang kita aku sebagai milik pribadi. Kemurahan Allah makin menjadi-jadi manakala seorang hamba mau mensyukuri nikmat yang telah diberikannya “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Ibrahim:14:7) 

Pada dasarnya tidak ada ruang bagi manusia untuk menjalani hidup kecuali dengan senantiasa ibadah, sebagai ungkapan syukur kepada-Nya. Dengan ucapan, sikap dan perbuatan. Syukur dengan ucapan berarti senantiasai memuji Allah (hamdalah), dengan sikap berarti berterimakasih atas kenikmatan dan bersabar atas ujian/cobaan yang diberikan, dengan perbuatan berarti terus memperbaiki kwalitas ibadah. Tiga aktifitas ini dilakukan secara bersamaan sebagai tanda syukur kepada Allah swt. 

Manusia yang tidak bersyukur senantiasa akan dihinggapi siksa baik dunia maupun akhirat, di dunia akan merasakan kegelisahan, iri atas perolehan orang lain, hasud dan rakus yang mengakibatkan terjerumus kepada penumpukan harta secara berlebihan dan lalai dalam terhadap tujuan utama hidupnya. Sedangkan diakhirat kelak akan menerima adzab yang dahsyat dari Allah swt sebagai pertanggunjawaban atas nikmat yang telah diberikan kepada-Nya.
 
Ditengah zaman modern yang serba materialistis seperti ini, dimana hampir setiap gerak selalu berhitung degnan nominal , kalau tidak pandai membentengi diri dengan syukur dan qona’ah maka lambat laun akan mengikis habis sifat ikhlas dalam beraktifitas, bekerja selalu diukur dengan honor, menolong hanya mengharap ditolong. Hal ini yang menyebabkan hubungan sosial rapuh, pada puncaknya akan muncul sifat egois memperkaya diri dengan jalan apapun jua, tak peduli lagi sekelilingnya, tak terbedakan antara yang halal dan yag haram. 

Jadi, hilangnya rasa syukur merupakan pangkal tindakan korupsi yang selama ini merebak dihampir semua lini. Baik di instansi pemerintahan maupun swasta, tidak hanya pegawai rendahan yang ingin membeli rasa aman yang palsu, tetapi mereka yang kekayaannya milyaran rupiah bahkan trilyunan rupiah. Sejatinya, menumpuk harta atas dasar ketakutan habisnya rizki Allah merupakan penginkaran kemahakuasaan Allah, padahal Allah adalah tuhan yang sangat bertanggung jawab, menciptakan kehidupan sekaligus lengkap dengan penghidupannya, selama Allah masih memberi nyawa maka pasti disaat yang bersamaan Allah menetukan rizki orang tersebut. 

Bersyukur atas apa yang ada dalam genggaman adalah cara mudah jalan menempuh kebahagiaan dunia-akhirat, kita yakin sepenuhnya bahwa yang ada dalam genggaman ini adalah segala sesuatu yang terbaik buat penggenggamnya. Kebahagiaan tidak identik dengan kaya, begitu juga sebaliknya ketidak-baikan tidak selalu identik dengan kemiskinan, bagi orang beriman kekayaan adalah hal yang menuntut lahirnya syukur, dan kemiskinan menuntut sifat sabar.
Kisah Al-Imam Al-Bukhori

