Loading...

Bahaya Makan Berlebihan

Berlebihan dalam hal makan sangat tidak dianjurkan dalam ajaran agama Islam, terlebih lagi makanan yang diharamkan, makanan yang halal akan dihisab sedangkan makanan yang haram akan mendatangkan adzab. Bahaya berlebihan makanan membahayakan kesehatan terlebih sangat membahayakan kondisi spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

Dalam ceramah singkat ini akan diperdalam pembicaraannya dalam kasus bahaya makan berlebihan terhadap kinerja spirtualitas dalam mendekatkan diri kepada Allah swt. Ditemukan di dalam kitab minhajul abidin karya Imam Ghazali, paling tidak ada 10 bahaya berlebihan makan

Pertama,
إن فى كثرة الأكل قسوة القلب
Sesungguhnya dalam berlebihan makan ada hati yang keras, Bahaya makan berlebihan menyebabkan hati menjadi keras dan hilangnya sinar hati dari petunjuk Allah. Kehilangan sinar hati dari petunjuk Allah adalah kerugian besar bagi seorang mukmin, karena dengan hilangnya petunjuk yang menciptakan hidup ‘nyasar’ dari rel agama yang benar.

Perut yang diisi makanan berlebihan bagaikan memanaskan bejana di atas tungku, sedang di atas bejana yang dipanaskan tadi ada sebuah benda, bila tungku dinyalakan terus menerus maka benda yang berada di atas bejana akan gelap karena asapnya dan bahkan bisa menggosongkan benda tersebut. Kayu sebagai bahan bakar tungku itu adalah makanan sedangkan bejana diserupakan perut dan hati berada di atas perut tersebut. Pada akhirnya hati menjadi gelap dan keruh begitula itulah analogi filosofis hati yang keras karena makan berlebihan

Kedua,
إن فى كثرة فتنة الأعضاء وهيجها وأنبعاثها للفضول والفساد
sesungguhnya banyak makan menyebabkan penyakit bagi anggota tubuh, gerak yang dihasilkannya dan berlebihan serta kerusakan yang ditimbulkannya. Abu Ja’far berpendapat, bila perut dalam keadaan kenyang maka anggota tubuh menjadi lapar, sebaliknya perut lapar (puasa). Maksud dari ungkapan tersebut, bila perut lapar maka anggota tubuh lainnya mudah terjaga dari aktifitas yang tidak perlu atau dengan kata lain sudah kenyang, sebaliknya perut yang berlebihan makan akan menjadikan anggota tubuh lain lapar dan mencari aktifitas yang tidak berkualitas

Terlebih lagi bila sumber makanan itu diperoleh dari usaha yang haram. Makanan dan perut laksana benih dan media tanam, makanan yang haram akan menumbuhkan perbuatan yang haram, begitu pula sebaliknya.

Ketiga
إن فى كثرة الأكل قلة الفهم والعلم
Banyak makan menyebabkan sedikit pemahaman dan pengetahuan, ada unkapan innal bathnah yudzhibna fathonah (perut menghilangkan kecerdasan). Yang dimaksud di sini adalah perut yang berlebihan makanan. Imam Ad Darani ra, seringkali mencegah makan bila ia punya tujuan ukhrawiy hingga tercapai tujuannya. Keempat, Sesungguhnya banyak makan mengurangi ibadah, makan berlebihan membuat badan menjadi bera diajak beribadah, mengantuk dan lain sebagainya. Hal ini tentu sangat logis

Kelima
إن فى كثرة الأكل فقد حلاوة العبادة
Berlebihan makan menghilangkan rasa manisnya beribadah, Dalam hal ini Abu Bakar as-Shiddiq mengaku tidak pernah makan sampai kenyang selma beliau masuk Islam karena khawatir rasa manisnya dalam beribadah berkurang. Oleh karena itu Rasulullah memuji Abu Bakar ra bukan dari segi banyaknya sholat dan puasa, tetapi ia mempunyai sesuatu yang sedikit saja untuk dirinya. Senada dengan pengakuan Ad-Darani ra, bahwa ia lebih manis dalam beribadah bila dalam keadaan perut dan punggungnya menempel (bc. lapar)

Keenam, Banyak makan dikhawatirkan akan terjatuh dalam perkara makan yang syubhat, karena kebiasan makan yang banyak menjadi terbiasa untuk rakus, dalam kondisi demikian sistem filterisasi menjadi berkurang.

Ketujuh
إن فيه شغل القلب والبدن بتخصيله
Banyak makan membuat sibuknya hati dan badan dalam menghasilkannya. Bila kita merenung maka akan kita dapati orang yang butuh makan banyak akan menjadikan dirinya sengsara, sengsara memikirkan banyaknya kebutuhan untuk makan tentu berpengaruh juga dalam usaha memperolehnya, bila sudah memperoleh makan, maka selanjutnya adalah sibuk, memasak kemudian membersihkan wadahnya, tidak sebanding dengan waktu yang dipakai untuk memakan makanan yang telah diusahakan tersebut.

