Loading...

Substantsi Waktu

Hari berganti, bulan berlalu, tahun pun pergi tanpa di suruh. Semua boleh berubah namun semangat keimanan dan kesalihan harus terus bergelora dalam dada. Kemudian diwujudkan secara nyata dalam konteks realitas yang sebenarnya, karena kebaikan yang hanya bersifat bathiniyah tanpa direalisasikan tak ada bedanya dengan mitos belaka.

Dengan semangat menatap masa depan, manusia harus bergerak secara linear meski dalam agenda hidup yang bersifat spiral yaitu makan, tidur kerja dan terus begitu berulang hingga kelak kita masuk ke liang kubur. Langkah tegap tanpa ragu menuju apa yang dikehendaki tuhan yang satu menjadi alasan tunggal yang tak akan terbantahkan oleh dalih apapun. Hari terus berganti dan setiap hari adalah baru.

Hari ini berbeda dengan esok, hari esok berbeda dengan hari yang akan datang, karena itu ‘hari’ yang kita lalui ini selalu berpesan kepada manusia:”wahai manusia, aku adalah makhluk yang baru” mungkin momentum sekarang dengan momentum masa silam bertepatan harinya, tapi tentu ada perbedaan tanggal dan bulannya, kalau hari, tanggal dan bulannya sama pasti tahunnya berbeda, memberikan kesimpulan kepada kita bahwa secara substansi hari itu selalu baru, dan kita dilahirkan di hari hari yang selalu baru. Ulang tahun setiap hari, every day is birthday.

Hari yang baru itu merekam semua tindak tanduk manusia yang ada dalam pelukannya. Tidak perduli, tua atau muda, bandit atau ustadz, petani atau kyai, semua rekaman akan diputar sebagai saksi kelak dihari kiamat kelak. Patut bagi semua orang untuk menyesal, yah... menyesal atas perbuatan dosa dan menyesal kurangnya berbuat amal kebaikan.

قال ابن مسعود رضي الله عنه : مَا نَدِمْتُ عَلَى شَئٍ نَدَمِيْ عَلَى يَوْمٍ غَرَبَتْ شَمْسُهُ نَقَصَ فِيْهِ أَجَلِيْ وَلَمْ يَزْدَدْ فِيْهِ عَمَلِيْ
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Tidak ada yang lebih aku sesali melebihi penyesalanku ketika matahari terbenam di mana umurku berkurang sedangkan amalanku tidak bertambah.” (Mawaridu adh-Dham’an : 3/30).

Secara sunnatullah alam semesta ini selalu regenerasi dan terus menerus meregenerasi, akankah kita berdiam diri untuk pintar sendiri, kaya sendiri, canggih sendiri, berkuasa sendiri terus mati sendiri, sehingga berbuat seenak udele dewe. tanyakan kepada isi kepala masing masing, karena setiap kepala akan punya jawabannya sendiri-sendiri ???

Untuk memproduksi amal kebaikan maka Imam Syafi’i mengatakan Barangsiapa yang mempelajari alqur’an maka akan tinggi nilainya, Dan barangsiapa yang berbicara dalam fiqh maka akan tinggi kedudukannya, Dan barangsiapa menulis hadits maka akan kuat hujjahnya, Barangsiapa mempelajari bahasa maka akan lembut perangainya, Barangsiapa mempelajari ilmu hitung maka akan encer otaknya, Dan barangsiapa yang tidak menjaga dirinya maka tidak akan bermanfaat ilmunya.


Revitalisasi Niat

Semua manusia yang didedikasikan hidup di alam fana ini sebagai khalifah meyakini seteguh hati bahwa ada hari lain yang jauh lebih nyaman dan asyik dibanding hari hari yang kita jalani di dunia ini. Hari yang indah dan mengasyikkan itu adalah hari-hari yang akan dijalani oleh orang orang yang baik di dunianya.

Untuk memperolehnya tentu butuh usaha keras dengan platform akhirat oriented. Pondasi niat menjadi pilar utama menuju hal itu, karena niat berimplikasi terhadap semua aktifitas kekhalifahan di dunia, sedangkan dunia sendiri adalah ladang (mazra’ah) akhirat. Garisbawahilah dengan tebal terhadap salah satu pesan Rasulullah yang disampaikan kepada Abu Dzar al Ghiffari yakni,

جدِّدِالَّفِيْنَةَ فَإِالْبَحْرَ عَمِيْقٌ
perbaruhilah perahumu, karena sesungguhnya lautan itu dalam

Pesan rasulullah kepada Abu Dzar ini bersifat metaforis, mengumpamakan niat sebagai perahu dan kehidupan ini seperti lautan yang dalam dan luas, perahu untuk menampung semua unsur dan materi yang hendak di bawa ke suatu tempat (bc: akhirat), tempat yang damai dan asyik serta membahagiakan.