Kisah Al-Imam Al-Bukhori

Kisah Al-Imam Al-Bukhori
Turkistan-Rusia (atau Transoksus) merupakan daerah yang sangat luas di wilayah Asia Tengah. Wilayahnya meliputi daerah antara Sungai Jaihun (kini: Sungai Amu Darya) dan Sungai Saihun (kini: Sungai Syra Darya) serta daerah-daerah yang berada di sekitarnya. Kedua sungai itulah yang menyuplai persediaan air di Danau Aral (bagian negara Uzbekistan dan Kazakhstan). Dalam sejarah, Turkistan-Rusia telah dikenal oleh bangsa Arab dahulu dengan sebutan daerah belakang (sebelah timur) Sungai Jaihun. Disebut dengan Turkistan-Rusia untuk membedakan dengan Turkistan-Cina yang kini bernama Sinkiang. Turkistan-Rusia kini terbagi menjadi 5 negara yaitu: Kazakhstan, Kisgirtan, Uzbekistan, Tajikistan dan Turkmenistan. Dan Bukhara merupakan salah satu kota terpenting di negara Uzbekistan.
Bukhara adalah sebuah kota tua yang dikenal sebagai tempat wisata yang paling indah, memiliki kebun yang banyak dan luas serta buah-buahan yang menarik dan ranum rasanya. Kota ini berada di sebelah timur sungai Jaihun dengan jarak tempuh dua hari perjalanan. Dan berada di sebelah barat Samarkand (Uzbekistan) dengan jarak tempuh delapan hari perjalanan.

Kota ini telah melahirkan sosok ahli hadits yang cukup disegani semisal Al-Imam Al-Bukhari dan semisalnya.

Beliau mulai menghafal hadits sekitar umur 10 tahun di madrasah anak-anak (Kuttab). Setelah itu, beliau belajar kepada seorang ahli hadits terkenal bernama Ad-Dakhili. Suatu hari Ad-Dakhili membacakan hadits kepada manusia: “… Sufyan (telah meriwayatkan) dari Abu Zubair, kemudian Abu Zubair (telah meriwayatkan) dari Ibrahim.” Maka Ad-Dakhili: “Sesungguhnya Abu Zubair tidak pernah meriwayatkan dari Ibrahim.” Maka Ad-Dakhili marah kepada beliau.

Beliau berkata kepada Ad-Dakhili: “Coba lihatlah kitab catatanmu!” Maka masuklah Ad-Dakhili ke rumahnya kemudian melihat kepada kitab catatannya, ternyata benarlah apa yang dikatakan beliau. Selanjutnya Ad-Dakhili ke rumahnya bertanya kepada beliau: “Bagaimana sanad yang benar wahai anak muda?” Maka beliau menjawab: “Dia adalah Az-Zubair bin ‘Adi meriwayatkan dari Ibrahim (jadi bukan Abu Zubair).” Ad-Dakhili meminjam pena kepada beliau dan membenarkan catatannya, kemudian mengatakan kepada beliau: “Kamu benar.”
Peristiwa itu terjadi pada saat beliau berusia 11 tahun.

Ketika usia 16 tahun, beliau telah menghafal kitab-kitab karya Abdullah ibnul-Mubarak, Waki’, serta berbagai pendapat ulama kota Roy.

Bahkan pada usia 18 tahun beliau menulis kitab yang berjudul “Qadhaya Ash Shahabah wat Tabi’in wa Aqawilihim”.

Jumlah total guru-guru beliau mencapai 1080 orang.

Kisah Keajaiban Hafalan Beliau

Beliau dikenal memiliki kecerdasan dan kekuatan hafalan yang luar biasa.

Beliau mengatakan: “Aku hafal 100.000 hadits shahih dan 200.000 hadits dhaif.”

Suatu ketika beliau pernah mengambil kitab tentang ilmu kemudian kitab tersebut beliau amati mulai dari awal sampai akhir dengan sekali pengamatan, maka beliau telah menghafal semua hadits yang ada di dalamnya.

Hasyid bin Ismail dan selainnya menceritakan: “Dahulu Abu Abdillah Al-Bukhari belajar bersama kami kepada para ulama Bashrah, ketika itu beliau masih muda. Beliau tidak menulis hadits yang disampaikan oleh sang guru. Hal itu berlangsung selama beberapa hari. Maka kami berkata kepadanya:

“Sesungguhnya engkau belajar bersama kami tapi engkau tidak menulis. Lalu apa yang kamu lakukan? Maka setelah berlalu 16 hari beliau berkata kepada kami: ‘Sesungguhnya kalian berdua terus menerus mengeluhkanku. Coba tunjukkan kepadaku hadits yang telah kalian tulis!’ Maka kami tunjukkan kepada beliau hadits yang telah kami tulis. Kemudian beliau menambahkan 15.000 hadits (ke dalam catatan kami) yang dia bacakan dari hafalannya sampai kami membenarkan catatan kami dari hafalan beliau.

