Loading...

Inspiratif: Berebut Menjadi Pelayan

"Orang yang paling keji adalah pemimpin yang berkhianat" Betapa mengerihkannya apa yang telah dikatakan oleh Ali ra. begitu tajam dan mengena cocok untuk menjadi renungan bagi sang pemimpin, terutama juga bagi yang mencalonkan dirinya sebagai pemimpin bangsa. Pemimpin yang baik mempunyai beberapa sifat diatnaranya, menjadi teladan, memberikan ruang kesalahan, apresiatif, kolektif, persuasif, jujur, pemberani, imajiner, demokratis, dan berbagai bentuk sifat lainnya

Apabila tidak mempunyai kualifikasi sifat-sfita yang layak menjadi pemimpin alangkah baiknya untuk tidak mencalonkan diri menjadi pemimpin, karena kepemimpinan yang ia emban nantinya akan menjadi bumerang di hari kiamat, penyesalan yang mendalam.

Pemimpin adalah pelayan publik, ia harus melayani kepentingan bersama mengalahkan kepentingan pribadi, yang demikian ini adalah sangat sulit, terlebih orang orang yang mempunyai sifat egois. Pemimpin tak ubahnya pelayan masyarakat, namun mungkin sudah zaman kebalik-balik, sehingga banyak orang orang justru senang mencalonkan dirinya sebagai pemimpin atau dengan kata lain, berebut menjadi pelayan.Jdi pelayan kok rebutan

Bagi orang orang yang mempunyai sifat yang ideal untuk menjadi pemimpin mungkin sudah selayaknya ia mencalonkan dirinya, tetapi bukankah Umar bin Khattab menagis saat ia ditunjuk sebagai pengganti khalifah Abu Bakar ra, tentu ingatan kita juga masih kuat tentang kisah Miqdad bin Amr, yang sumpah serapah tidak bersedia menjadi pemimpin walau untuk dua orang saja.

Jika orang-orang terdahulu sekaliber Umar ra dan Miqdad bin Amr sang pemberani saja merasa keberatan menjadi pemimpin, lalu untuk apa berebut menjadi pemimpin. bukankah hanya berebut menjadi pemimpin artinya berebut meminta beban? Yang paling menggelikan adalah jika ada seseorang meminta untuk dirinya dipilih sebagai pemimpin, bukankah Rasul saw sudah bersabda :

يَا عَبْدَ الرَّحْمنِ بن سَمُرَةَ لاَ تَسْألِ الإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيْتَها عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَ إِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْها
“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu, niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong). ” Hadits ini diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih

Ini benar benar trend yang sangat aneh bin ajaib, ada orang berebut menjadi pelayan, bukan menjadi majikan.
Hujan : Rahmat atau Laknat

Hujan : Rahmat atau Laknat

Allah maha pemurah, kepemurahannya itu telah dibuktikan dengan memberikan bumi sebagai tempat tinggal yang ramah dan murah, semua telah disiapkan semua disediakan telah siap pakai, tinggal manusia yang mau mengolah atau tidaknya. Sebagai khalifah tugas utamanya ada dua,

1. memakmurkan bumi
2. Merawat alam semesta

Memakmurkan bumi menjadi tugas kolektif, karena bumi ini ditempati secara bersama-sama, keterlibatan sangat diharapkan berjalan secara sinergis, bagi ahli ilmu alam memberikan pengertian kepada yang awam tentang ilmu alam, sedangkan yang awam sadar dan mau mentaati terhadap kepada ahlinya. Pemerintah dengan segenap kebijakannya juga harus memperhatiakan kemakmuran terhadap bumi beserta isinya agar bumi ini menjadi lestari dan mampu menjadi tempat yang ramah hingga anak cucuk kita

Merawat alam adalah tugas kedua yang berkaitan dengan alam, tugas ini dengan berbagai bentuknya diharapkan dapat menjadikan alam tetap terjaga dan aman dari tangan jahat yang tidak bertanggung jawab. saling mengingatkan dan menasehati akan pentingnya menyelamatkan bumi dengan cara menjaga pepohonan, membuat resapan dan membuat segala bentuk kegiatan yang mengarah kepada pemanfaatan alam yang ramah dan tidak merusak ekosistem yang sudah mapan seperti yang diciptakan oleh Allah swt.

