Loading...

Asal Usul Tembang Tombo Ati

Mungkin kita akan memperbincangkan sesuatu hanya sekedar mencari asal usul tembang tombo ati, yang mana hal ini sama sekali tidak mempengaruhi terhadap kualitas isi syair Tombo Ati itu sendiri. Bagi kami, dari manapun asalnya tidak terlalu penting yang terpenting adalah kualitas isinya, Syair ini sudah saya kenal sejak kecil, bahkan sebelum sekolah di Madrasah Ibtidaiyah, biasanya dipakai untuk pujian sambil menunggu jama’ah sholat.

Konon syair ini dikarang Sunan Bonang, memang ajaran para sunan tidak ‘njlimet’ beliau-beliau ini dalam menyebarkan ajaran agama menyatu dengan tradisi, pendekatannya persuasif, menanam ajaran Islam dalam tradisi tersebut, sehingga tumbuh dan bercabang menjadi tradisi yang islami dan sama sekali tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama islam, meskipun akhir akhir ini ada sekelompok kecil yang mneragukan keabsahan ajaran para sunan tersebut. Bisa jadi cara istinbath-nya yang berbeda sehingga menganggap bahwa setiap yang baru adalah terlarang.

Di duga bahwa asal usul tembang tombo ati diambil dari sebuah kitab karya Ibnu al-Jauzi (597) yaitu “Shifat Ash Shafwah” bahwa pada saat menulis biografi Yahya Bin Mu'adz Ar Razi (w.258 H), Yahya menyampaikan lima obat hati (jw. tombo ati) bisa di ruju’ dalam kitab Shifat Ash Shafwah, 4/92.

Dalam kitab itu Yahya bin Muadz menyatakan,
دواء القلب خمسة : قراءة القرأن بالتفكر وخلاء البطين . قيام اليل . تضرع عند السهر . مجالسة الصالحين (صفة الصفوة لإمام الجوز)
Obat hati ada lima, membaca qur’an dan merenungkannya, mengosongkan perut, sholat malam, merndahkan diri pada waktu sahur, berkumpul dengan orang-orang shalih

Agaknya makna tersebut sangat dekat dengan syair tombo ati yaitu;
Tombo ati iku ono limo: obat hati itu ada lima
Moco qur’an angen-angen sak ma’nane: membaca qur’an sambil merenungkan maknanya
Kudu weteng ingkang luwe: perut harus lapar
Sholat wengi lakonono: sholat malam, jalankanlah
Dzikir wengi ingkang suwe: dizir di waktu malam yang lama
Wongkang sholih kumpulono: orang sholih kumpulilah

Jika benar bahwa Sunan Bonang adalah menggubah syair dari ajaran yang disampaikan oleh Mu’adz bin Yahya, maka alangkah cerdasnya beliau membaca situasi danmasyarakat pada masa itu yang tidak banyak mengerti tentang Bahasa Arab. Bisa diduga seandainya disampaikan dalam bahasa Arab maka ajaran tombo ati akan lekas lenyap dari ingatan para pendengarnya.

Seandainya rajutan kata yang di susun oleh ini faktor kebetulan pun, kita tetap angkat topi setinggi-tingginya atas ilmu yang di ampuh sebagai teladan masyarakat di zamannya. Agaknya corak dakwah semacam ini berbeda jauh dengan masa sekaran dimana selalu saja yang Jika demikian, maka hal ini merupakan salah satu indikator bahwa ajaran Walisongo bersumber kepada ulama terdahulu, tinggal generasi Islam saat ini, tidak hanya bisa manghafal, namun juga dituntut untuk mengamalkan 5 perkara yang amat dianjurkan itu, hingga hati menjadi tenang.

Metodologi Tasawuf Baru, Mungkinkah?

Untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan dibutuhkan metode formula tertentu meskipun dengan formula apapun sah dan dibolehkan dan terbuka luas untuk berbagai cara. Cara dan metode tersebut dibukukan dalam kerangka memberikan arahan dan panduan yang dikodifikasikan dalam bentuk disiplin ilmu yang disebut dengan ilmu tasawuf.