Lautan punya gelombang yang mampu menggeser manusia dari tujuan semula, yang benar berubah menjadi salah, dari yang lurus menjadi belok, dari pemberani menjadi pengecut, dari penyabar menjadi pemarah, licik dan gentar, serta ketersinggungan yang dominatif dan abadi bersemayam ke dalam hati orang orang yang dibelokkan oleh gelombang lautan duniawi

Makna lain yang mungkin tersembunyi adalah buih, Lautan juga banyak dihuni buih yang indah dalam panorama pandangan mata namun minus fungsinya. Buih sebagai simbol bayang bayang duniawi yang ‘menipu’, besar secara eksistensi akan tetapi kerdil secara substansi.

Dengan berbagai iming iming keindahan, dunia mampu menjebak orang-orang bodoh terkurung dalamlangkah kehidupan praktis dan berorientasi ekonomis (economic-oriented), ketimbang berbicara konsep ideologis, atau landasan epietemologis. Terkadang hal ini diperparah lagi dengan perasaan serba benar, ketersinggungan, menggerutu dan congkak terhadap nasehat kawan, apalgi jika dihinggapi sifat kebal kritik. Manusia yang tertipu oleh buih lautan seperti ini akan senang berjalan seribu langkah dalam bayang-bayang ilusi ketimbang satu langka namun pasti.

Hiruk pikuknya kegiatan tidak bernilai future oriented namun hanya berbicara dan menyelesaikan masalah yang bersifat sesaat, tidak ada konsistensi (istiqamah) dan lebih condong terhadap tathayyur sehingga semua tapak dan jejak langkahnya terkesan ngawur dan ngelantur.
Terkadang orang hanya mengandalkan kemewahan dan model performance, tapi melupakan kemampuan dan tanggung jawabnya didunia, di dunia adalah ibadah dan akhirat adalah nganggur, selama nafas kita tertulis di dunia maka proses belajar menjadi insan kaamilah tak boleh terhenti.
Niat memegang kendali untuk membawa gerbong besar semua aktifitas yang menyangkut tanggung jawab kepada Allah secara total, tidak hanya terbatas atas kewajiban ibadah mahdhoh yang lebih terkesan individulis tetapi manusia juga bertanggung jawab terkait ritual sosial.

Pendek kata. Manusia adalah simbol kekhalifahan Allah secara total di dunia, sebagai buku panduannya adalah al Qur'an dan petunjuk rasul utusan-Nya. Kepada manusia semua ditundukkan, dibumi dan dilangit tunduk terhadap perlakuan manusia (QS. Al Jatsiyah:13), dan Allah juga memberikan mandat kepada khalifah di dunia untuk menundukkan siang dan malam (QS. Ibrahim:33), bahtera juga tunduk agar bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia (QS. Ibrahim;32). Lalu apa yang menjadikan tidak “bisa”. Pertanyaan itu seolah mengalir tidak tertampung jawabannya.

Sejatinya yang menjadikan manusia tidak mampu adalah karena malas dan keengganannya dalam melaksanakan tugas kekhalifahan yang di emban. Tentu, masih ada kamus yang dirujuk oleh orang orang yang berstatus tidak becus dengan mengatakan “tidak bisa”, tetapi tidak ada kamus yang dapat menjawab sebuah problema mana kala yang dikatakan adalah “saya malas”.
Disitulah efektifitas perbaikan niat untuk menggapai kebahagiaan di akhirat.

Waduh jadi kelihatan serius banget ini. Mau yang lebih serius lagi tentang kesabaran silahkan klik sabar

Kekuatan Suprarasional di balik do’a

Entah secara sadar atau tidak, yang pasti, setiap individu menyadari bahwa ada kekuatan supra rasional, dibalik kekuatan manusia yang secara phisickly lemah. Manusia dengan akalnya mampu merekayasa kekuatan besar. Manusia yang hanya tingginya maksimal tiga meter dengan akalnya mampu menciptakan alat berat untuk membuat gedung gedung bertingkat yang tingginya berlipat lipat dari tinggi badannya, manusia yang tidak punya sayap mampu menciptakan alat yang membuatnya bisa terbang dengan leluasa ke angkasa raya, manusia yang tidak mempunyai sirip mampu berjalan di atas air dengan kapal pesiar ciptaannya. Akan tetapi, dibalik rekayasa kekuatan manusia yang luar biasa tersebut ada kekuatan lain yang lebih dahsyat yaitu kekuatan Tuhan yang serba supra.