kita semua tentu sadar, bahwa alam raya dengan segala pesona yang melekat di dalamnya adalah tanda kekuasaan Allah bagi orang orang yang mau memikirkannya, termasuk diciptakannya angin dan hujan. Seluruh makhluknya adalah ciptaannya, termasuk angin adalah ciptaannya, arah bertiupnya sesuai dengan perintah Allah, pergerakan angin membawa berita gembira atas rahmat yang dibawanya, dengan angin yang bertiup udara menjadi segar, virus hilang dan berganti dengan rahmat dan segala nikmat. Angin juga bisa menggiring gumpalan awan untuk bergerak ke suatu tempat kemudian mendatangkan hujan, airnya menumbuhkan berbagai macam pohonan dan sayuran untuk kepentingan makhluk di bumi ini dalam Surat Ar-Ruum: 46
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ وَلِيُذِيقَكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya. Mudah-mudahan kamu bersyukur”
dalam ayat yang lain

Penggalan Surat al Baqarah ayat 164
وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“..dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. al Baqarah: 164).

Namun tidak semua angin atau hujan menjadi rahmat, terkadang juga menjadi adzab yang menjadi sebab kematian dan kehancuran manusia, tidak setabilnya kehidupan dibumi ini, seperti kisahnya kaum 'Aad (kaumnya Nabi Hud)

وَفِي عَادٍ إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ. مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلَّا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ
“Dan juga pada (kisah) Aad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan. Angin itu tidak membiarkan satupun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk” (QS adz Dzariyat:41-42)

Begitu juga hujan, hujan terkadang menjadi adzab bagi pepnghuni bumi, seperti banjnir bandang yang dikirmkan untuk menghancurkan ummatnya Nabi nuh as yang durhaka. Jadi, ada banyak ragam tafsir seiring dengan datangnya bencana yang melanda bumi ini. Bisa jadi banjir bagi sebagian orang manfaat, seperti tukang service mengalami peningkatan pelanggan, mesin air makin dibur, dan segala kebutuhan lainnya. Di satu sisi madharat tapi di sisi yang lain manfaat bagi orang lain.tidak salah lagi apa yang dikatakan oleh Jalaluddin Ar-Rumi
Ular bagi ular adalah kehidupan
Namun ular ini bagi manusia adalah kematian
Karena itu tiada keburukan mutlak di alam semesta
Ketahuilah keburukan nisbilah yang ada di alam semesta

Banjir bermanfaat untuk sebagian kecil orang tetapi bagi sebagian besar bagi mereka adalah bencana, begitu juga fenomena alam lainnya. jadi semua masih menjadi tanda tanya besar apakah banjir yang ada saat ini menjadi rahmat atau laknat bagi penduduk bumi itu sendiri.

D U R H A K A

Keberadaan orang tua terutama ibu --tanpa menafikan bapak-- adalah sangat berharga dalam kehidupan kita, ia telah mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkannya dengan susah payah. Oleh karena posisi sang Ibu yang demikian berharga ini wajar jika durhaka kepada kedua orang tua akan mendapat dosa yang amat besar. Saking strategisnya itulah sehingga Allah menggantungkan ridho-Nya kepada rodho orang tuanya

Dari Mughirah bin Syu’bah ra Nabi saw bersabda.

"Artinya : Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan minta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)" (Hadits Riwayat Bukhari - Muslim No. 1715 912)

Siksa bagi orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya akan di cicil di dunia dan kontan di akhirat kelak, Namun nyatanya banyak orang tua yang justru menjadi 'babu' anaknya, ia disuruh mengasuh cucu padahal di jari tuanya ia ingin menikmat dengan rajin beribadah kepada Allah, bukan disibukkan oleh urusan cucunya. Fenomena ini sudah menggejala di masyarakat perkotaan sampai ke pedesaan, orang tua begitu takut terhadap anaknya, seolah posisi anak melebihi posisi orang tua pada saat ia masih kecil. Dosa pendurhaka akan dipercepat di dunia berdsarkan hadits

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " كل الذنوب يؤخر الله ما يشاء إلا عقوق الوالدين فإن الله يعجل لصاحبه في الحياة الدنيا قبل الممات

Rasul saw bersabda:"setiap dosa akan ditangguhkan balasannya kecuali dosa durhaka kepada kedua orang tua, sesungguhnya Allah akan menyegerakan siksanya di dunia sebelum mati

Ada tiga golongan yang terancam tidak masuh surga diantaranya adalah dosa orang orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Rasul saw bersabda:

ثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمُدْمِنُ عَلَى الْخَمْرِ، وَالْمَنَّانُ بِمَا أَعْطَى

"Artinya : Dari Abu Darda bahwasanya Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, "Tidak masuk surga anak yang durhaka, pe,imu, khamr (minuman keras) dan orang yang mengungkit pemberianya"

Dan masih banyak lagi hadits dan atsar sahabat yang berbicara tentang larangan keras untuk durhaka kepada kedua orang tuanya, bisa jadi karena saking cintanya terhadap seorang isteri sehingga tega melukai hati orang tuanya demi membela seorang isteri yang salah. Agaknya hal ini hampir ada disetiap keluarga yang anak-anaknya sudah dewasa.