Tasawuf adalah jembatan manusia untuk mendekati tuhannya, mungkin ada yang mengatakan bahwa ini bukanlah ilmu tuhan karena diciptakan dan dikreasikan berdasarkan kerangka pikiran manusia namun bukan berarti mempelajarinya adalah bid’ah atau ada akan tetapi hal ini dimaksudkan agar orang orang yang ingin mengikuti jalan dan cara bertasawwuf kepada atau mendekatkan diri kepada Allah adalah bagian dari cara emereka untuk mendapatkan

Dalam kerangkan perkembangan ilmu pengetahuan tidak menutup kemungkinan akan muncul konsep metodologi dalam tasawwuf, meskipun konsep baru tersebut turunan dari konsep lama, karena memang pada dasarnya ilmu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan tempat. Faktor lain yang ‘diduga’ dapat menimbulkan perkembangan ilmu tasawwuf baru adalah kita tahu bahwa pada permulaannya ilmu tasawwuf adalah hasil dari refleksi mendalam yang tinggi dari para saliknya. Tingkat subyektifitas itulah yang memungkinkan adanya konsep baru dalam tasawuf menjadi tumbuh

Ushul Fiqh Menjadi Pelentur Fiqh yang Menyeramkan


Ushul fiqh bukanlah fiqh, tapi antara ushul fiqh dan fiqh mempunyai kaitan erat yang tak mungkin dipisahkan. Sederhananya, ushul fiqh adalah metodologi istinbath yang mampu meramu Nash menjadi produk jadi yang bernama fiqh. Untuk memberi gambaran Antara ushul fiqh dan fiqh barangkali dapat diilustraikan seperti meracik sayur sop dari bahan sayur yang sudah ditentukan agar menjadi hidangan lezat yang tidak membahayakan. Nah, meraciknya adalah ushul fiqh sedangkan produk olahannya disebut fiqh, sedangkan bahannya adalah nash suci Al Qur’an dan Hadits.

Memahami Al Qur’an dan Hadits dibutuhkan penguasaan berbagai disiplin keilmuan secara matang, mengingat ‘hitam-putihya’ produk fiqh ada di tangan sang pengambil dalil yang disebut dengan mujtahid. Mujtahid seperti yang syaratkan seperti pendapat Imam Syafi’i bahwa hafal al-Quran dengan tafsirnya, sebab turunnya (asbabun nuzul), muhkam dan mutasyabihat harus ditambah lagi hafal hadits sahih minimal 1000 hadits beserta sanadnya, menguasai bahasa Arab dengan segala pranata pendukungnya; nahwu, shorof, ilmu badi’, ma’ani dan masih banyak lagi, di era saat ini mencari orang yang memenuhi syarat tersebut tentu sangatlah sulit –untuk tidak mengatakan mustahil—oleh karenanya dalam perkembangan ilmu ushul ada tawaran wacana ijtihad jama’iy, yakni mengumpulkan banyak orang yang benar benar menguasai ilmu dibidangnya dalam kerangka memenuhi syarat mujtahid fardi di atas untuk berembug dalam pengambil keputusan. Meskipun metode ini masih dalam tahap wacana yang entah sampai kapan tawaran solutif tersebut di implementasikan.

Namun harus diakui dalam pengambilan hukum, NU dengan metode Bahtsul Masa’ilnya adalah sebuah terobosan baru di dunia ‘ijtihad’ yang belum dimiliki organisasi lain. Keunikan dari Bahtsul Masa’il adalah sistem pengambilan hukum masih terpaku pada teks khazanah klasik karya para ulama’ terdahulu yang sudah mempunyai kapabilitas mendekati syarat seorang mujtahid. Mungkin hal ini adalah sebagai bentuk ihtiyath dan sebagai perpanjangan pendapat dari ulama’-ulama’ sebelumnya.

Walaupun kegiatan luhur menjaga (al-Muhafadhot) keilmuan masa lalu selalu mengundang tanya, sampai kapan teks hasil karya ulama’-ulama’ tersebut mampu bertahan? Bukankah problem hukum akan terus berubah-ubah berdasarkan tuntutan zamannya. Namun, untuk mewaspadai kelangkaan teks tersebut rupanya tawaran bahtsul masa’il manhaji munas NU di Lampung akan menjadi tawaran solutif dalam memacah kebuntuan di bidang fiqh jika suatu saat stadiumnya sudah ‘emergency’. Jika benar bahwa nantinya akan dipakai sebagai metode pengambilan hukum --ala NU- maka munas lampung adalah munas yang paling bersejaran dalam dunia per-fiqh-an, sekali lagi ala NU 

Jadi, kita dapat memberikan kesimpulan sementara bahwa wajah fiqh yang menyeramkan dengan halal dan haram masih bisa ‘lentur’, dengan kata lain Ushul Fiqh menjadi pelentur fiqh yang menyeramkan dengan konsep ushuliyyah sebagai metodologinya dan maqoshidussyar’iyyah sebagai prinsip dasarnya. Dengan ushul fiqh, Nashus bukan teks mati (jumud) tetapi menjadi teks hidup yang kekal sepanjang zaman.
Ceramah Singkat

Ceramah Singkat

Admin Blog ini membuka ruang iklan untuk usaha sobat semua bila dibutuhkan kami siapkan space khusus untuk menayangkan iklan dengan biaya per-bulan, dengan bayar pulsa. Sebelum pembayaran silahkan hubungi kami terlebih dahulu

Perlu anda ketahui bahwa Blog ini minimal dikunjungi kurang lebih 10.000 visitor. Dengan kunjungan tersebut jikakita menggunakan perhitungan 5% saja dari pengunjung tersebut tertarik, maka kepada 500 visitor usaha anda akan terkunjungi.