Malik bin Dinar, seorang tokoh sufi terkenal merasa malu bila bolak-balik ke kamar kecil karena buang kotoran atau buang air kecil akibat makanan yang dimakan, hingga beliau berandai-andai, seandainya Allah menciptakan makanannya dari kerikil dimana sekali hisab nutrisinya bisa cukup hingga akhir ajal tiba tentu waktu yang dipakai ibadah bisa lebih lama.

Kedelapan
ما يناله من أمور الأخرة وشدة سكرات الموت
Tidak memperoleh kebaikan dalam urusan akhirat dan memperberat sakaratul maut. Diriwayatkan bahwa beratnya sakaratul maut berbanding terbalik dengan banyaknya mengenyam kenikmatan duniawi, semakin banyak merasakan kenikmatan duniawi, maka semakin berat sakaratyul mautnya.

Kesembilan
نقصان الثواب فى العقبى
Berkurangnya pahala di akhirat, karena telah mendapatkan kenikmatan duniawi sedemikian sehingga berkuranglah kenikmatan di akhirat. Kesepuluh orang yang banyak makan kelak diakhirat dihisabnya lebih lama, karena lebih banyak yang ia pertanggung jawabkan di hadapan Allah swt, makan yang halal ada hisabnya sedangkan makanan yang haram ada adzabnya.

Demikian besar madharat yang didapat bagi orang makan berlebihan, padahal kesepuluh bahaya diatas tersebut adalah prihal makanan yang halal, tentu tidak bisa dibayangkan bagaimana dengan orang yang banyak makan harta yang haram. Makan dalam konteks ini tidak bisa hanya dinilai dari segi sesuatu yang masuk perut,tetapi semua kebutuhan, seperti pakaian, kendaraan, tempat tinggal dan lain lain.

Gerhana Bulan Merah Darah dan Mitosnya

Kabar tersiar bahwa pada hari Sabtu, 4 April 2015 akan terjadi gerhana bulan merah darah (blood moon), ini termasuk salah satu fenomena unik yang jarang kita temui, mungkin karena keunikan tersebut sehingga membangkitkan adanya fenomena gerhana bulan merah darah dan mitosnya berkembang se antero dunia, sejatinya gerhana itu terjadi karena posisi bulan berada pada garis lurus dengan matahari sehingga sinar matahari yang mengenai bulan tertutup oleh bayangan bumi, fenomena ini bisa diamati dengan mata telanjang dan sama sekali tidak berbahaya, tentu langit harus dalam keadaan cerah, karena hal itu menjadi syarat mutlak untuk melihat rembulan.

Macam macam gerhana bulan diantaranya adalah gerhana bulan total dimana semua sisi rembulan dibayangi oleh bayangan inti bumi, fenomena ini bisa mencapai 1 jam 47 menit. Gerhana sebagian jika hanya sebagian bulan saja yang masuk ke daerah umbra Bumi, Gerhana bulan penumbral total Pada gerhana bulan jenis ini, bulan masuk ke dalam penumbra. Tetapi tidak ada bagian Bulan yang masuk ke umbra atau tidak tertutupi oleh penumbra. Pada kasus seperti ini, gerhana bulannya kita namakan gerhana bulan penumbral total. Gerhana Bulan Penumbral Sebagian Dan gerhana bulan jenis terakhir ini, jika hanya sebagian saja dari Bulan yang memasuki penumbra, maka gerhana bulan tersebut dinamakan gerhana bulan penumbral sebagian.

Gerhana sebagian

Gerhana Total
Gerhana bulan penumbral total


Karena gerhana ini terjadi sebagai fenomena alam, maka sudah barang tentu sejak dahulu kala juga pernah terjadi, artinya bukan disebabkan ada fenomena sosial menyimpang atau angkara murka yang menyebabkan rembulan tertutup oleh penumbral bumi. Tidak seperti pada saat saya kecil yang ‘dipaksa’ meyakini bahwa gerhana adalah peristiwa rembulan dimakan oleh buto kala dan untuk mengembalikan rembulan yang dimakan tersebut rame rame diperintah memukul lumpang agar buto kala mengeluarkannya kembali hohohoho..., 

Ada juga yang mempercayai bahwa saat itu Yesus turun ke Bumi, berbeda pula dengan kepercayaan suku India yang mempercayainya gerhana disebabkan oleh adanya naga, dibelahan Amerika ada kepercayaan bahwa gerhana adalah tanda dari Tuhan dan mitos mitos lain yang berkembang diseluruh jagad raya ini. Entahlah apakah sampai saat ini masih ada kepercayaan yang demikian.