Bahwa seorang isteri wajib taat kepada suami, tetapi seorang suami harus lebih taat kepada orang tuanya daripada kepada isterinya. mengapa demikian karena isteri bisa saja akan cerai dan putus hubungan suami-isteri tetapi kepada orang tua bersifat permanen, nasab tak bisa dihapus dengan cara apapun
Semoga kita termasuk orang yang berbuat baik kepada kedua orang tua.. amiin

Renungan Akhir Tahun; Filosofi Barunya Waktu


Hakikat setiap hari adalah baru terbukti tidak ada hari yang sama, yang sama hanya namanya saja. Hari Selasa sekarang berbeda dengan selasa yang akan datang atau selasa yang telah lalu. Karena tanggal/bulannya beda, seandainya kebetulan sama yang pasti tahunnya beda. Dengan begitu mengantarkan kepada kesimpulan bahwa tahun baru tidak

Dalam perjalanan hari selalu ditandai dengan peredaran matahari, sampai sore hari menjadi malam, dari gelap menjadi terang benderang di siang hari, dari siang menuju senja dan berakhir menjadi gelap gulita, manusia juga berputar dari lemah menjadi sangat kuat sampai di usianya yang renta akan kembali menjadi lemah seperti sedia kala sampai berakhir pada kematian.

Putaran tahun juga demikian, seperti putaran matahari. Dari tahun ke tahun sampai pada akhirnya akan berakhir pada limit yang telah ditentukan oleh Allah swt. Jika kita tidak sampai di limit tahun terakhir mungkin kita akan meninggalkan putaran tahun tersebut, terlepas dari itu semua bahwa kita harus tahu bahwa hakikatnya setiap waktu adalah baru

Setiap hari adalah baru, Rabu sekarang berbeda dengan Rabu yang akan datang atau Rabu kemarin. Saat ini tanggal 1 Januari 2014, Rabu yang akan datang tanggalnya sudah berbeda, bila ada kesamaan Rabu di bulan Januari yang akan datang pasti akan berbeda tahunnya, itulah yang dimaksud dengan hakikat setiap waktu adalah baru.

Peringatan tahun baru menjadi terlihat istimewa, mungkin disebabkan karena putarannya lebih lama, karena itu pada tahun baru ini yang terpenting bukan soal perubahan tahunnya tapi prestasi amal baik apa yang sudah diukir, kemaksiatan apa saja yang sudah dihentikan. Perayaan pergantian dengan cara muhasab inilah yang harus didahulukan. Perhatikanlah firman Allah swt

"Di tempat itu, tiap-tiap diri merasakan pembalasan atas segala yang telah dikerjakan dahulu, dan mereka di kembalikan kepada Allah Penguasa mereka yang sebenarnya, dan (pada saat itu) lenyaplah dari mereka segala yang mereka ada-adakan"(QS. 10:30)


Ruang dan Waktu

Ruang dan Waktu

Al Qur'an mempunyai konsentrasi tinggi terhadap persoalan waktu, mengingat manusia tidak bisa mengelak dari waktu, kemanapun pergi waktu selalu menyertai, kelak waktu juga ikut bersaksi atas perbuatan manusia, salah satu bukti bahwa Al Qur'an 'perhatian' kepada waktu dibuktikan dengan adanya beberapa Surat di dalam Al Quran yang di awali dengan sumpah demi waktu, seperti demi waktu ashar, demi malam, demi waktu subuh, demi waktu dhuha dan sejenisnya.

Hal itu mestinya menjadi bahan renungan sebagai hamba Allah yang dikarunia kesempurnaan akal seperti manusia, bahwa hidup ini berpacu dengan waktu, Sahabat Ali ra bahkan mengatakan:"waktu adalah pedang", pedang sebagai alat untuk membunuh termasuk membunuh sang empunya sendiri jika tidak pandai memanfaatkannya. Sebaliknya bila mampu me-manage dengan baik maka dengan alat pedang membuka peluang menjadi jalan menuju kebajikan (bc: syahid). Yang terpenting dalam memanfaatkan waktu adalah untuk meraih prestasi amal baik dan menciptakan prasasti dari perbuatan yang bisa dikenang oleh orang lain sepanjang masa.