Kekuatan supra tersebut berada di bawah otoritas tunggal Tuhan, dan mampu meluluh lanthakkan seluruh kekuatan rekayasa manusia, yang tidak mungkin menjadi mungkin dan sebaliknya. Kekuatan supra itu bisa kita minta melaui media yang namanya do’a, asalkan kita mampu negosiasi terhadap sang pemilik-Nya di sinilah pentingnya makna do’a. Dalam setiap jengkal langkah kaki membutuhkan do’a supaya lagkah kaki terarah kepada perbuatan sukses dan terpuji.

Dalam hadits Nabi saw bersabda “do’a adalah senjatanya orang yang beriman”, do’a adalah alat menuju kemenangan, tentunya dibarengi dengan usaha. Kemenangan dalam peperangan bukan ditentukan oleh kekuatan fisik semata, namun juga ditentukan alat yang dipergunakan, jika pedang adalah alat maka keampuhan pedang terletak pada bahan pedangnya dan orang yang mempergunakan pedang tersebut. Sekuat apapun dan sebaik apapun strategi yang ia pergunakan untuk berperang tetapi jika alatnya sederhana tentu tidak akan berdaya di hadapan kekuatan tentara lawan yang bersenjata canggih. Jika masalah yang kita hadapi demikian rumit maka tidak cukup hanya mengandalkan kekuatan fikiran saja, tetapi juga kualitas pemecahannya melalui kekuatan do’a.

Karena itulah buku yang berada ditangan ini berguna sekali untuk negosiasi dan mengetuk kekuatan supra kepada Tuhan seperti yang dijelaskan di atas, berdasarkan “..... Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku…..” QS.Al Baqarah[2]:186. Syarat utama dikabulkannya do’a dalam ayat tersebut adalah memenuhi perintah-Nya dan yakin akan do’a yang dipanjatkan. Mungkin saat ini do’a kita tidak terkabul, temukan dalam beberapa faktor yang menghalangi dikabukannya do’a yaitu pilihan do’anya, tidak menjalankan perintahNya atau mungkin kurang yakin.

Senada dengan ayat di atas, “Dan Tuhanmu berfirman: Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu......” QS. Al mu’min [40]:60, ayat tersebut seolah memberi garansi kepada hamba hambanya yang mau mengetuk kuasa Tuhan dengan do’a, dalam ayat tersebut juga mencela orang orang yang menyombongkan diri (merasa mampu) dengan rekayasanya sendiri. Seolah ayat ini memberi tamparan keras kepada orang orang sombong yang mengabaikan do’a dalam meraih sukses aktifitas dan proyek yang sedang ia kerjakan.

Ya Tuhan… Kami datang bersimpuh di hadapanmu untuk mengetuk kuasamu. Berilah sukses selalu dihari ini, dan hari hari yang akan datang. dan jadikan kami orang yang sabar.

Ya Tuhan…Mudahkan segala urusan yang kami hadapi, temukan jalan terbaik dari setiap urusan yang baik dan gagalkan semua usaha kami yang tak terpuji serta gagalkan rekayasa orang orang yang berbuat dhalim kepada kami.

Landasan Berkurban

الله أكبر ولله الحمد
الحمدلله الموجودات من ظلمة العدم بنور الإيجاد. وجعلها دليلا على واحدانية لذوى البصائر إلى يوم المعاد. أشهد ان لاإله إلا الله واحده لا شريك له وأشهد ان محمدا عبده ورسوله خير العباد. اللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد سيد الخلائق والجمدات. وعلى اله وأصحا به ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الميعاد. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم . إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
فيا أيهاالناس . إتق الله إن أكرمكم عند الله أتقاكم.
واعلموا أن الله صلى على النبي ياأيها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما .وعلينا معهم برحمتك يإرحم الر احمين . أمين يا رب العالمين .

Alhamdulillah pada hari ini kita bisa berkumpul, duduk bersimpuh di hadapan Allah menunaikan ibadah shalat idul Adha, semoga shalat yang kita lakukan ini memperoleh nilai pahala oleh Allah swt.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad saw yang secara tidak langsung mengajar kita tentang ajaran tauhid yang benar, semoga kita termasuk ummat Muhammad saw yang mendapat syafaatnya amin ya rabbal alamin, kelak kita akan dikumpulkan oleh Allah bersama beliau di surga dan diberi nikmat berupa al kautsar amin ya rabbal alamin.