Sebagai hamba Allah yang mengimani bahwa seluruh kejadian Alam adalah atas kuasa-Nya termasuk dijadikannya matahari dan rembulan bahwa semua itu adalah bukti (ayat) kekuasan dan kemaha perkasaan Allah.

وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” (QS. Fushilat: 41)

Kepercayaan jahiliyah pada saat wafatnya Putra Rasulullah saw yang bernama Ibrahim bertepatan dengan terjadinya gerhana, mereka orang orang jahiliyyah mempercayai bahwa gerhana terjadi karena mengiring kematian putra Rasul saw, kepercayaan tersebut adalah tidak benar sebagaimana sabda Rasul saw;
 
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ
”Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang.” (HR. Bukhari no. 1060 dan Muslim no. 904).

Dari sini dapat kita pahami secara jelas bahwa, gerhana rembulan merah darah dan mitosnya adalah tidak benar, sama halnya dengan membandingkan, setiap pagi ayam berkokok, tetapi kita tentu meyakini bahwa pagi bukanlah disebabkan ayam berkokok..


Toleransi dan Perdamaian dalam Islam

Oleh: Romly Zarqowi Zein

Marilah kita senantiasa berusaha untuk selalu meningkatkan kualitas takwa kita kepada Allah SWT. karena kualitas takwa itulah yang akan menjadikan kita sebagai manusia paling mulia di sisi Allah SWT.

Para Jamaah Jumat yang dihormati Allah SWT., salah satu tantangan umat Islam akhir-akhir ini adalah adanya asumsi, atau mungkin lebih tepat kita sebut sebagai tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh sebagian tokoh ataupun media khususnya di belahan media barat yang menyatakan bahwa Islam adalah agama yang cinta kekerasan, bahwa Islam adalah agama yang suka berperang, agama yang haus darah, suka membunuh dan suka melakukan tindakan kekerasan-kekerasan lainnya. Sesungguhnya asumsi atau tuduhan-tuduhan semacam ini bukanlah tuduhan yang baru. Akan tetapi akhir-akhir ini semakin masif disebarkan oleh beberapa kelompok, khususnya di luar Islam. Dan sayangnya, tuduhan-tuduhan seperti itu semacam ini seperti mendapat legitimasi, seperti mendapat konfirmasi oleh karena adanya tindakan-tindakan kekerasan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslim, khususnya di belahan dunia lain, bukan di Indonesia.

Kita tahu, atau mungkin kita sudah membaca bahwa sekarang ini ada sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam atau sekelompok muslim yang juga mengatasnamakan Islam akan tetapi menunjukan kepada dunia wajah Islam yang tidak benar, yang keliru, yakni dengan cara melakukan tindakan-tindakan kekerasan. Mereka menghalalkan tindakan pengeboman, membunuh, berperang, menyembelih, membakar, menjual anak-anak dan perempuan serta tindakan-tindakan kekerasan lainnya.

Tentu saja tindakan-tindakan seperti itu tidak direstui – atau boleh kita katakan – tidak sesuai dengan tuntunan Islam. Karena sejak awal Islam diturunkan, Allah menyatakan bahwa dia diturunkan untuk memberikan rahmat dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia sebagai difirmankan Allah dalam al-Qur’an :
وَمَآ أَرْسَلْنَـكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِّلْعَـلَمِينَ
(Wahai Muhammad, Aku tidak mengutus engkau, kecuali sebagai penyebar rahmat -penyebar kasih sayang- kepada seluruh umat manusia dan alam semesta[QS AN-anbiya : 107])

Dari ayat ini kita tahu bahwa salah satu prinsip hubungan manusia yang ditegakkan oleh Islam adalah memberikan kasih sayang. Oleh karena itu setiap tindakan yang menyalahi kasih sayang atau tidak bersemangatkan kasih sayang kepada sesama itu sama saja tindakan yang tidak sesuai dengan tuntutan Islam. Pada saat yang sama, tindakan-tindakan kekerasan semacam itu juga tidak sesuai dengan prinsip Islam yang lain, yaitu toleransi dan perdamaian yang memang dicetuskan sebagai salah satu prinsip Islam, bukan oleh manusia, tetapi oleh Allah SWT dan al-Qur’an.

Prinsip yang kedua tadi selain rahmat, Islam selalu menyeru kepada perdamaian. Allah menyerukan manusia kepada perdamaian dan juga toleransi, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah
“Ciri-ciri iman yang paling utama yaitu yang pertama adalah kesabaran, yang kedua adalah toleransi.” [Dikeluarkan oleh Ahmad 5/319 dari hadits Ubadah bin Ash-Shamit Radliyallahu ‘anhu dan 4/385 dari ‘Amr bin Arbasah Radliyallahu anhu dia berkata : ‘Apa itu Iman ?” Beliau menjawab : “Sabar dan toleransi”]

Jadi tiga itu adalah prinsip dukungan antar hubungan manusia yang dicetuskan oleh Islam, yang pertama adalah Rahmat -atau kasih sayang kepada sesama-, yang kedua adalah selalu berorientasi kepada perdamaian, yang ketiga adalah toleransi. Lalu seperti apa bentuk toleransi yang diajarkan dan dituntunkan oleh Islam? Yang pertama toleransi dalam Islam ditunjukan dengan melalui pengakuannya terhadap perbedaan.