Disamping waktu, manusia juga tidak bisa melepaskan dirinya dari ruang, tak perduli sispappun, entah rakyat jelata atau pejabat kaya, presiden atau pengamen, anggota DPR atau tukang ember, pemikir atau tukang parkir, baik kalangan mentri atau tukang patri semua tak bisa melepaskan didinya dari ruang dan waktu.

Ruang keabadian adalah Akhirat semua akan berlabuh di 'sana' kekal selama-lamanya, oleh karena semua tujuan adalah ke arah sana, maka sebagai seorang muslim harus menata orientasi hidup tidak sekedar bermewah-mewahan di dunia, tetapi yang terpenting adalah membuat orientasi jangka panjang yang bersifat abadi dimana ruang dan waktu nya bersifat kekal yakni akhirat,

Saat ini pula tanpa harus menunggu besok atau lusa untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan dosa, sebagaimana firman Allah: "Dan perbuatan dosa tinggalkanlah” (QS Al Muddatstsir: 5). Senada dengan tulisan ini silahkan di baca Renungan tahun baru hijriyah


Belajar Ngaca

Mungkin kesan pertama yang ditangkap pembaca agak janggal judul di atas, bukankah anak kecil saja tidak perlu belajar ngaca, karena ngaca adalah perbuatan sehari-hari yang mudah, tetapi posting blog ini berisi ajakan belajar ngaca. hehehe.. yang dimaksud Belajar Ngaca dalam posting kali ini bukan ngaca di depan cermin biasa seperti yang banyak dilakukan oleh orang-orang terutama kaum hawa’, tetapi yang dimaksud dari posting ini adalah ajakan untuk belajar dari ngaca, melihat perlakuan orang lain terhadap kita sebagai hasil pantulan dari perbuatan kita terhadap orang lain, berdasarkan hadits Nabi Saw: al mu'minu mraatul mu'min (orang mukmin cermin bagi orang mu'min -lainnya). Dari segi bahasa mira'at adalah derivasi dari kata ra'a yang artinya melihat, adapun mira'at merupakan isim alat, alat untuk melihat diartikan "cermin".

Biasanya kata ra'a diartikan melihat sesuatu yang bersifat abstrak, mimpi diistilahkan dalam bahasa Arab ra'a fil manam. Saya pernah mendengar ada khatib menjelaskan haditts di atas tetapi penjelasannya hampir 90% ra’a dimaknai melihat secara fisik, misalnya cara berpakaian, cara senyum, cara bertutur kata dan seterusnya, kerancuan akan timbul bila dikaitkan dengan trend butuhnya popularitas di tahun 2014 nanti. Memberi pencitraan kebaiakn dalam pikirannya agar menarik simpatik para penggemarnya wallahu a'lam

-o0o-
Kalau kita mengucapkan salam kepada banyak orang lain, maka yang kita dapat adalah ucapan salam, kalau seseorang berbuat baik kepada orang lain maka orang lain pun akan banyak yang berbuat baik sebagai balasannya. Semakin banyak perbuatan baik yang diberikan kepada orang lain maka semakin banyak pula kebaikan yang dapat kita petik. Sebaliknya, semakin banyak perbuatan buruk yang dilakukan maka semakin banyak pula balasan keburukan yang dipanen. Jadi hidup ini layaknya orang yang sedang mengaca di depan cermin.

Kalau ternyata dalam cermin tersebut ada bayangan jelek, hitam, kotor, senyum kepuraan, kebaikan yang brbalut pencitraan, fenomena itu bukan berarti di dalam cermin ada makhluk lain. Tetapi seperti itulah timbal balik sejati yang didapat. Jadi perbuatan baik kepada orang lain adalah berbuat baik kepada diri sendiri, begitu juga sebaliknya dhalim kepada orang lain sama halnya dhalim kepada diri sendiri
Allah berfirman di dalam surat al Isra':7
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا
"apabila engkau berbuat baik maka berbuat baik untuk dirimu, dan jika engkau berbuat kejelekan maka perbuatan jelek untuk dirimu"