Dikisahkan pula suatu ketika Al-Imam Al-Bukhari singgah di kota Baghdad. Begitu mendengar kedatangan beliau, para ahli hadits kota Baghdad berkumpul dan bermusyawarah untuk menyambut kedatangan beliau. Akhirnya diambillah kesepakatan untuk menguji kekuatan hafalan beliau. Kemudian para ahli hadits mengumpulkan seratus hadits. Seratus hadits tersebut diacak, baik matan maupun sanadnya. Setelah itu, dibagikan kepada sepuluh ahli hadits, sehingga masing-masing membawa sepuluh hadits.

Singkat cerita tibalah saat dinantikan. Manusia pun berkumpul untuk menyaksikan acara tersebut. Mulailah salah seorang penguji menyampaikan hadits satu persatu kepada Al-Bukhari. Tatkala sang penguji menyampaikan hadits pertama, Al-Bukhari menyatakan, “Tidak tahu.” Sampai penguji pertama selesai menyampaikan sepuluh hadits, Al-Bukhari tetap menjawab: “Tidak tahu.” Para ahli hadits yang hadir dalam acara tersebut terlihat saling memandang satu sama lain seraya berkata: “Laki-laki ini benar-benar mengetahui.” Sedangkan orang-orang yang awam justru menyangka sebaliknya yaitu Al-Bukhari tidak tahu apa-apa.

Kemudian tiba giliran penguji kedua. Mulailah ia menyampaikan sepuluh hadits satu per satu. Dan Al-Bukhari tetap menjawab, “Tidak tahu.” Demikian seterusnya penguji ketiga, keempat sampai penguji kesepuluh telah menyampaikan seluruh haditsnya, Al-Bukhari tetap menjawab: “Tidak tahu.” Kemudian Al-Bukhari mengatakan kepada penguji pertama: “Hadits pertama yang engkau bacakan demikian dan demikian, maka yang benar adalah demikian dan demikian.” Demikianlah Al-Bukhari menyebutkan kembali hadits tersebut persis sama seperti yang dibacakan oleh sang penguji, kemudian beliau membetulkan letak kesalahannya. Beliau melakukan hal ini mulai dari hadits pertama sampai hadits keseratus. Manusia pun mengakui akan kehebatan hafalan beliau.

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Semua orang menunduk di hadapan Al-Bukhari, yang menakjubkan dari beliau bukan pada sisi kemampuan membenarkan hadits yang salah karena beliau memang seorang penghafal hadits. Namun yang menakjubkan adalah kemampuan beliau menyebutkan kembali hadits-hadits yang telah diacak tadi secara tertib dan urut hanya dengan sekali dengar.” Subhanallah..

[sumber]
Amerika Membuktikan "Kerasulan" Muhammad saw

Amerika Membuktikan "Kerasulan" Muhammad saw

Artikel ini saya muat dengan tujuan memberi pengertian kepada para pembualan yang mengatakan Rasulullah Muhammad adalah nabi palsu dan dapat menjadikan pelajaran kepada kita semua. Terlampir adalah foto bulan dari koleksi NASA. Semoga hal itu akan semakin menyempurnakan keyakinan kita terhadap kekuasan Allah (swt) dan kerasulan nabi Muhammad (saw).

Dalam Bukhari dan Muslim, juga dalam kitab2 hadits yang terkenal lainnya, diriwayatkan bahwa sebelum Rasulullah (saw) hijrah, berkumpullah tokoh2 kafir Quraisy, seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah dan Al ‘Ash bin Qail.