Kita tahu bahwa kita masing-masing berbeda, bahasa beda, warna kulit beda, bangsa beda, suku beda, ini semua -perbedaan tersebut- sesungguhnya semua itu adalah sesuatu yang fitrah. Itu hukum alam yang niscaya tidak bisa ditolak oleh siapaun. Ini bukan pernyataan manusia, tapi ini adalah kehendak Allah. Al-Qur’an sendiri menyatakan bahwa perbedaan itu ; -yang pertama- dia merupakan kehendak Allah SWT (dalam surat Hud : 118 Allah menyatakan) “Seandainya Tuhanmu berkehendak, untuk menjadikan manusia satu macam, seragam, pasti Dia mampu melakukannya. Tetapi manusia diciptakan tetap dalam keadaan berbeda-beda.”

Ini artinya, bahwa perbedaan yang ada di antara kita sekarang ini, adalah sesuatu yang memang dikehendaki oleh Allah SWT. Jadi siapapun yang berusaha untuk menghilangkan perbedaan atau menyeragamkan dan menyamakan semua orang, itu adalah sebuah tindakan yang bertentangan dengan kehendak Allah SWT.
Yang kedua, perbedaan itu disebutkan “..dan dia adalah salah satu tanda kebesaran Allah SWT.”, dalam surat Ar-Rum:22 Allah menyatakan : “Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah itu adalah menciptakan langit dan bumi dan menciptakan perbedaan baik warna kulitmu maupun bahasamu.”

Jadi perbedaan yang ada di antara kita ini sesungguhnya adalah bagian dari tanda kekuasaan Allah yang tidak bisa kita lawan, karena siapa yang sanggup melawan kehendak Allah. Setiap upaya untuk menghilangkan perbedaan, menyeragamkan semua orang itu adalah tindakan yang menentang pada kekuasaan Allah SWT.
Dan yang ketiga perbedaan disebutkan dalam al-Qur’an bahwa itu adalah ujian bagimu. Dalam surat Al-Maidah:48 Allah menyatakan “Jika saja Allah berkehendak, maka pasti Allah akan menjadikan kita semua umat manusia itu menjadi satu macam saja, tidak ada perbedaan, seluruhnya seragam. Akan tetapi Allah ciptakan berbeda untuk menguji manusia terhadap apa yang diberikan oleh Allah, dan ujungnya adalah agar semua berlomba-lomba melakukan kebaikan.”‘

Jadi inti dari ketiga hal itu adalah perbedaan ini adalah kehendak Allah. Seorang syekh dari Mesir bernama Abdullah Daraz menyatakan bahwa perbedaan ini adalah keniscayaan, jadi setiap ada upaya yang ingin menyeragamkan, menyamakan dan mengabaikan perbedaan yang ada di dunia ini adalah tindakan yang pasti akan gagal, karena bukan hanya bertentangan dengan hukum alam tapi juga bertentangan dengan kehedak Allah SWT, sang Maha Pencipta. Hal pertama yang penting adalah pengakuan terhadap perbedaan.

Lalu apa tuntunan Islam tentang cara mengelola perbedaan ini?

Allah SWT. sudah memberikan tuntunan dalam surat al-Hujurat:13 “Wahai manusia, Aku menjadikanmu dari jenis laki-laki dan perempuan dan kami jadikan pula kalian semua berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal (ta ‘aruf).”

Di masyarakat kita kata ta’aruf diartikan sebagai masa penjajakan antara seorang laki-laki dan perempuan karena mereka ingin meningkatkan hubungan ke pernikahan. Tentu saja pemahaman itu tidak keliru, hanya saja itu sebagian kecil saja dari arti ta’aruf. Ta’aruf sendiri dalam Islam bermakna sebagai cara untuk membentuk peradaban yang maju. Ayat ini menyatakan bahwa untuk membentuk peradaban tidak bisa dilakukan oleh satu saja. Akan tetapi harus melibatkan kelompok-kelompok lain yang berbeda. Ta’aruf ini harus melalui berbagai proses. Yang pertama adalah Al-hiwaar atau dialog.