Mari kita meningkatkan ketaqwaan, tidak saja dalam hal ketaqwaan secara kuantitas, tetapi juga secara kualitas, dengan cara memperbanyak ibadah ibadah yang sunnat terutama yang mempunyai nilai sosial seperti qurban, yang segera akan kita lakukan selesai khutbah ini. Semoga mereka yang berkurban diberi kemudahan oleh Allah swt dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangannya... Amin ya rabbal alamin, begitu juga kita semua......

Allahu Akbar walillahilhamd...
Ayat yang paling populer, yang sampai ke ruang dengar kita, terkai momentum idul adha adalah surat Al kautsar.

Sungguh, Kami telah Memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhan-mu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah). (QS. Al Kautsar:1-3)

Kabar gembira bagi Nabi Muhammad saw berupa kenikmatan yang besar yakni “al kautsar”, sebagian mufassir mengatakan bahwa al-kautsar adalah nama telaga di surga yang mana, kehebatan sungai tersebut adalah, barang siapa yang meminum darinya maka tidak akan dahaga selama lamanya. Tentu hal ini menjadi kabar gembira bagi kita semua, karena ummat Muhammad pun bisa menikmati al-kautsar, dengan catatan mengikuti laku-lampah Rasulullah saw. Di antara yang disebut di dalam ayat tersebut adalah fashalli dan wanhar, dengan shalat dan berqurban.

Dalam surat tersebut, Shalat dan qurban di sebut secara bersamaan, meskipun secara fiqh berbeda hukumnya, --kecuali kalau ayat tersebut ditafsirkan shalat idul adha-- penyebutan tersebut tentu bukan faktor kebetulan, karena seluruh isi al Qur'an tidak di susun berdasarkan undian ayat per-ayat atau secara kebetulan belaka, kurang lebih penyebutan shalat dan berqurban adalah memberikan pelajaran arti pentingnya qurban. Shalat kental dengan ibadah individual, sedangkan qurban kental denga ibadah sosial.

Hadirin yang berbahagia
Secara historis ibadah qurban merupakan ibadah yang cukup tua dalam ritual agama, agama ini mengenal adanya qurban dari dua putra Adam as yang konon menurut para mufassir bernama Habil dan Qabil. Habil dan Qabil diperintahkan untuk berqurban, Habil berqurban dengan binatang ternak pilihan, sedangkan Qabil berqurban dengan hasil pertanian, namun hanya sekedarnya dan bahkan kualitas hasil pertanian yang dikurbankan justru berstatus kurang. Serta tidak dibarengi dengan keikhlasan hati semata-mata bersyukur atas nikmat-nikmat Allah yang melimpah. Dan Allah ternyata memilih hewan kurban persembahan Habil. Namun yang menjadi perhatian bagi kita adalah diterima bukan karena materinya, tetapi karena ketaqwaan yang mendasarinya.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
.

Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".( Al Maidah 27)

Berbeda pula kisahnya ketika Ibrahim as diperintahkan oleh Allah mengorbankan putranya, pada akhirnya diganti dengan kibas. Sebagai pelajaran bagi ummat manusia dalam kondisi yang bagaimanapun manusia tidaklah pantas untuk dikorbankan, untuk Tuhan sekalipun.

Ternyata dari akar historisnya qurban ditujukan untuk mengefektifkan sifat manusia dari sisi individual dan sisi kepekaan sosialnya. Sebagai penutup tentu ayat yang paling kita dambakan dan menjadi landasan qurban adalah ketaqwaan yaitu;

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ (الحج:37

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al Hajj: 37)

masih sempatkah anda membaca khutbah id dengan tema kemenangan sejati
Menjadi Pribadi Pema’af

Menjadi Pribadi Pema’af

Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa Ramadhan adalah sebuah bentuk pelatihan yang aturan mainnya sudah kita ketahui bersama. Sekolah ramadhan ini pengawasnya adalah Allah dan nilainya ditentukan oleh diri kita sendiri, sedangkan sertifikat standar kelulusan sekolah ramadhan tidak alain adalah muttaqin. Tidak layak dikatakan lulus dalam sekolah Ramadhan, jika seseorang melaksanakan puasa sedangkan puasanya belum mencetak dirinya menjadi pribadi muttaqin. Pada tahun yang lalu saya mengutip firman Allah QS. Al-Imran 134

اللذين ينفقون فى السراء و الضراء والكا ظمين الغيظ و العا فين عن النا س إن الله يحب المحسنين
Artinya: (orang yang beriman)…. adalah orang yang menginfakkan harta bendanya baik dalam keadaan sempit maupun dalam keadaan lapang, menahan marah, mema'afkan orang lain. sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat baik

Tahun itu saya menjelaskan bahwa, tidak ditemukan ayat yang memerintahkan meminta maaf, tetapiisebaliknya yang dianjurkan oleh Qur'an adalah menjadi peribadi pemaaf atas kesalahan kesalahan orang lain, karena yang hendak dicapai sebagai pribadi pemaaf adalah kerukunan, persatuan dan perdamaian, minimal untuk dirinya sendiri. Untuk membangkitkan pribadi pemaaf, mungkin kita harus merubah pola pikir dari merasa benar menjadi pola pikir orang berpandangan bahwa orang lain yang melakukan kesalahan lebih pada kesalahan yang tak disengaja.