Belum lagi blog ini terintegrasi dengan twitter dan facebook admin plus FP yang memang baru beranjak puluhan Likers,

Bila tertarik silahkan kirim email ke admin blog ini.

KONTAK KAMI
Email: ceramahsingkat@gmail.com
SMS Only: 0882-1065-7452
atau bisa juga melalui mention di twitter dan facebook yang kami kelola

Twitter : @ceramah_singkat
Facebook: Like Ceramah Singkat
Setelah Koalisi....

Setelah Koalisi....

Tapak kaki sang petualang telah kembali ke gudang
Nampak terang dalam otaknya seperti kelelahan
Ada yang senyum menyerigah karena menang
Ada yang merintih pilu bercucur air mata kesedihan

Direkam semua jejaknya
Dihitung semua angkanya
Dilirik hendak berteman atau melawan
Setelah jadi lawan
Esok menjadi teman

Kumpulan teman campur lawan
Juga hendak membuat sebuah kekuatan
Kekuatan untuk mengalahkan lawan
Saling melawan, saling menang

Kau yang ku cinta hendak dipinang
Entah mau dibalut sutera atai di ukir noda
Setelah koalisi diapakan dirimu
Negeri tercinta bersabarlah...
Bersabarlah menunggu perlakuannya
Tuhan pemilik segalanya
Jadi Nabi Palsu Aja #plakk

Jadi Nabi Palsu Aja #plakk

Rupanya opini nabi palsu ingin tampil juga disela-sela gencarnya berita tentang perhelatan politik menuju kursi legisatif dan ekskutif, opini nabi palsu bak iklan yang mengajak berhenti sejenak untuk menikmati lucunya sang pengaku nabi palsu. Hari gini.., masyarakat sudah secerdas sekarang masih saja ada yang mengaku menjadi Nabi. haha....

Ini hanya humor belaka, tak usah ditanggapi serius ya, sebut saja ada dua orang yang satu pejabat tinggi yang satu rakyat jelata, keduanya sama sama mengetahui profil dan kehebatannya

Pejabat: "Kang, saya butuh orang untuk meduduki jabatan penting di daerah ini"
Kang : "jabatan itu, kok kelihatannya menarik sekali..."

Pejabat: "Aku butuh camat yang bisa membangun daerah ini menjadi daerah maju"
Kang : "nggak mau...!!!" Pejabat tersebut kaget bukan kepalang
Kang: "masak aku sehebat ini cuma jadi camat, aku habis baca buku segudang kok..!"

Pejabat: "lho.. terus mau jadi apa?.., masak mau jadi bupati, Kang".
Kang: "jangan jadi bupati atau menteri, jadi presiden saja saya tidak mau..?

Pejabat tersebut kaget bukan kepalang

Pejabat:" lalu..! mau jadi apa kang?"
Kang: "Aku mau jadi Nabi aja" #plakkkk tamparan mendarat di pundaknya,
Pejabat:" Jadi NABI PALSU aja, Syahadatlah kang..."
 Malu Menjadi Ciri Khas Manusia Sehat

Malu Menjadi Ciri Khas Manusia Sehat


اَلْـحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ
“Malu itu kebaikan seluruhnya.”(HR. Bukhari-Muslim)

CERAMAH tasawuf | Malu menjadi ciri khas manusia sehat secara spiritual, sifat ini disematkan kepada manusia agar menimbulkan kemampuan untuk menahan diri dari berprilaku binatang, kata al haya’u (malu) seakar dengan kata al-hayatu (hidup), Ibn Qayyim menegaskan, Sedikitnya rasa malu tanda hati dan ruh mati, juga seakar dengan kata al-hayaa (air hujan) yang berarti menumbuhkan dan membangkitka untuk menjalankan perintah karena malu kepada Allah, derajat sifat malu amatlah mulia di Sisi-Nya.