Jadi perbedaan tidak boleh dijadikan alasan untuk membenci atau memusuhi, akan tetapi semua harus dilakukan dengan cara berdialog. Sesuai denga pesan al-Qur’an “dalam persoalan-persoalan yang menyangkut perbedaan harus melalui jalan dialog.” Yang kedua adalah toleransi itu sendiri (tasammuh). Toleransi yaitu kemauan untuk mengakui dan menghargai hak orang lain untuk hidup sesuai dengan jalan hidup yang dipilihnya selama tidak melanggar aturan atau hak-hak orang lainnya. Dalam al-Qur’an misalnya, terkait dengan kebebasan beragama disebutkan “kita diberikan kebebasan untuk memilih keyakinan kita masing-masing dan bekerja sama dengan orang lain.”

Yang ketiga, at ta’awun yaitu bekerja sama dan bersinergi.

Dalam Islam perbedaan dilarang dijadikan alasan untuk berkonflik karena konflik itu akan menghilangkan sebuah bangsa atau umat. “Kalau kalian saling berkonflik, saling berselisih maka kalian akan gagal dalm hidup ini dan kejayaan yang kalian raih semuanya akan musnah“.

Jadi demikianlah beberapa tuntunan Islam mengenai toleransi dan perdamaian yang dimulai dari pengakuan terhadap perbedaan kemudian penyikapannya melalui ta’aruf, melalui 3 jalan yaitu dialog, toleran terhadap perbedaan-perbedaan yang ada dan ketiga harus dibangun sinergi melalui kerjasama berbagai elemen masyarakat. Dengan itulah, Insyaallah, kemajuan dan perdamaian yang dicita-citakan oleh Islam dalam kehidupan bermasyarakat akan tercapai.

[Disampaikan oleh Romli Syarqowi Zein MA. dalam khutbah Jumat di Bellagio Mall 20 Februari 2015]

Terminologi Poligami dalam berbagai agama

CERAMAH SINGKAT, Terminologi poligami selalu menjadi perbincangan yang tak kunjung habis, semakin terminologi poligami dalam berbagai agama agama di dunia, dalam hal ini kami memasukkan agama ardhi sebagai sebuah kredo agama seperti hindu, budha, kristen dan terutama islam, karena penulis masih punya banyak tulisan yang berkaitan dengan poligami dan akan kami posting di beberapa hari ke depan, ikuti kelanjutannya.

Poligami semakin digali semakin bermunculan efek sosial dan problematika keluarga yang muncul, terlebih lagi bila kedua belah pihak sudah mempunyai tanggung jawab keluarga, dapat dipastikan efek dominonya akan bermunculan untuk menyandinginya, tulisan ini bukan bermaksud menjadi tulisan yang berbau sarkasme tetapi melihatfakta yang terjadi di beberapa kasus poligami, karena semua lintasan hidup manusia tentu berbeda antara individu satu dengan individu lainnya. mungkin atas dasar pertimbangan efek sosial dan keluarga inilah sehingga di beberapa negara poligami dipuskan seperti Tunisia dan Turki

Diakui atau tidak diakui ‘poligami’ seolah-olah menjadi sebuah nama monster menakutkan bagi sebagian besar kaum hawa, karena itu poligami harus mendapat ruang tersendiri untuk membicarakannya lebih detail namun dalam tulisan ini hanya sebatas memberikan muqaddimah pandangan agama agama di dunia tentang prinsip dasar yang dipakai sebagai batu pijakan kasus poligami. Kami tidak tahu persis apa landasan poligami agama-agama lain selain Islam, tetapi yang kami tahu dari beberapa sumber antara lain akan dikemukakan di bawah ini.

Dalam soal keluarga hampir tidak ada yang bertentangan kecuali soal poligami dan nikah beda agama, nikah beda agamapun mempunyai aturan tersendiri di dalam Islam, dan pada dasarnya pernikahan beda agama juga tidak di anjurkan. Hal itu dilakukan hanya semata mata sebagai alasan terakhir jika menemui jalan buntu. Pada mulanya arti Poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan, bila istri memiliki beberapa pasangan biasanya lebih dikenal dengan nama poliandri, definisi ini sama halnya menurut antropologi sosial.

Menurut pagangan hukum Hindu, poligami adalah hal dilarang, biasanya hanya dilakukan oleh sebagian kecil penganutnya dari kasta tertentu saja denga alasan unsur politis dan strategis. Misalnya Manawa Dharmasastra Buku ke-3 (Tritiyo ‘dhayayah) ada pasal yang berbunyi "Asapinda ca ya matura, sagotra ca ya pituh, sa prasasta dwijatinam, dara karmani maithune." Artinya, Seorang gadis yang bukan sapinda dari garis-garis ibu, juga tidak dari keluarga yang sama dari garis bapak dianjurkan untuk dapat dikawini oleh seorang lelaki dwijati." Pengertiannya adalah perkawinan itu dianjurkan satu orang gadis mempunyai satu orang laki-laki (monogami) itupun dipilihkan suami iyang sudah dwijati (mapan dan mandiri). 