Pada hari ini halal bihalal 1431H mari kita renungkan bersama, mengapa ayat al Qur'an begitu terlihat menggebu-nggebu memerintahkan memaafkan, bukan meminta maaf. Ternyata dapat kita temukan bahwa orang yang meminta maaf bisa saja haya polesan dibibir belaka, tetapi dalam hatinya masih ada bekas luka yang pernah di alami pada saat ia marah. Kondite ini berbeda dengan pribadi pemaaf, yang sudah sudah barang tentu secara tulus memaafkan kesalahan orang lain, jauh sebelum orang lain itu minta maaf.

Dari ayat di atas, ciri-ciri pribadi muttaqin ada 3 yaitu, infaq dalam kondisi apapun, menahan marah, dan memaafkan, jika kita telah melaksanakan tiga hal tersebut maka kita layak mendapat julukan orang orang yang muhsinin. Dari tiga tingkatan tersebut yang paling tinggi tingkat kesulitannya adalah berbuat baik kepada orang lain meskipun orang lain tersebut berbuat salah kepada kita.

Menyatakan permohonan maaf harus di dahului dengan rasa bersalah disertai hati yang tulus mengakui kesalahan yang pernah dilakukan. Dengan menghapus semua noda kesalahan tersebut dihaapkan hubungan terjalin kembali komunikasi yang sehat. Sahabat Ali RA pernah berkata: Kalau ingin meminta maaf maka kembalikan semua hak orang dan kemudiana meminta maaf.

Fenomena yang menarik yang sering kita saksikan adalah, seringkali kita melihat dilayar kaca televisi melihat para pejabat kita meminta maaf lahir dan bathin, tapi apabila ada hak rakyat yang belum dikembalikan maka, jelas hal itu menciderai makna permohonan maaf yang semesetinya. Karena itulah al Qur'an tidak memerintahkan untuk meminta maaf begitu saja. Tetapi yang terpenting adalah mengakui kondisi hati yang sebenarnya untuk mengakui kesalahan itu tadi.

Baca ceramah yang lain tanda orang bahagia

Kemengan sejati


الله أكبر. الله أكبر ولله الحمد. الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا لاأله ألاّالله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد .
الْحَمْدُ لله يُحْيِ وَيُمِيْتُ . اَلَّذِىْ جَعَلْنَا عِيْدًا لِلْعَبِيْد . هُوَ الَّذِى دَبَّرَ فِى كُلِّ اَخِِرِرَمَضَانَ عِيْد . اَلْعِيْد لَيْسَ لِمَنْ لَبِسَ اْلجَِديْد . وَلَا لِمَنْ اَكَلَ الَّلذِيْد . وَلَكِنَّ الْعِيْد لِمَنْ خَافَ اْلوَعِيْدَ . وَلِمَن تَقْوَاهُ تَزِيْد. فِى هَذَا لْيَوْمِ قَدْ تَقَرَّبَ اْلَبعِيْد .أَشْهَدُ أن لاالهَ اِلا الله وَاحْدَهُ لاشَرِيْكَ لَه رَبُّ السَمَوَاتِ وَ الأرْضِ هُوَ يُبدِئ وَيُعِيْد . وَأشْهَدُ أن مُحَمَّـدا عَبْدُهُ وَرَسُوْله ُالرَّاشِدُكلَّ المْرُشْيِد. اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ صَاحِبُ الْقُرأنِ المَجِيْد.
وَعَلى اَلِهِ وَأصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بإِحسَانٍ إِلىَ يَوْمِ زِحَامٍ شَدِيْد . فياأَيُهالحَاضِرُونَ . إتِقُوااللهَ. إِتقُواالله. إتقواالله ما ستطعتم, لِنَيْلِ الفَرَحِ وَ السَعِيْد.
الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد
Kaum muslimin yang berbahagia…
Saat matahari tenggelam di belahan kaki bumi bagian barat, hari senin sore kemarin, maka serentak terdengar suara takbir, tahlil dan tahmid menggema di pelosok-pelosok desa sampai ke seluruh penjuru kota, ummat islam seluruhnya mengagungkan kebesaran Allah, mengesakan Allah, dan takbirnya selalu membasahi bibir mereka.