Mereka meminta kepada nabi Muhammad (saw) untuk membelah bulan. Kata mereka, “Seandainya kamu benar2 seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua.” Rasulullah (saw) berkata kepada mereka, “Apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup melakukannya?”

Mereka menjawab, “Ya.” Lalu Rasulullah (saw) berdoa kepada Allah agar bulan terbelah menjadi dua. Rasulullah (saw) memberi isyarat dengan jarinya, maka bulanpun terbelah menjadi dua. Selanjutnya sambil menyebut nama setiap orang kafir yang hadir, Rasulullah (saw) berkata, “Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan, bersaksilah kamu.”

Demikian jauh jarak belahan bulan itu sehingga gunung Hira nampak berada diantara keduanya. Akan tetapi orang2 kafir yang hadir berkata, “Ini sihir!” padahal semua orang yang hadir menyaksikan pembelahan bulan tersebut dengan seksama.

Atas peristiwa ini Allah (swt) menurunkan ayat Al Qur’an: ” Telah dekat saat itu (datangnya kiamat) dan bulan telah terbelah. Dan jika orang2 (kafir) menyaksikan suatu tanda (mukjizat), mereka mengingkarinya dan mengatakan bahwa itu adalah sihir.” (QS Al Qomar 54:1-2)

Subhanallah. Subhan ibn Abdullah Laem Chabang, 09/02/2005 . Telah Dekat Kiamat, Bulan Telah Terbelah Allah berfirman: “Sungguh telah dekat hari kiamat, dan bulan pun telah terbelah.” (Q.S. Al-Qamar: 1)

Apakah kalian akan membenarkan ayat Al-Qur’an ini yang menyebabkan masuk Islamnya pimpinan Hizb Islami Inggris? Di bawah ini adalah kisahnya. Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof.Dr.Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah? Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawabnya sebagai berikut:

Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Beberapa waktu lalu, saya mempresentasikan hal itu di University Cardif, Inggris bagian Barat. Para peserta yang hadir ber-macam2, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur’an.

Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, ” Wahai Tuan, apakah menurut anda ayat yang berbunyi “Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah” mengandung mukjizat secara ilmiah?

Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa diterangkan ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka hal itu adalah mukjizat yang terjadi pada masa Rasul terakhir Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam, sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana nabi2 sebelumnya.

Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak termaktub di dalam kitab Allah dan hadits2 Rasulullah, maka tentulah kami para muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qur’an dan hadits2 Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.

Dan memang Allah ta’alaa benar2 maha berkuasa atas segala sesuatu.

Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah membelah bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah ke Madinah Munawarah. Orang2 musyrik berkata, “Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan kerasulanmu (dengan nada mengejek dan meng-olok2)?” Rasulullah bertanya, “Apa yang kalian inginkan?”

Mereka menjawab, “Coba belah bulan…” Rasulullah pun berdiri dan terdiam, berdoa kepada Allah agar menolongnya. Lalu Allah memberitahu Muhammad saw agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan dan terbelahlah bulan itu dengan se-benar2-nya. Serta-merta orang2 musyrik pun berujar, “Muhammad, engkau benar2 telah menyihir kami!”

Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja “menyihir” orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang2 yang akan pulang dari perjalanan.
Orang2 Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, orang2 musyrik pun bertanya, “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?” Mereka menjawab, “Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing2-nya kemudian bersatu kembali…”

Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir ingkar). Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya: “Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda2 kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, “Ini adalah sihir yang terus-menerus”, dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap… (sampai akhir surat Al-Qamar).

Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdiri seorang muslim warga Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, “Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai Tuan, bolehkah aku menambahkan?” Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar menjawab:”Dipersilahkan dengan senang hati.”