Kita tahu bahwa cerita maha bharata yang banyak diilhami agama Hindu memang banyak mengisahkan praktek poligami, sebut saja Prabu Pandhu Dewanata yang mempunyai isteri Dewi Madrim dan dewi Kunthi, atau Werkudara yang mempunyai isteri Dewi Nagagini, Dewi Arimbi dan Dewi Urang Ayu, tentu kisah ini kurang tepat jika dijadikan sebagai landasan poligami secara umum. Mereka memiliki kasta tersendiri. Begitupula dalam agama Yahudi, meskipun tidak melarang namun sebagian penganutnya, kini berbagai kalangan dalam agama Yahudi melarangnya

Lain lagi dengan Budha, yang tidak menegaskan relegiusitas boleh dan tidaknya berpoligami, Budha Gautama hanya memberikan nasehat tentang cara berumah tangga, tidak menyebutkan secara detail hukum berpoligami.

Dalam Agama Islam yang paling sering dipakai landasan untuk berpoligami adalah QS. An Nisa’: 2
وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلَّا تَعُولُوا.
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Dalam ayat tersebut di atas adalah ayat yang berkaitan dengan anak yatim yang kemudian berlanjut dengan menikah lebih dari satu, tentu ada makna implisit dari penyebutan anam yatim di sana, dan perlu dikaji ulang bahwa dalam surat an-Nisa ini beberapa ayat setelahnya masih berkaitan dengan pemeliharaan anak yatim sebelum membahas soal pembagian warisan. Poligami yang dilakukan oleh Rasul pada 8 Tahun usianya sebelum meninggal berpulang keharibaan-Nya adalah sebuah pernikahan yang berdimensi ibadah sosial untuk menaikkan derajat perempuan dikalangan Arab yang feodal pada masa itu, yang dinikahipun mayoritas adalah janda yang ditinggal suaminya meninggal dunia kecuali Aisyah ra.

Dalam sebuah riwayat diceritakan, Nabi Muhammad saw marah besar ketika mendengar putrinya, Fatimah akan dimadu oleh Ali bin Abi Thalib. Ketika mendengar kabar itu, nabi pun langsung masuk ke masjid dan naik mimbar, lalu berseru: “Beberapa keluarga Bani Hasyim bin al-Mughirah meminta izin kepadaku untuk mengawinkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Ketahuilah, aku tidak akan mengizinkan, sekali lagi tidak akan mengizinkan. Sungguh tidak aku izinkan, kecuali Ali bin Abi Thalib menceraikan putriku, kupersilakan mengawini putri mereka. Ketahuilah, putriku itu bagian dariku; apa yang mengganggu perasaannya adalah menggangguku juga, apa yang menyakiti hatinya adalah menyakiti hatiku juga”. (Jami’ al-Ushul, juz XII, 162)

Dasar inilah yang dipakai oleh kalangan agamawan untuk menentang praktik poligami, Mahkamah Konstitusi sendiri menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, menyatakan bahwa asas perkawinan adalah monogami, dan poligami diperbolehkan dengan alasan, syarat, dan prosedur tertentu tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan hak untuk membentuk keluarga. Yang harus diingat adalah, suami tidak boleh bersifat egoistik mementingkan mawadah untuk dirinya sendiri tanpa memperhatikan mawaddah orang lain (isteri), karena prinsip dasar keluarga bahagia adalah saling memiliki tanpa pamrih (mawaddah). Sampai di sini tulisan terminologi poligami ditinjau dari berbagai agama, kami akan mempertajam pada postingan berikutnya tentang poligami menurut agama Islam, karena selalu memberikan peringatan kepada hati agar tetap istiqomah dan berjalan di rel agama yang sesungguhnya.. amiiiin.
Umat Islam Shalat Menghadap Ka'bah, Bukan Berarti Allah Berada di Dalam Ka'bah