Hal ini dilakukan untuk menandai bahwa kita telah SELESAI memasuki sekolah, yang namanya sekolah ramadhan. Hanya bedanya sekolah ramadhan tidak dipungut biaya atau administrasi apapun, sekolah ramadhan di nilai, tetapi nilai oleh dirinya sendiri, baik tidaknya nilai tersebut ditentukan oleh pelakunya sendiri. Sekolah ramadhan itu adalah Puasa, semua orang muslim tahu aturannya bahkan anak anak sekalipun mengerti tentang aturan mainnya. Dan predikat nilai terbaiknya, yang akan dicapi sebagai standar kelulusanya adalah perdikat al-muttaqin, manakala ada orang yang menjalankan puasa dan tidak mendapatkan predikat tersebut maka orang tersebut gagal dalam pendidikan ramadhannya.

Kaum muslimin yang berbahagia…
Semua ibadah adalah menuju ke arah ketaqwaan, jika ada ibadah yang tidak menimbulkan efek taqwa, maka kesalahan pasti tidak terletak dalam ajaran ibadah tersebut tetapi kesalahan utamanya adalah terletak pada proses ibadah itu sendiri. Tujuan utama puasa di bulan ramadhan adalah untuk menjadikan manusia bertaqwa, jika tidak menjadi taqwa itu berarti puasa kita hanya mendapatkan lapar dan dahaga, karena itu Rasulullah bersabda:

كم من صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والعطش
“Banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan baginya dari puasa itu kecuali lapar dan dahaga”
Setelah rangkaian sekolah ramadhan di mana kegiatan utamanya adalah I’tikaf, tadarrus, zakat dan rangkaian ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan hendaknya kita jadikan sebuah kebiasaan yang masih memberikan efek sisa di 11 bulan yang akan datang. Karena tidak ada ajaran satupun yang mewajibkan hanya dibulan ramadhan kita ta’at kepada allah sedangkan di luar ramadhan melakuakn maksiat dan kembali lagi ke perbuatan sedia kala. Orang yang seperti ini tidak layak dikatakan sebagai orang yang bertaqwa.

Di antara ciri orang yang bertaqwa adalah sebagaimana tersebut didalam surat : Q.S. Ali 'Imran : 134
الذين ينفقون فى السراء و الضراء والكا ظمين الغيظ و العا فين عن النا س إن الله يحب المحسنين
Artinya: (orang yang beriman)…. adalah orang yang menginfakkan harta bendanya baik dalam keadaan sempit maupun dalam keadaan lapang, menahan marah, mema'afkan orang lain. sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat baik
.
Ada tiga hal yang penting untuk kita renungkan di dalam ayat tersebut:
Pertama, Infak dalam keadaan susah maupun dalam keadaan lapang, artinya untuk mencapai derajat ketaqwaan maka Allah memberikan kebabasan kepada semua kalangan baik orang yang di beri rizki yang lapang maupun yang ditimpa kekuarangan dalam harta, ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya mengedepankan kualitas dari ibadah tersebut. Infak ternyata tidak dapat dilihat dari nilai kwantitasnya, bisa saja seseorang berinfak jutaan rupiah tetapi persoalan kwalitas tidak menutup kemungkinan justru yang ratusan ribu adalah lebih berkwalitas… karena yang jutaan rupiah mempunyai aset yang besar sedangkan yang ratusan ribu keluar dari tangan orang orang yang mempunyai aset jutaan rupiah..

Kedua, Menahan rasa Marah marah adalah sifat yang dapat merusak sifat kesucian seseorang, Oleh karena itu tahanlah semua kemarahan yang ada, selsesaikan semua masalah dengan berbicara dan duduk bersama dengan harmonis. Pada tahap tertentu kemarahan akan merusak detak jantung dan menjadikan peredaran darah tidak berjalan dengan normal, yang akhirnya akan menyakiti diri sendiri.

Agaknya ajaran menahan amarah ini menjadi hal penting dalam kehidupan kita sehari hari. Dan merupakan solusi murah untuk mengurangi keresahan dan kesengsaraan dalam jiwa. Yang ada kaitannya dalam hal ini adalah ciri ketiga Memaafkan, memaafkan adalah sehat, kalau kita tahu bahwa marah adalah bagian dari penderitaan maka obat yang mutlah dibenarkan adalah memaafkan, karena itu di dalam al Qur'an setiap ayat yang berkaitan dengan kesalahan seseorang adalah dengan kata memafkan dan bukan minta maaf.