Daud Musa Pitkhok berkata, “Aku pernah meneliti agama2 (sebelum menjadi muslim), maka salah seorang mahasiswa muslim menunjukiku sebuah terjemah makna2 Al-Qur’an yang mulia. Maka, aku pun berterima kasih kepadanya dan aku membawa terjemah itu pulang ke rumah. Dan ketika aku mem-buka2 terjemahan Al-Qur’an itu di rumah, maka surat yang pertama aku buka ternyata Al-Qamar. Dan aku pun membacanya: “Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah terbelah…”

Aku bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal? Apakah mungkin bulan bisa terbelah kemudian bersatu kembali? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa melakukan hal itu? Maka, aku pun berhenti membaca ayat2 selanjutnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan se-hari2. Akan tetapi Allah maha tahu tentang tingkat keikhlasam hamba-Nya dalam pencarian kebenaran.

Suatu hari aku duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi antara seorang presenter Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS. Ketiga pakar antariksa tersebut bercerita tentang dana yang begitu besar dalam rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang sama dunia sedang mengalami masalah kelaparan, kemiskinan, sakit dan perselisihan.

Presenter berkata, “Andaikan dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah lebih banyak gunanya.” Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek antariksanya dan berkata, “Proyek antariksa ini akan membawa dampak yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan manusia, baik pada segi kedokteran, industri ataupun pertanian. Jadi pendanaan tersebut bukanlah hal yang sia2, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan manusia.”

Dalam diskusi tersebut dibahas tentang turunnya astronot hingga menjejakkan kakinya di bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget dan berkata, “Kebodohan macam apalagi ini, dana yang begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa mendarat di bulan?

” Mereka pun menjawab, “Tidak! Tujuannya tidak semata menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia, maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun.”

Mendengar hal itu, presenter itu pun bertanya, “Hakikat apa yang kalian telah capai hingga demikian mahal taruhannya?” Mereka menjawab, ” Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian menyatu kembali! Presenter pun bertanya, “Bagaimana kalian bisa yakin akan hal itu?” Mereka menjawab, “Kami mendapati secara pasti dari batu2-an yang terpisah (katrena) terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Kami meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, “Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali!”

Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, ” Maka aku pun turun dari kursi dan berkata, ‘Mukjizat (kehebatan) benar2 telah terjadi pada diri Muhammad shallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar2 telah meng-olok2 AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, hingga 100 juta dollar, hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin! Agama Islam ini tidak mungkin salah… Lalu aku pun kembali membuka Mushhaf Al-Qur’an dan aku baca surat Al-Qamar.

Dan saat itu adalah awal aku menerima dan masuk Islam.”

Diterjemahkan oleh: Abu Muhammad ibn Shadiq (Sabtu, 22 Sya’ban1424H/18-10-2003M)

[sumber]

Bruno Metsu Menjadi Mualaf Saat Melatih Tim Senegal

Bruno Metsu Menjadi Mualaf Saat Melatih Tim Senegal
Bruno Lucas Felix Metsu, demikian nama lengkap pemberian orang tuanya. Namun publik sepak bola dunia lebih mengenalnya dengan Bruno Metsu. Namanya makin mencuat setelah ia berhasil membawa tim asuhannya, Senegal, masuk perempatfinal Piala Dunia 2002 silam.

Keberhasilan membawa tim nasional sepak bola Senegal hingga ke perempatfinal Piala Dunia 2002 bisa dibilang sebagai prestasi terbesar Metsu sepanjang karirnya di dunia sepak bola.


LEBIH DARI 30 TAHUN BERKARIR, METSU BUKANLAH PEMAIN DAN PELATIH TERKENAL. IA PERNAH BERMAIN DI KLUB PAPAN BAWAH PRANCIS DAN BELGIA SEPERTI DUNKERQE, NICE, LILLE DAN ANDERLECHT. SEJAK 1988, IA MENANGANI KLUB KELAS DUA PRANCIS, BEAUVAIS, KEMUDIAN LILLE, VALENCIENNES, SEDAN, DAN VALENCE. SEBELUM MENANGANI SENEGAL, IA SEMPAT MENANGANI NEGARA KECIL AFRIKA, GUINEA, SELAMA ENAM BULAN.