Umat Islam Shalat Menghadap Ka'bah, Bukan Berarti Allah Berada di Dalam Ka'bah

Si A : Mengapa orang Islam menyembah kotak hitam?
Ustadz : Salah itu! Umat Islam tidak menyembah kotak hitam, tapi menyembah Allah.
Si A : Bukankah orang Islam shalat menghadap Ka’bah, satu kotak yang berwarna hitam? Apakah Allah itu ada di dalam Ka’bah?
Belum sempat sang ustadz menjawab, terdengar handphone-nya si A berbunyi. Setelah si A selesai menjawab panggilan di handphonen-ya, dia memandang sang ustadz. Sang ustadz tersenyum.
Si A : Mengapa tersenyum? Apa jawaban dari pertanyaan saya tadi ustadz?
Ustadz : Hmm… Perlukah saya menjawab pertanyaanmu?
Si A : Ah, pasti kau tidak bisa menjawab bukan? hehehehe.....
Ustadz : Bukan itu maksud saya. Saya melihat kau kurang menyadarinya.
Si A : Mengapa kau bicara begitu?
Ustadz : Tadi saya lihat kau bicara sendiri, ketawa dan tersenyum sendiri. Dan kau mencium HP itu sambil bicara “I love You”
Si A : Saya tidak bicara sendiri. Saya bicara dengan istri saya. Dia yang telfon saya tadi.
Ustadz : Mana istrimu? Saya tak melihatnya.
Si A : Istri saya di Padang. Dia telfon saya, saya jawab menggunakan telfon. Apa masalahnya? [ heran ]
Ustadz : Boleh saya lihat HP kamu?
Si A mengulurkan HP-nya kepada sang ustadz. Sang ustadz menerimanya, lalu membolak-balikan HP itu, menggoncang-goncangnya, mengetuk-ngetuk HP tersebut ke meja.
Ustadz : Mana istrimu? Saya lihat dia tidak ada di sini. Saya pecahkan HP ini pun istrimu tetap tak terlihat di dalamnya?
Si A : Mengapa kau bodoh sekali? Teknologi sudah maju. Kita bisa berbicara jarak jauh menggunakan telfon. Apa kau tak bisa menggunakan otakmu?
Ustadz : Alhamdulillah [senyum]. Begitu juga halnya dengan Allah SWT. Umat Islam shalat menghadap Ka’bah bukan berarti umat Islam menyembah Ka’bah. Tetapi umat Islam shalat atas arahan Allah. Allah mengarahkan umat Islam untuk shalat menghadap Ka’bah juga bukan berarti Allah ada di dalam Ka’bah. Begitu juga dengan dirimu dan istrimu. Istrimu menelfon menggunakan HP, ini bukan berarti istrimu ada di dalam HP. Tetapi ketentuan telekomunikasi menetapkan peraturan
Si A : Bisa saja kau [ Garuk kepala tak gatal ]
Ustadz : Ada satu lagi, bilamana shalat tidak menghadap ka'bah, maka arah shalat akan kacau. Ada dua jamaah shalatnya berhadap-hadapan, ada yang shalat sendiri, karena tidak ada arah akan ganjil, ada yang menghadap kekiri dan kekanan. Wah bisa terbayang kan ?
Si A : [ Merenung ]

Memberikan peringatan kepada hati

ceramah singkat Bila hati baik maka semua anggota tubuh akan dibawa kepada kebaikan, sebaliknya bila hati ini tidak baik maka sekujur tubuh akan berbuat kerusakan, begitulah isi hadits Nabi saw, atas dasar itulah menata hati menjadi aktifitas yang sangat vital dalam kaitannya dengan ibadah kepada Allah swt. Adapun caranya adalah dengan sesering mungkin memberikan peringatan kepada hati, bentuk peringatannya adalah memerintahkan hati agar selalu berjalan di koridor agama yang benar, sesuai petunjuk Allah swt.

Pertanyaan selanjutnya kepada adalah, benarkah kita sudah sering memperingatkan kepada hati untuk berbuat yang sebaik baiknyay secara fithrah, jawabnya jelas ‘tidak’, terbukti masih banyaknya kemungkaran yang terjadi, dan kebaikan yang masih ingin diakui oleh orang lain, demikian ini terjadi disebabkan terhalang oleh tabir yang merupakan bawaan sejak lahir, yakni ujian dan hiasan yang dibuat sedemikian rupa oleh Allah untuk menguji kemampuan setiap individu sufi dalam menjaga kefithrahan dirinya.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ.

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Ali Imran: 14)

Dijadikan indah atau sebuat saja hiasan, hiasan adalah sesuatu yang menutupi barang aslinya, seumpama kecantikan, sesungguhnya kecantikan bukanlah dari perhiasan bedak, gincu dan lain sebagainya, karena bedak dan gincu tidak akan bertahan lama tapi hanya untuk sesaat saja, ketika perhiasan itu terkikis maka kecantikannya akan menjadi habis. Orang yang cerdas tentu orang yang tidak tertipu dengan hiasan, bisa membedakan antara hiasan dan hakekat aslinya, bukan sekedar bayangannya saja tetapi benda aslinya. Pendek kata hiasan tidak akan bisa bertahan lama.

Hiasan tersebut bersifat menipu karena menutupi hakikat yang sebenarnya, hakekat sesungguhnya manusia adalah diciptakan dengan tabiat yang fithrah, berdasarkan hadits Nabi saw, 

كل مولود يولد على الفطرة فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih (fithrah), maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi

Pada dasarnya semua orang dengan fithrahnya ia menginginkan kehidupan yang selamat di dunia dan akhirat, jangankan berbuat baik hatta orang orang yang berbuat maksiat sekalipun pasti akan mengharapkan selamat. Seorang koruptor pun ingin selamat dari jeratan hukum, meskipun pada saat melakukan tindak korupsi ia sadar bahwa perbuatanya adalah salah, apalagi orang orang yang berbuat baik, tentu akan sangat berharap untuk mencapai keselamatan di dunia dan di akhirat.