Seseorang yang minta maaf bisa saja hanya hiasan bibir belaka, tetapi dalam hati kecilnya masih ada sisa-sisa kekesalan, tetapi orang yang memaafkan kesalahan orang lain, tentu dengan tulus dan tidak mungkin membohongi dirinya. akan berdampak positif terhadap beban jiwanya yang diberatkan oleh rasa marah yang pernah dirasakannya.

Intinya pada hari ini adalah hari kemenangan bagi kita semua…
Karena itu, sebelum meminta maaf hendaknya seseorang dengan tulus dari sanubari hati terdalam bahwa, kita pernah melakukan kesalahan sehingga permohonan maaf yang disampaikan tidak hanya ritual formal belaka tetapi permohonan maaf yang berdampak positif dan terlahir karena dorongan hati nurani terdalam dari diri kita.

1. Kemenangan iman atas kekufuran
Kenapa keimanan itu pasti menang? karena, keimanan adalah kehidupan, sementara kekufuran adalah sebuah kematian. Keimanan adalah kehidupan hati seorang yang mendapatkan pancaran nur Robbani yang menerangi kehidupan, sehingga seorang muslim mengetahui tujuan hidupnya, Berbeda dengan watak kekufuran yang selalu menyeret manusia kepada kehancuran, tindakan anarkis, dan mandul dalam memproduksi kebaikan,

يأيها الذين آمنوا استجيبوا لله وللرسول إذا دعاكم لما يحييكم واعلموا أن الله يحول بين المرء وقلبه وأنه إليه تحشرون
“ Wahai orang-orang yang berimana!Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerukan kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi anatara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”QS:8:24

2. Kemenangan akhirat atas dunia
Karena dalam ibadah puasa kita diajarkan untuk menahan kenikmatan sesaat di dunia demi memperoleh kenikmatan abadi di akhirat, obesesi ini lah yang kemudian menjadi kebahagiaan dan merupakan kemenangan kita yang kita peringati saat ini. Karena kebahagiaan dunia adalah kenikmatan yang semu, nikmat sejati adalah kenikmatan ukhrawi..

يأيها الذين أمنوا مالكم إذا قيل لكم انفروا في سبيل الله اثاقلتم إلى الأرض أرضيتم بالحيوة الدنيا من الآخرة فمامتاع الحيوة الدنيا في الآخرة إلا قليل
“ Wahai orang-orang yang beriman!mengapa apabila dikatakan kepadamu “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah “ kamu merasa berat dan tinggal di tempatmu?apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat?padahal kenikmatan hidup di dunia ini ( dibandingkan dengan kehidupan)di akhirat hanyalah sedikit”QS:9:38

4. Kemenangan kesabaran dan pengendalian diri
Hari raya idul fitri adalah hari dimana kaum muslimin merayakan kemenangan kesabaran dan pengendalian diri dalam bulan ramadhan, dimana seluruh ummat islam mampu mengendalikan diri dengan kesabaran, tidak minum dan tidak makan, padahal alangkah mudahnya untuk bohong berpuasa, hal ini tidak dilakukan demi kesabarannya untuk mengendalikan diri.

يقول الله عزوجل إنما يذر سهوته و طعامه وشرابه لأجلى و أنا أجزى به
نما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب
“……Hanyaorang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas”QS:39:10

5. Kemenangan kepedulian sosial
Hari raya idul fitri hendaknya dijadikan momentum penting untuk mempertahankan kebersamaan dan persatuan, seperti halnya kita melaksanakan shalat tarawih witir tadarus bersama dan juga buka puasa bersama. Sebagai bentuk kepedulian kita terhadap kaum yang tak berpunya. Idul fitri yang kita rayakan saat ini tidak lain adalah bagian dari penguatan makna kebersamaan kita dalam payung agama allah.

Kebersamaan ini tidak boleh berhenti hanya dibulan ramadhan saja tetapi kebersamaan dalam amal islami menuntut adanya kesinambungan dan kontinyuitas terpadu, sehingga kaum muslimin dalam ibadah dan perjuangannya terutama menghadapi kedzoliman, kemaksiatan, dan musuh-musuh Allah lebih mendapatkan barakah dari Allah swt,

Terakhir, melalui mimbar ini marilah kita berjanji untuk senantiasa menjaga kemenangan-kemenangan yang telah dianugerahkan oleh Allah swt, sebab kemenangan itu anugerah Allah yang wajib kita syukuru bersama.
الله أكبر, الله أكبر, الله أكبر, ولله الحمد
بارك الله لى ولكم فى القرأن العظيم ونفعنى و إياكم بما فيه من الأية والذكر الحكيم . و تقبل منى ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم .

Kalah Karena Tergoda Rampasan Perang

Kalah Karena Tergoda Rampasan Perang

Tsauban, maula (orang yang diperwalikan) Rasulullah saw, mengisahkan beberapa peristiwa mengandung hikmah, yang dialami bersama Rasulullah saw. Antara lain, pada suatu hari, Rasulullah saw mendoakan semua keluarganya, termasuk Ali, Fatimah, dan lain-lain.

Tsauban bertanya, "Ya, Nabiyullah, apakah saya juga termasuk yang tuan doakan bersama anggota keluarga tuan yang mulia itu?" "Ya, Tsauban", jawab Rasulullah. "Selama engkau hidup mandiri, tidak berdiri di depan pintu rumah orang untuk meminta-minta, dan menengadahkan tangan ke hadapan seorang amir (penguasa) memohon sesuatu."


Beberapa waktu setelah terjadi Perang Uhud pada tahun ketiga hijriah, kaum Muslimin Madinah dilanda kesedihan mendalam. Mereka kehilangan tujuh puluh sahabat, saudara, dan kenalan dekat, diantaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, yang bergelar "Singa Allah".

Semua itu terjadi akibat sebagian pasukan Islam mengabaikan perintah Rasulullah, terutama pasukan artileri (pemanah) yang ditempatkan di Bukit Rumat, di sisi Padang Uhud tempat pertempuran berkecamuk.

"Siagalah di situ, menjaga pasukan musuh yang kemungkinan masuk dari arah belakang", demikian intruksi Rasulullah yang terjun langsung memimpin pasukan infanteri berlaga melawan pasukan kafir Quraisy.

Strategi itu sangat tepat, pasukan kavaleri Quraisy pimpinan Khalid bin Walid tidak dapat masuk memberi bantuan. Mereka tertahan oleh pasukan artileri Muslin dengan tembakan panah-panahnya yang terarah ke sasaran. Bahkan, ketika pasukan infanteri Quraisy terdesak ke kaki Gunung Uhud, pasukan kavaleri Khalid bin Walid tidak dapat bergerak sama sekali.

Pertempuran usah sudah dengan kemenangan pasukan Islam. Pasukan Quraisy berlarian menyelamatkan diri ke lereng-lereng Gunung Uhud. Mereka meninggalkan segala harta milik mereka, pedang, tombak, tameng, kuda, serta perhiasan dan segala simbol kemegahan militer yang lazim dibawa ke medan perang kala itu.

Sambil mengejar sisa-sisa pasukan yang masih mencoba melawan atau bertahan, pasukan Islam mengumpulkan ganimah, harta rampasan perang yang terserak-serak di antara mayat bergelimpangan dan genangan darah.

Tiba-tiba pasukan artileri di Bukir Rumat tergoda oleh limpahan ganimah. Mereka lupa terhadap kewajiban menjaga posisi belakang. Apalagi pasukan kavaleri Khalid bin Walid sudah tidak terlihat. Mereka menduga, pasukan Khalid bin Walid sudah kabur duluan setelah melihat kekalahan telak pasukan infanteri Quraisy.

Maka, mereka segera berhamburan turun. Ikut menyerbu ganimah. Saat itulah pasukan berkuda Khalid yang ternyata bersembunyi di balik pohon-pohon kurma datang menerjang. Pasukan Islam sangat terkejut. Kalang kabut memberikan perlawanan seadanya. Gugurlah tujuh puluh prajurit. Rasulullah sendiri terluka, dua gigi tanggal kena lemparan senjata.

Konsolidasi pasukan seadanya di bawah komando Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, berhasil menangkal kekalahan lebih telak. Kepulangan ke Madinah, diiringi duka-cinta mendalam.

Beberapa orang Muhajirin berkata, "Seandainya kita tahu apa harta paling berharga daripada emas perak, niscaya kekalahan di Uhud tidak akan terjadi. Kita tidak akan turun dari bukit untuk ikut memburu ganimah".

Mendengar hal itu, Umar yang berada dekat mereka menyatakan, "Perbincangan kalian ini akan ditanyakan kepada Rasulullah saw".

Umar segera mencari Rasulullah saw, yang sedang berjalan diiringi Tsauban. Setelah bertemu, Umar menyampaikan segala apa yang dimasalahkan para Muhajirin veteran perang Uhud tadi.

Sambil tersenyum Rasulullah menjawab, "Harta yang lebih berharga daripada emas dan perak adalah apabila kalian memiliki lidah yang selalu menyebut nama Allah, walbu yang selalu bersyukur, dan seorang istri mu'minah yang mendorong kalian untuk tetap menjadi seorang mu'min.

(H. USEP ROMLI H.M. dalam PR 3 September 2010)