Sedangkan menurut istilah malu adalah akhlaq yang sesuai dengan sunnah, membangkitkan fikiran untuk meninggalkan perkara yang buruk dan menjalankan perintah Allah sebagai kewajiban dan memenuhi hak Allah atas hambanya. Bisa dibayangkan betapa bejatnya orang yang kehilangan sifat malu “Sesungguhnya termasuk yang didapati manusia dari perkataan para nabi terdahulu adalah, ‘Jika engkau tidak malu maka lakukanlah sekehendakmu’

Al kisah ada seorang sahabat mendengar
Rasul saw bersabda: “Hendaklah kamu benar-benar malu kepada Allâh!”.
Kami mengatakan, “Wahai Rasûlullâh, al-hamdulillah kami malu (kepada Allah)”.
Rasul bersabda: “Bukan begitu, Tetapi sesungguhnya malu kepada Allâh adalah engkau menjaga kepala dan isinya, menjaga perut dan apa yang berhubungan dengannya, dan hendaklah engkau mengingat kematian dan kebinasaan. Dan barangsiapa menghendaki akhirat, dia meninggalkan perhiasan dunia. Barangsiapa telah melakukan itu, berarti dia telah benar-benar malu kepada Allah (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Karena malu adalah sifat tentu bisa menmpel dimana-mana, bahkan bisa menempel diperbuatan baik, ada sebagian orang yang melakukan perbuatan buruk karena malu dengan temannya, ada juga yang melakukan ibadah karena malu, begitu juga sebaliknya. Malu kepada Allah bila tidak melakukan kewajiban dan menjauhi larangan-Nya karena malu kepada Allah, malau dalam konteks ini adalah sebagian dari perbuatan iman. Jadi, Koruptor yang merampok uang rakyat tidak lain adalah disebabkan karena pada saat melakukannya pasti tidak disertai dengan sifat malu, sehingga dengan mudah ia melakukan semaunya
Rasul Saw bersabda :
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ اْلأُوْلَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
Sesungguhnya di antara apa yang didapati manusia dari kalam nubuwwah yang terdahulu adalah “apabila engkau tidak malu, maka lakukanlah semaumu”(HR. Al Bukhari / 6120)

Dahulu, orang-orang Jahiliyyah –yang berada di atas kebodohannya- sangat merasa berat untuk melakukan hal-hal yang buruk karena dicegah oleh rasa malunya, diantara contohnya ialah apa yang dialami oleh Abu Sufyan ketika bersama Heraklius ketika ia ditanya tentang Rasul saw
“Demi Allah, kalau bukan karena rasa malu yang menjadikan aku khawatir dituduh oleh mereka sebagai pendusta, niscaya aku akan berbohong kepadanya (tentang Allah swt).” (HR.al-Bukhari). Rasa malunya menghalangi dia untuk berbuat dusta atas nama Rasulullah saw lantaran malu jikalau Abu Sufyan akan dituduh sebagai pendusta.
***
Menempatkan sifat malu sesuai pada porsi dan kebutuhannya akan menjadi hiasan setiap aktifitas yang dikerjakan, malu kepada Allah dalam meninggalkan perintah, malu kepada jabatan bila berkhianat dan seterusnya, untuk itu perlu bagi kita mengoptimalkan rasa malu itu dengan membangun logika akal sebagai pertimbangannya dan agama sebagai ‘patokan’ hidupnya, agar merasakan malu atas tanggung jawab yang diembannya Rasul saw bersabda:

مَا كَانَ الْفُحْشُ فِي شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ، وَمَا كَانَ الْحَيَاءُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ
“Tidaklah perbuatan keji ada pada sesuatu kecuali akan mengotori. Dan tidaklah sifat malu ada pada sesuatu melainkan pasti akan menghiasinya.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)

Dalam kaitannya masalah di atas Hasan al-Bashripernah mengatakan ada empat hal bila empat hal tersebut ada pada diri seseorang satu saja maka ia dianggap menjadi oranag yang sholih
  • Agama sebagai petunjuknya
  • akal yang meluruskannya
  • mawas diri yang menjaganya
  • malu yang menggiringnya.”
Sifat malu membuahkan terjaganya kehormatan dan wara’ yang merupakan sifat mulia di hadapan Allah dan makhluknya, seseorang yang hidup tanpa rasa malu akan dibenci oleh manusia lainnya, terlebih lagi jika soal makan (harta) dan jabatan. Gejolak akhir-akhir ini banyak yang sudah tidak malu-malu dalam soal jabatan telah terjadi, mayoritas yang ingin duduk sebagai calon legislatif dibangsa ini minta dipilih, menurut kami, hal itu adalah sangat menggelikan bukankah mereka juga harus malu pada dirinya sendiri bila tidak mempunyai kelebihan dan kehebatan dalam menejemen berstrategi mengatur rakyatnya. Namun yang terjadi bukan sikap malu yang tumbuh adalah dorongan nafsu merasa bisa menjadi pimpinan. Mungkinkah masih ada rasa malu dalam dirinya? jawabnya yang pasti dapat dijumpai dalam dirinya masing-masing