Keinginan selamat itu tidak lain adalah atas dasar dorongan fithrah yang diciptkan sejak lahir. Jadi pencitaannya manusia ini sejak lahir memang sudah bercampur aduk, pada saat bertemunya ruh dengan jasad, bercampur antara ruh yang fithrah dan nafsu. Untuk mengembalikannya kepada fithrah yang sesungguhnya maka kita harus berupaya semaksimal mungkin memberikan peringatan kepada hati agar selalu ingat kepada Allah (dzikrullah) dalam setiap langkah. Terkait dengan campuran penciptaan tersebut, Allah berfirman di dalam QS. Al-Insan: 2;

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

Kalau kita merenungi awal penciptaan manusia berdasarkan ayat di atas, maka kita akan menemukan penyebab tabir menuju fithrah seperti permulaan penciptaan Allah kepada manusia adalah bercampur dengan ujian, nafsu, syahwat. Campuran inilah yang membuat tabir hati menghalangi nur diri kepada Allah.

Oleh karena itu, silahkan kita memiliki apapun termasuk jabatan tapi semua itu adalah ujian dari Allah, silahkan kita mempunyai, silahkan kita bernafsu untuk memperkaya diri dan lain sebagainya atau cinta terhadap lawan jenis, tetapi jangan sekali kali penampakan lahiriyah tersebut tembus hingga menutupi hati yang asalnya bersih (fithrah) karena semua itu adalah hanya hiasan duniawiyah saja. Semoga manfaat dan kita bisa menjauhkan diri dari setiap yang merusak kejernihan hati, sehingga kita kembali kepada Allah dalam keadaan suci, intinya utnuk menciptakan kejernihan hati adalah dengan cara maksimalisasi memberikan peringatan kepada hati

Kelahiran Nabi Isa dan Kuasa Tuhan

CERAMAH SINGKAT, Pada dasarnya ayat yang satu dengan ayat yang lain adalah saling berhubungan kelahiran Nabi Isa dan Kuasa Tuhan sebagai salah satu bentuk ayat yang berhubungan dengan ayat ayat sebelumnya.
dan saling mengikat, begitupula antara surat yang satu dengan surat yang lain mempunyayi keterkaitan pula yang erat dan mengikat, di bawah ini akan ada paparan tentang

Kisah natalitas Nabi Isa as diabadikan di dalam QS. Maryam juga di dalam surat Ali Imran. Dalam susunan mushaf Utsmani Surat Maryam termasuk surat ke-19, dalam surat tersebut di permulaan surat memuat kisah lahirnya Nabi Yahya as putra Nabi Ishaq as, dimana Nabi Yahya dilahirkan dari seorang ibu yang sudah memasuki usia senja dan mandul, peristiwa tersebut menurut pertimbangan akal manusia tak mungkin terjadi. Namun hal itu tidak mengherankan lagi karena setelah usai memuat kisah lahirnya Nabi Yahya kemudian berlanjut dengan kisah lahirnya Nabi Isa tanpa seorang bapak, di sinilah kelahiran Nabi Isa dan Kuasa Tuhan bertindak

Seolah-olah ayat tersebut ingin menunjukkan kepada pembacanya pada waktu itu dan masa mendatang bahwa Allah maha kuasa atas segala yang dikehendakinya. Lahir dari seorang ibu yang memasuki usia senja lagi mandul merupakan peristiwa fenomenal, namun hal itu belumlah seberapa fenomenalnya dengan seorang bayi yang dilahirkan Maryam bernama Isa as tanpa seorang Ayah.
Allah berfirman QS. Maryam 19-20

Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci". Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!"

Kuasa tuhan tidak terbendung oleh kehendak serta tak terbatas oleh akal pikiran manusia, Tuhan Allah swt mempunyai kuasa yang benar benar diluar batas jangkauan manusia, untuk menjelaskannya agar ada kesinambungan maka bacalah ayat per ayat agar menemukan titik terang yang disampaikan oleh Al Quran, tanpa mengkaji secara detail, mustahil menumakan pesan inti ajaran Qur’an

Fenomena dalam masyarakat kita ini dengan banyaknya artikel di media (bc. Mbah google) membuat banyak orang yang hanya tahu lapisan kulit luarnya pengetahuan saja namun minim pengetahuan intinya. Untuk memahami kesinambungan ayat demi ayat tersebut, para ulama’ ahli ilmu tafsir memuat bahasan tersendiri dalam bahasan tanasubul ayat (hubungan ayat). Begitupula yang terjadi hubungan surat per-surat di dalam Al Qur’an yang diracik oleh ahli ilmu tafsir dengan nama tanassubus suwar (hubungan surat) di dalam al Qur’an.