Imam al Qurtubi menafsirkan “li” pada kata li anfusikum dalam ayat di atas bermakna ila, sehingga diartikan dan apabila engkau berbuat baik maka berbuat baik kepada dirimu, dan jika engkau berbuat kejelekan perbuatan jelek kepada dirimu. Pencitraan baik kepada orang lain yang aslinya tidak baik, hanya memberi kepalsuan saja kepada orang lain
أوقال الطبري : اللام بمعنى إلى ، يعني وإن أسأتم فإليها ، أي فإليها ترجع الإساءة ; لقوله - تعالى - : بأن ربك أوحى لها أي إليها .
Mungkin masih terbantahkan, faktanya dalam kasus tertentu ada orang berbuat baik tetapi mendapat balasan buruk, ingat..!! bahwa muara hidup ini bukan sebatas di dunia, tetapi muara paling akhir dari semua rangkaian kehidupan ini di hari akhirat kelak, jika tak terbalas di dunia PASTI kebaikan akan berbalas kebaikan di akhirat. 

Oleh karena itu jangan pernah ragu untuk berbuat baik kepada orang lain, tak perlu harus membungkus dengan citra palsu dalam keseharian, suatu saat masyarakat yang cerdas akan mampu mebedakan antara yang orisinil dengan yang imitasi, antara yang sakral dan yang profan. Semoga manfaat dan kita semua bisa menajalankan hidup di panggung dunia ini dengan hidup sebaik-baiknya.. silahkan rujuk juga posting yang masih berkaitan dengan tema ini yaitu Hidup adalah Penyesalan

Sabar dan Syukur

Sabar disaat susahJika pada posting sebelum-sebelumnya telah dijelaskan bahwa takdir adalah pilihan hidup, maka setelah pilihan tersebut masuk ke dalam suka adatau duka maka sabar dan syukur adalah sifat untuk menerima ketentuan yang diberlakukan oleh Allah kepada diri kita. Dalam perjalanan kehidupan manusia antara bahagian dan susah, suka dan duka keduanya datang silih berganti saling mendahului,

Terkadang ada suasana senang tapi di lain waktu dirundung susah semuanya silih berganti. Karena itu Allah memberikan dua sifat mulya sebagai solusinya untuk mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan sabar dan syukur . Ketika dalam keadaan suka diperintahkan untuk bersyukur apabila sedang dirundung susah diperintahkan untuk bersabar.

Kadua sifat; syukur dan sabar itu seolah berpasang-pasangan yang saling mengisi satu dengan yang lainnya. melalui dua sifat tersebut Allah hendak menjadikan para hambanya sebagai orang yang berpeluang sama untuk mendapat ridhonya. bagi hambanya yang diberi karunia nikmat maka syukur adalah media untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebaliknya bagi hamba Allah yang dirundung kesusahan maka sabar adalah salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Sabar dan syukur juga diisyaratkan oleh Allah seperti orang berjalan, antara kiri dan kanan bergantian, tidak pernah kita jumpai orang yang berjalan selalu kaki kanan didepan atau sebaliknya kaki kiri selalu di depan. begitu juga lamabaian tangan, antara kanan dan kiri selalu bergantian, apabila kaki melangkah maka tangan kanan yang melambai ke depan dan begitulah seterusnya.

Semua itu adalah ayat Allah yang tidak berupa teks yang menantang untuk kita baca, agar kita semakin dalam rasa iman dan taqwa terutama terhadap takdir yang diberlakukan Allah kepada kita semua.

Orang yang bersyukur akan ditambahkan nikmat oleh Allah yang melimpah, al-Ghazali membuat analogi, semua nikmat bagaikan bianatang peliharaan, sedangkan syukur adalah jodohnya, apabila binatang tersebut satu jodoh maka tidak menutup kemungkinan akan kawin dan membuat anak-pianak dari nikmat-nikmat tersebut yang akan ditambahkan,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan ingatlah ketika Rabb-mu memberitahukan, jika kalian bersyukur niscaya Aku akan tambah bagi kalian. Dan jika kalian kufur, sesungguhnya adzab-Ku itu amatlah berat.” (Qs. Ibrahim: 7)


Pahala sabar tidak terhitung, agaknya tak heran jika pahala puasa hanya Allah yang mengetahui besar kecil, berkualitas atau tidaknya puasa seseorang, karena di dalam puasa yang berlaku adalah kesabaran, kesabaran menahan dahaga sampai pada waktu berbuka.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, pahala mereka tidak terhitung