Meski sukses melatih timnas Senegal, bukan berarti Metsu tidak menemui hambatan. Pertama kali tiba d Senegal, menurutnya, sama seperti pertama kali menangani klub Sedan. Semua orang menganggapnya sebagai makhluk asing dari luar angkasa. ''Mestinya, sebelum menilai seseorang, beri dia waktu untuk bekerja. Tapi biarlah, toh semua pun kemudian tahu apa yang telah saya perbuat,'' katanya.

Namun, nyatanya dalam waktu singkat Metsu berhasil menggaet simpati para pemain dan official tim Senegal. Bukan dengan pendekatan hirarkis dan militeristik, melainkan dengan pola keterbukaan dan saling menyayangi. Kepada para pemain, berkali-kali ia menegaskan, ''Aku bukan polisi, tapi pelatih. Dan kalian bebas mengekspresikan apa saja.''
Dengan pendekatan itu, Metsu berkeliling ke sejumlah klub papan bawah Prancis, dan berhasil membawa pulang para pemain yang sebelumnya enggan bergabung di tim nasional. Dalam menumbuhkan motivasi, disiplin dan tanggungjawab, dia tidak pernah melepaskan suasana rileks, senda gurau, dan kekeluargaan. Apapun persoalan yang dihadapi, selalu dipecahkan bersama.

Filosofi kepelatihan yang ada dalam diri Metsu sebenarnya kian tumbuh seiring dengan keterpesonaannya terhadap benua Afrika. Pria yang lahir di Coudekerque-Village, Prancis, pada 28 Januari 1954 ini sangat mengagumi budaya Afrika. ''Ada suatu misteri, nilai-nilai kemanusiaan, solidaritas, persahabatan, sesuatu yang sudha hilang di Eropa,'' katanya.
Di Afrika, menurutnya, pintu selalu terbuka. Di Eropa, pemain hanya akan mendatangi pelatih saat punya masalah. Sementara di Afrika, mereka akan mendatanginya kapan pun, untuk menyaksikan bagaimana sang pelatih bekerja. Pesona Afrika itu sangat menyetuh Metsu. ''Aku ini kulit putih berhati negro,'' tukasnya bangga.

Boleh jadi, sentuhan nilai-nilai Afrika ini pula yang membuatnya memeluk Islam pada 24 Maret 2002 silam. Asal tahu saja, lebih dari 90 persen penduduk Senegal adalah pemeluk Islam. Setelah masuk Islam, ia kemudian mengganti namanya dengan Abdul Karim.
Abdul Karim sendiri memang tak pernah mengungkapkan alasannya memeluk Islam. Baginya, agama adalah masalah privasi. Dia tak ingin mengumbar privasinya di depan publik.
Kini, ia hidup tenteram bersama istrinya, seorang perempuan Senegal bernama Rokhaya Daba Ndiaye. Mereka menikah dengan uang tunai 6 ribu euro sebagai mas kawin.

Rokhaya, bersama isteri para pemain Senegal, selalu setia memberi semangat pada tim nasional setiap kali mereka bertanding. Seperti pada ajang Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang. Tidak seperti pelatih tim negara lain yang melarang para pemainnya untuk mengajak serta para istri mereka, Abdul Karim justru menempatkan para istri dari skuad tim nasional Senegal dalam satu hotel yang sama dimana mereka menginap selama perhelatan Piala Dunia 2002.

Usai mengukir prestasi di Piala Dunia 2002, sejumlah klub dan negara berebut meminangnya. Kini ia dipercaya oleh Federasi Sepak Bola Qatar (QFF) untuk melatih tim nasional Qatar hingga 2014 mendatang. Dengan capaian prestasi yang pernah ia torehkan saat mengarsiteki tim nasional Senegal, tak mengherankan jika publik Qatar menaruh harapan besar pada diri Abdul Karim untuk mewujudkan impian lolos ke putaran final Piala Dunia 2014 di Brasil.

[sumber]